04. Waktu Bersama

3.9K 241 15
                                    

Foto mulai tercetak pada printer yang tersedia di sana, Fang dapat melihat fotonya dengan Solar yang terlihat manis. Ia sama sekali tidak menyesal membawa teman kencannya ke sini.

Usai membayar di kasir, Fang memberikan tuga dari lima foto kepada Solar.

"Kenapa kau memberikan lebih banyak padaku? Seharusnya kau yang memegang tiga foto, karena kau yang membayarnya." Solar menyodorkan salah satu lembar foto pada Fang.

"Simpan saja, aku hanya butuh dua." Fang menolak pemberian Solar.

"Kenapa?"

"Aku kan sudah punya kau," ucap Fang. Setelahnya Fang tersenyum lebar, sedangkan Solar merasakan wajahnya memanas sehingga ia memalingkan wajahnya.

Fang menahan tawa saat melihat tingkah lucu teman kencannya, ingin sekali Fang menyebut Solar sebagai kekasihnya. Sayangnya Fang masih menunggu waktu yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada Solar, terlebih ia belum mendapat restu dari enam saudaranya.

Lihat betapa sulitnya untuk mendapatkan seorang Solar, dapat pergi berdua dengannya saja Fang sangat bahagia.

"Sudahlah, ayo sekarang kita makan." Fang menepuk pelan puncak kepala Solar yang ditutupi topi kesayangannya.

Solar mengangguk dan memilih untuk mengekori Fang saat tangannya kembali digenggam erat. Jantungnya berdetak tidak normal, berbeda seperti sebelumnya.

Dia punya aku? Apa dia bercanda?

Solar terus membatin memikirkan ucapan Fang, karena ini kali pertama ada laki-laki yang menggatakan hal itu padanya. Belakangan ini ia juga sering memikirkan Fang karena Fang sudah masuk cukup jauh ke dalam kehidupannya.

Menjadi partner dalam kerja kelompok, teman baik, teman satu kelas, bahkan mereka pernah menjadi partner saat menjadi bagian dari panitia acara sekolah. Wajar mereka sudah sangat mengenal selama beberapa bulan belakangan ini.

Fang juga selalu memperlakukannya dengan baik, ia tidak pernah merasa terusik oleh perlakuan Fang. Fang juga tidak mesum seperti apa yang Halilintar kira. Dari semua hal itu Solar masih belum mengetahui bagaimana perasaannya yang sebenarnya pada Fang.

"Aku tidak cemburu pada Solar, apalagi pada ponselmu. Jangan seenaknya mengambil keputusan!" kegeraman Gempa semakin memuncak saat dirinya disangka cemburu karena tingkah Halilintar.

"Kau yakin? Tubuhmu berkata lain." Halilintar meletakkan kantung belanja di lantai rumah dan berjalan mendekati Gempa sambil menyeringai penuh arti.

"Kau kira aku ini Tsundere, hm?" sungguh Gempa tidak suka bila ada hal yang memang tidak ia rasakan tiba-tiba disangkakan padanya.

Halilintar mendorong Gempa hingga Gempa masuk ke dalam kabedonnya. Punggung Gempa menyentuh tembok yang dingin, membuatnya sedikit merinding. Ditambah tatapan tajam dari Halilintar, ia merasa dirinya kembali terpojok.

"Kali ini tidak ada orang di rumah, aku ingin melakukan hal itu sekarang." Halilintar memberi penekanan khusus di akhir kalimat.

"Ja-janga­—mph!" belum sempat Gempa menyelesaikan kalimatnya, Halilintar langsung melumat bibir Gempa dengan rakus.

Gempa mencoba mendorong Halilintar, tetapi cumbuan Halilintar yang semakin ganas seakan memakan semua tenaganya.

Ketika cumbuan bibir belum cukup memuaskannya, Halilintar mencoba memasuki Gempa lebih dalam. Ia memberikan sinyal dengan menjilati bibir bawah Gempa beberapa kali, tetapi Gempa tidak kunjung bereaksi.

"Buka mulutmu." titah Halilintar dengan nada seduktif.

Entah karena sihir apa, Gempa bisa langsung membuka mulutnya perlahan dan mengijinkan Halilintar menginvasi mulutnya. Gempa mengeluarkan desahan pelan yang sialnya terdengar oleh telinga Halilintar.

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang