30. Chapter 18.1 Jalan Berliku

1K 176 6
                                    

Tiga Tahun Kemudian,

Luhung masih mengawasi jalannya persidangan di televisi, dua tahun yang lalu Disioka telah di tangkap juga kaki tangannya. Disioka menjalani persidangan untuk kasus korupsi, juga menyeret nama ayah Luhung, seorang jurnalis senior sebagai korban konspirasi keji untuk menutupi kejahatannya. Beberapa rekan ayah Luhung dulu angkat bicara soal figur ayahnya yang sebenarnya seorang family man, berjiwa loyal dan penyayang. Padahal vonis belum diputuskan.

Ke mana saja mereka dulu? Di saat Luhung masih seorang bocah yang butuh perlindungan juga penguatan, tak ada yang bicara demikian. Atau mereka takut salah? Mereka mencari muka di media, malahan orang yang benar-benar percaya seperti Bang Erik dan Om Deni juga yang lain bekerja secara diam-diam.

Luhung merasa pinggangnya dipeluk dari belakang. Dia membalikkan tubuh dan melihat istrinya, perutnya semakin membuncit. Mereka bersiap menyambut kehadiran bayi berjenis kelamin perempuan, bayi mungil yang diperkirakan empat bulan lagi akan hadir di tengah keluarga.

"Jangan terlalu banyak bekerja." Begitu kata Neva.

"Bukannya sangat berkurang sekarang ini?" Luhung mencium kening Neva. "Sudah minum susunya?"

Neva mengangguk. "Tadi mama nelpon, mama tanya aku mau melahirkan di sini atau pulang. Menurut abang bagaimana?"

"Apa bisa mama saja yang ke sini?" Luhung enggan berpisah dengan istrinya, dia telah pindah kerja dan untuk mengurusi kasus Disioka, sejak 2 tahun lalu mereka pindah ke Jakarta.

"Nanti aku bicarakan sama mama."

Luhung memeluk perempuan itu, yang telah menjadi istrinya. "Kemarin Isia menemui abang. Ya ... dia sekarang di sini juga sejak Disioka ditahan."

"Dia bilang apa?"

Luhung tidak mau menutupi apapun pada istrinya, "Dia meminta abang untuk tidak mengungkapkan kalau dia sebenarnya putri Disioka." Luhung membimbing Neva duduk di sofa depan televisi.

"Bukankah itu lebih baik? Setidaknya dia akan mendapat pengakuan dari masyarakat? Apa karena sekarang ayahnya seorang tersangka?"

"Abang rasa bukan seperti itu, Isia sejak dulu memang ingin menyembunyikannya. Terkadang kebenaran lebih baik di simpan. Apalagi kalau skandal itu muncul saat ini tentang dia adalah anak dari Disioka, image pria itu semakin jatuh."

"Jadi abang mengalami dilema?"

Luhung mengangguk, jelas dilema. Di satu sisi dia ingin menyeret Disioka dengan segera ke jurang kehancuran. Tapi di sisi lain ada wanita yang bersimpuh meminta pengampunan.

"Jangan sering-sering bertemu dia," keluh Neva. Neva menyandarkan badannya di tubuh Luhung.

"Cemburu?"

"Bukannya cemburu. Tapi Isia itu sejak dulu menyukai abang, bagaimana kalau dia kalap dan melakukan sesuatu yang buruk? Kalau dia meminta bertemu ajak yang lain, jangan sendirian."

"Kamu keringatan." Luhung malah menyeka kening Neva.

"Janji?" Desaknya lagi.

"Oke."

"Terus gimana perkembangan kasus Deo?"

"Sebagai kaki tangannya dia sedang diperiksa."

"Oh iya bang, kita lupakan dulu masalah itu. Ada kabar gembira," kata Neva.

"Apa?"

"Prim dan Bang Sony pacaran." Neva tertawa.

Luhung mengerutkan kening, "Bukannya itu malah beresiko?"

Rumah Kedua (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang