08. Usai Sekolah

2.5K 196 27
                                        

Taufan tersenyum lembut pada saudaranya. "Karena ku juga pernah merasakan hal yang sama denganmu."

.

.

.

Semua siswa langsung membereskan barang-barang mereka, karena pelajaran untuk hari ini telah usai. Beberapa siswa tampak sangat terburu-buru termasuk Thorn, karena setelah ini ia harus mengikuti kegiatan ekskul di halaman belakang sekolah.

Thorn ikut dalam sebuah organisasi pecinta lingkungan, mereka memiliki jadwal sendiri untuk menanam beberapa pohon di halaman sekolah. Mereka juga bertanggung jawab mengurus kebun milih sekolah.

"Aku duluan ya!" Thorn melambai pada Gempa dan Taufan yang masih ada di dalam kelas.

Thorn yang sudah berlalu mendapat balasan lambaian tangan dari Gempa dan juga Taufan.

"Kau ada kegiatan setelah ini?" sorot mata Gempa mendarat pada sosok Taufan yang ternyata tengah sibuk mengikat tali sepatunya.

"Aku? Mungkin aku akan menunggu Thorn sampai ia pulang, kau tahu 'kan aku sangat mengkhawatirkannya." Taufan bangkit berdiri usai mengikat kembali tali sepatunya kemudian menatap Gempa yang berada di dekatnya.

"Dia itu sudah besar, bukannya kau sedikit berlebihan?" Gempa sedikit memiringkan kepalanya.

"Aku juga ingin sedikit lebih lama degannya."

Gempa menghembuskan napas sambil mengembangkan senyum manis miliknya. Taufan membalasnya dengan tersenyum, tetapi senyumannya lebih lebar daripada milik Gempa.

"Gem!" seseorang memanggil Gempa dari ambang pintu kelas. Di sana berdiri seorang laki-laki dengan netra merah menyala yang tampaknya hanya ingin menatap Gempa seorang.

"Aku pulang duluan, ya." Gempa mengambil langkah perlahan sebelum melambai ke arah Taufan yang masih terdiam di kelas.

"Hati-hati." Taufan melambai pada Gempa, tetapi matanya masih sempat melirik ke arah laki-laki di ambang pintu kelas.

Aku dan Thorn memang sama.

Kini di kelas hanya tersisa sedikit siswa termasuk Taufan. Sejenak ia kehilangan senyuman di wajahnya yang hampir tidak pernah hilang, tetapi hal ini tidak akan terjadi selamanya.

Keadaan kelas yang tidak begitu ramai membuat Taufan terbuai akan lamunannya. Suasana tenang seperti ini cukup sulit ia dapatkan saat berada di rumah, karena cukup banyak orang di sana jadi pasti ada saja kekacauan di sana.

"Sepertinya aku ingin ke toilet." ia melangkah keluar dari kelas bersama dengan tas miliknya.

Toilet terletak tidak jauh dari kelasnya, jadi ia tidak memerlukan tenaga lebih untuk berjalan ke sana. Namun langkah Taufan melambat saat ia melihat sosok yang ia kenal tengah bersandar di dinding dengan smartphone ada di tangan kirinya.

"Solar!" segera saja Taufan menyerukan namanya.

Yang dipanggil pun menoleh dan lekas menyembunyikan smartphone miliknya di saku celananya, kemudian ia melambai pada Taufan.

"Kau belum pulang?" kini Solar tidak lagi bersandar di dinding, ia melangkah ke mendekati saudaranya yang berlari ke arahnya.

"Belum, aku masih ada urusan di sekolah. Bagaimana denganmu?" Taufan menghentikan langkahnya di samping Solar dan memberikan senyuman lebarnya.

"Aku menunggu Fang," balas Solar sambil menunjuk kea rah toilet yang ada di belakangnya dengan ibu jarinya.

Taufan mengangguk tanda mengerti.

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang