05. Saat Matahari Meredup

4.1K 207 9
                                    

"Kita lakukan rencana B!"

"Baiklah."

"Memangnya kita punya rencana B?"

"Lari."

"Oke." Dua makhluk lainnya mengiyakan perintah sang leader. Mereka mencoba untuk menghidari target mereka yang sepertinya mulai mengetahui keberadaannya.

"Ada apa, Solar?"

"Sepertinya aku melihat seseorang yang aku kenal." Solar memicingkan matanya.

"Siapa?" Fang menatap ke arah yang sama dengan Solar, mencari sosok yang mengambil perhatian Solar.

Sial, ternyata dia. Fang membatin dan mencoba menyembunyikan rasa kesalnya saat melihat sosok salah satu teman dekatnya.

"Oi, Solar, kau di sini juga rupanya." seorang remaja gempal menyapa Solar setelah berjalan mendekatinya.

"Kau sendiri sedang apa di sini?" Solar hendak menginterogasi pemuda gempal di depannya.

"Untuk makan lah, untuk apa lagi?"

Semakin lama Solar justru terhanyut dalam perbincangannya bersama Gopal si remaja gempal yang adalah sahabatnya juga. Hal tersebut sama sekali bukan berkah unutk Fang, justru sebuah petaka.

Pada akhirnya Fang gagal mendapat makan siang romantisnya dengan Solar karena gangguan dari Gopal. Mau tidak mau Fang hanya pasrah dan membiarkan pemuda gempal itu bergabung dengannya dan Solar.

Di sisi lain, Blaze dan kawan-kawannya tampak terengah-engah usai lari dari restoran China tempat Solar berada. Thorn sudah terlebih dahulu melapor bahwa mereka kehilangan jejak Solar dan terpaksa mengakhiri penyelidikan mereka.

"Sudahlah, daripada kita memikirkan hal itu lebih baik kita pergi ke Sport Station!" Blaze menghilangkan segala kekecewaan dari dalam diri Thorn serta Taufan. Ketiganya dengan semangat melangkahkan kaki menuju tempat tujuan awal mereka.

Pesan singkat yang Thorn kirimkan pada Halilintar tidka kunjung mendapatkan balasan, tampaknya Halilintar terlalu sibuk dengan kegiatannya di rumah sampai lupa mengecek smartphone miliknya. Mungkin ia tengah sibuk 'melayani' kekasihnya tersayang.

Di rumah hanya ada Halilintar, Ice dan Gempa. Ice tengah terlelap di dalam kamarnya dengan damai, sedangkan dua lainnya tengah bermain di kamar Gempa. Mereka memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan, menyelesaikan apa yang tadi pagi hendak mereka mulai.

Hari berlalu begitu cepat sampai matahari sudah mulai redup dan akan segera digantikan dengan bulan. Solar dan Fang akhirnya dapat jalan berdua saat Gopal ijin pulang terlebih dahulu karena rindu masakan Ibunya di rumah.

"Kau tidak perlu mengantarku, aku bisa pergi sendiri." Solar yang sedari tadi menolak tawaran Fang untuk mengantarnya pulang tampak tidak digubris.

"Ini sudah malam, berbahaya jika berjalan sendiri, lebih baik aku mengantarmu dengan motorku." Fang melirik teman kencannya.

"Kau ke sini dengan motor? Kupikir kau datang ke sini naik bus." Solar tampak terkejut mendengar kalimat Fang sebelumnya.

Fang hanya mengangguk dan segera menarik tangan Solar untuk segera menghampiri motornya yang terparkir di lahan parkir khusus motor. Motor Fang memang biasa saja, tetapi itu sudah lebih dari cukup untuk mengantar Solar kembali ke rumahnya.

"Aku sudah membawakanmu helm." Fang memberikan salah satu pelindung pada Solar yang ada di sampingnya.

"Te-terima kasih." Solar segera memutar topi yang ia kenakan ke arah belakang dan memakai helm yang Fang pinjamkan padanya.

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang