6. Chapter 3. 2 Tak Lagi Sama

1K 171 2
                                    

Campinggg??? Neva kaget saat melihat rundown acara yang di sodorkan Reena. Reena mengerjapkan mata.

"Kamu mau ikut, Va? Kamu boleh ajak temen kamu. Jadi kita ke daerah utara, tempatnya keren banget dan kakak yakin kamu pasti suka. Nanti kakak yang minta izin sama om, deh." Reena menjelaskan dengan antusias.

"Tapi, Kak, aku kan mau UAS bentar lagi. Nggak mungkin dibolehin sama papa."

"Itu awal Juni, udah selesai UAS dan kamu ujian masuk PTN di sini kan? Jadi nggak masalah dengan waktunya."

"Aku biasanya cuma beberapa kali ikut camping pramuka sama camping dengan papa, kak, dan itu pun di bumi perkemahan. Nggak pernah di hutan beneran gitu."

"Kalau kamu ikut ke sana, kamu pasti jatuh cinta sama tempat itu. Ada dataran yang cukup lebar di sisi sungai untuk kita tegak tenda. Ada air panas yang bertemu dengan air dingin. So ... saat kamu berbaring, kamu bakalan merasakan kanan kiri kamu dengan suhu yang berbeda. Terus dengan perjalanan tiga jam, kamu sampai ke gua, kamu belum pernah ke gua kan?"

"Aku pengen banget kak, nanti aku tanya papa dulu deh."

"Oh, ya, untuk menghapus kekhawatiran kamu, dataran tempat kita menegakkan tenda nanti nggak terlalu jauh sama pemukiman penduduk. Sekarang sudah bisa dicapai dengan mobil, lagipula ini camping untuk refreshing aja, bukan untuk pelatihan. Makanya kakak ajak kamu, ada Luhung (Reena berhenti sebentar saat menyebutkan nama itu) dan juga Joe."

Neva ingin sekali pergi, sebenarnya bukan ayah dan ibunya yang dia khawatirkan. Tetapi Bang Sony, kemarin Bang Sony bilang dia masih proses pendaftaran wisuda. Kemungkinan besar, dia akan pulang pertengahan Juni. Bisa. Sebaiknya dia nggak bilang sama abangnya.

Saat mengemukakan maksud untuk ikut camping, Ayah Neva tersentak kaget apalagi ibunya, tapi mereka tidak serta merta menentang keinginan putrinya itu. Mungkin jauh di dalam hati orangtuanya, tau ada darah yang sama mengalir dalam dirinya.

Neva meminta ayahnya membujuk orang tua Prim karena Prim dengan senang hati ingin ikut.

Setelah mendapat izin, kedua gadis yang sebentar lagi akan lulus itu bagaikan para amatiran. Membahas segala hal-hal yang menarik nanti, sambil tertawa riang.

***

"Hei bangun, kita mau rapat, rapat." Luhung melihat tungkai kaki menendang-nendangnya.

Luhung mengantuk sekali dan tidak siap untuk bangun. Dia meringkuk menghalangi kaki itu menyentuh bagian tubuhnya. Suara si pemilik kaki semakin keras saat melihat posisi bersiaga Luhung. Dia kemudian merasakan tubuhnya diguncang-guncang dengan keras. Dengan mata mengantuk Luhung membuka mata.

"Cuci muka sana! Ileran semua. Bentar lagi peserta jelajah alam bakal berdatangan. Kabur mereka nanti liat muka jelek kalian." Si pemilik suara terkekeh.

Akhirnya Luhung malas- malasan beringsut. Luhung mencari-cari T-shirt yang seingatnya digantung di atas kepalanya, terasa berkunang-kunang.

"Luhung, napa lagi jidat kamu tuh belum kapok jatuh dari motor kemarin? Luka apa itu?" Luhung melihat Reena memasuki ruangan.

Luhung cengengesan, "Kayaknya jatuh dari tempat tidur."

"Oh bagus, jangan suruh aku tidur di sebelah kamu kalau di tenda. Bisa biru-biru badanku ditendang-tendang sama kamu yang tidurnya nggak bisa diam itu."

Rumah Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang