27. Pasangan Baru

2.1K 134 10
                                    

"Solar, boleh aku pinjam penggarismu?" Ice mencoba memanggil Solar, tetapi tampaknya suara Ice terlalu kecil untuk disadari oleh Solar yang terlihat tengah melamun di tengah pelajaran Matematika.

Sekali lagi Ice mencoba memanggil Solar dengan suara yang lebih keras, tetapi tetap tidak ditanggapi. Karena kesal, Ice melempar sebuah penghapus tepat ke kepala Solar. Beruntung hal itu akhirnya membuat Solar menoleh pada Ice.

"Kau melemparnya ya?" Solar terlihat kesal ketika melihat Ice.

Seharusnya Ice yang marah di sini karena dari tadi Solar tidak menyadari suaranya yang tengah memanggilnya. Namun Ice tidak lagi peduli, ia hanya ingin segera menyelesaikan tugas dari guru dengan sebuah penggaris milik Solar.

"Aku pinjam penggaris." segera Ice berucap to-the-point, tidak lagi mau membuang-buang waktu untuk bertengkar bersama Solar.

"Kau ini gak modal ya?" meskipun Solar terlihat kesal, tetapi pada akhirnya Ice mendapat pinjaman penggaris dari Solar.

Segera Ice menyelesaikan tugas yang ada di depan matanya. Jika dalam urusan olahraga ia tidak unggul, maka dalam pelajaran Matematika ia cukup pandai. Namun tetap saja kepandaian Ice kalah terhadap kebolehan Solar.

Hari ini Ice juga merasakan aura yang berbeda. Entah karena apa, tetapi Ice hampir tidak pernah melihat interaksi antara Solar dan Fang hari ini. Ice ingin menanyakan hal tersebut langsung pada Solar, tetapi ia masih disibukkan dengan tugas dari guru. Akhirnya Ice memutuskan untuk menanyakan hal tersebut pada Solar ketika jam istirahat dimulai.

"Terima kasih," ucap Ice sambil meletakkan penggaris milik Solar di meja yang tengah Solar gunakan.

Solar mendongak dan mendapati saudaranya tengah menatapnya, dan dari tatapan itu seakan muncul sebuah rasa penasaran. Tampaknya ia enggan membahas hal tersebut, Solar hanya mengangguki ucapan Ice dan menyimpan penggaris miliknya di tas.

"Hari ini kau ada masalah dengannya? Kalian hampir tidak bicara hari ini." tatapan Ice pada Solar masih belum teralihkan.

"Aku? Tentu saja tidak. Aku dan dia baik-baik saja." Solar enggan menatap Ice, seakan menjadi pertanda bahwa ia tengah menyembunyikan sesuatu.

"Aku bahkan tidak menyebutkan namanya, tapi kau tahu siapa yang kumaksud." Ice berkomentar.

Ucapan Ice membuat Solar terbungkam. Ia hanya diam setelah mendengar kalimat dari Ice, bahkan kedua tangannya yang sebelumnya tengah membereskan buku-buku mendadak berhenti. Ice juga sudah cukup peka untuk menyadari perubahan Solar di depannya.

"Tidak apa jika kau tidak ingin mengatakannya, kuharap Hali dan yang lain tidak akan terganggu soal ini."

Usai mengatakan kalimatnya, Ice pergi dari kelas. Hari ini Ice berniat untuk pergi ke kantin dan membeli beberapa makanan di sana, mengingat setelah ini ia masih harus belajar Sejarah.

Di sisi lain Solar masih terdiam di kursinya dengan tangannya yang belum bergerak satu inci pun. Di tengah lamunannya, mendadak Fang datang dan membuat Solar semakin tidak fokus.

"Mau ke kantin?" tanya Fang dengan lembut.

"Bo-boleh," balas Solar.

Keduanya pergi ke kantin berdampingan, tetapi hari ini jarak antara tubuh mereka tampak sedikit lebih jauh. Hal tersebut disebabkan oleh tiap kali mereka bersentuhan maka jantung mereka berada dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Mungkin hal itu terjadi karena mereka adalah pasangan baru yang baru saja jadian beberapa jam lalu.

"Ka-kau mau beli apa?" keheningan di antara mereka membuat Fang sama sekali tidak merasa nyaman.

"E-entahlah." begitu pula dengan Solar.

Fang menghela napas sambil melirik pada Solar. "Oke."

Keadaan canggung itu masih bertahan sampai mereka menemui bel tanda sekolah sudah usai. Keduanya memang pergi keluar kelas bersama, tetapi mereka hampir tidak bicara ketika mereka masih berada di kelas.

Salah satu dari mereka mulai membuka sesi obrolan ketika keduanya sampai di lobi sekolah. Fang menawarkan jasanya untuk mengantarkan Solar pulang ke rumahnya. Padahal biasanya Fang selalu mengantar Solar tanpa perlu memberikan tawaran pada Solar, karena pada akhirnya Solar akan selalu menerimanya.

Keduanya canggung, keduanya merasa tidak nyaman, dan keduanya ingin segera melenyapkan rasa tersebut. Namun sialnya mereka tidak tahu banyak bagaimana cara menghilangkan rasa canggung tersebut.

Semakin sering keduanya bertatapan dan bersentuhan, maka memori 'itu' akan semakin sering terputar. Sekali pun itu bukan memori yang memalukan, tetapi wajah mereka dapat seketika merona ketika mengingat hal tersebut. Keduanya bahkan tidak dapat berpenampilan sok keren ketika mengingat hal tersebut.

"Fa-Fang, bisa tolong aku?" Solar tampak tengah menampakkan lehernya pada Fang yang masih ada di atas motornya. Solar meminta pertolongan Fang untuk melepaskan ikatan helm tersebut dari lehernya, karena ia kesulitan untuk melepaskannya.

Fang mengangguk dan segera membantu Solar. Sejenak tangannya gemetar ketika tengah mendekatkan tangannya pada leher Solar, ia takut tidak sengaja menyentuh Solar.

Setelah melepaskan helm tersebut, Solar mengucapkan terima kasih kepada Fang yang telah menolongnya. Kemudian ia mengembalikan helm yang sebelumnya ia pakai pada Fang. Fang menerimanya sambil mengangguk pelan.

"Ma-maaf jika hari ini aku bersika kurang baik." Fang menatap lurus kea rah Solar yang juga tengah menatapnya.

Perlahan Solar menggeleng. "Tidak apa."

Setelah kehabisan kata-kata, Fang segera berpamitan dan pergi menjauh dari rumah Solar. Sementara Solar langsung masuk ke rumahnya, melepaskan sepatu dan berlari ke kamarnya. Hari ini pikirannya sangat kacau, bahkan ia merasa hampir tidak pernah fokus selama berada di kelas.

Kekacauan Solar tidak berhenti sampai di situ, bahkan selama makan malam ia masih belum berhasil mengumpulkan fokus dalam dirinya. Sesekali ia melamun menatap makanan yang ada di depannya, sampai Taufan harus menegur Solar beberapa kali. Hal itu juga tidak luput dari pengamatan Ice yang ternyata belum berhenti melihat gerak-gerik Solar sejak pagi tadi di sekolah.

Seperti hari-hari biasanya, mereka akan mengadakan obrolan malam bersama. Semuanya dimulai dari cerita konyol Thorn ketika membantu anggota OSIS beberapa hari lalu, hal tersebut berhasil membawa tawa di ruang makan. Namun Solar masih terlihat enggan untuk tertawa lepas.

Ketika topik Thorn selesai dibahas, kali ini giliran Ice yang angkat bicara. Gempa mempersilakan Ice untuk berbicara setelah Ice mengangkat tangannya sebagai tanda.

"Ada apa denganmu hari ini, Solar? Kau terlihat tidak fokus dan terlihat canggung ketika bersama Fang."

Solar terkejut dan langsung menatap Ice yang tengah membalas tatapannya dengan wajah datarnya. Perlahan Solar meneguk ludah ketika semua saudaranya menatap ke arahnya, rasanya seperti seorang maling yang tengah dihakimi.

"Apa ini ada hubungannya dengan Fang?" Halilintar angkat bicara sambil mengeratkan genggamannya pada sendok yang ada di tangan kirinya.

Gempa menenangkan Halilintar dengan menggenggam tangan kiri Halilintar. "Cerita saja, Solar."

Tatapan Gempa tidak seperti Halilintar yang tengah mengintimidasinya. Dengan tatapan Gempa, ia merasa lebih nyaman untuk mengaku di depan saudaranya. Lagipula cepat atau lambat semuanya pasti akan tahu juga.

Malam itu, Solar akhirnya mengakui jika dirinya dan Fang sudah berpacaran sejak kemarin malam.

-To Be Continue-

-Narake-

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang