03. Menjadi Detektif

3.4K 247 16
                                    

"Blaze, cepatlah!" rengekan Thorn terdengar dari ruang tengah, di mana ia tengah bersama Taufan.

Sementara Blaze tengah berganti baju di kamarnya, Taufan tengah sibuk memakai kaos kaki dan sepatu kesayangannya. Thorn yang sudah siap terlebih dahulu hanya duduk manis di sofa menunggu kedua saudaranya.

"Aku sudah selesai!" Blaze melesat dari kamarnya menuju ruang tengah.

"Aku pun dah siap, ayo berangkat!" Taufan berdiri setelah selesai memakai sepatu.

"Ayo!" sorakan Thorn terdengar menggema di seluruh rumah.

Baru saja Thorn hendak melangkah menuju pintu keluar, tiba-tiba tangannya ditarik dari belakang sehingga ia harus membatalkan rencananya untuk melangkah pergi. Thorn menoleh ke belakang dan mendapati Halilintar menatapnya tajam.

"Huwaaa!" teriakan Thorn kali ini jauh lebih keras. Bukan tanpa alasan, ia sangat terkejut akan kehadiran Halilintar yang tiba-tiba menatapnya setajam itu.

"Ssshh ..." Halilintar meletakan jari telunjuknya di depan bibirnya.

Thorn serta kedua saudaranya ikut diam. Mereka membiarkan Halilintar yang terlebih dulu berbicara dan menjelasankan alasannya menahan mereka untuk pergi.

"Kalian ingin pergi ke Sport Station 'kan?" Halilintar menatap ketiga saudaranya bergantian dan ketiganya mengangguk kuat.

"Aku ingin minta tolong pada kalian," sambungnya.

Ketiganya menelengkan kepala dan tanda tanya imajiner muncul di atas kepala mereka. Mereka tampak belum dapat mencerna sepenuhnya permintaan Halilintar.

"Solar tengah pergi dengan Fang ke toko buku di dekat sana, aku ingin kalian memata-matai mereka. Laporkan setiap kejadian penting dengan video." Halilintar menjelaskan maksud sebenarnya.

"Untuk apa kami melakukan hal merepotkan seperti itu?" Blaze adalah orang pertama yang menentang Halilintar saat itu.

Halilintar diam. "Kalian bisa bermain menjadi detektif."

"Wah, ide bagus!" kalimat dari Hallintar mendapat sambutan positif dari Thorn yang kini wajahnya sudah berbinar.

"Baiklah, kami akan melakukannya!" Taufan ikut senang.

"Menjadi detektif adalah keahlian kami," ujar Blaze dengan wajah sombongnya. Jujur saja Halilintar sangat ingin menghancurkan wajah Blaze yang menyebalkan itu, tetapi ia tidak mau membuang tenaga dan waktu.

"Sudah sana berangkat." Halilintar terdengan mengusir tiga saudaranya dari rumah, karena sesungguhnya ia merasa senang saat Trio Troublemaker itu pergi dari rumah.

"Baik, Bos!" ketiganya menjawab serentak dan segera pergi.

Usai tidak melihat tiga sosok oranye, hijau dan biru itu akhirnya Halilintar dapat menghela napas lega.

Di sisi lain, Solar yang baru saja keluar dari toko buku bersama Fang hendak mampir ke toko alat tulis. Dapat dilihat bahwa Solar hanya mengekori Fang yang sedari tadi sibuk mencari sebuah benda. Solar yang tidak mendapat cukup perhatian tidak merasa keberatan dengan hal tersebut, ia lebih memilih untuk ikut melihat-lihat beberapa barang, mungkin ia membutuhkannya.

"Sudah ketemu." Fang tersenyum lembut saat berhasil menemukan rak yang menyimpan deretan kalkulator.

Solar mengalihkan perhatiannya ke tangan Fang yang kini memegang sebuah kalkulator biasa, ia meninggikan sebelah alisnya.

"Untuk apa kau membelinya?"

"Aku ingin membeli ini untuk hadiah ulang tahun seseorang." Fang menoleh ke ara Solar yang kelihatan kebingungan.

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang