23. Kecemburuan Mereda

2.1K 137 25
                                    

Jam istirahat tiba, mengakhiri pelajaran Fisika di kelas 3-IPA-1. Semua murid segera mengumpulkan kertas ulangan mereka pada sang guru yang sudah menunggu, setelahnya semua murid dapat menikmati waktu istirahat mereka.

Fang menghela napas panjang, otaknya cukup lelah setelah dipakai untuk memikirkan berbagai jenis rumus Fisika. Sementara Ice tampak sudah biasa menghadapi soal-soal yang baru saja ia kerjakan. Karena penasaran akan jawaban dari soal-soal tersebut, Fang mengajak Ice untuk berdiskusi tentang soal yang baru saja mereka kerjakan.

Kursi milik Fang diputar ke belakang sehingga kini dia duduk menghadap Ice. Remaja dengan netra sewarna laut di siang hari itu menyambut kedatangan Fang dengan tangan terbuka, ia dengan senang hati membantu Fang yang ternyata sedikit kesulitan mengerjakan beberapa soal.

Tidak lama setelah Ice menjelaskan, Fang mengangguk mengerti. "Jadi begitu, ya."

"Jika sudah dapat hasilnya, hanya perlu masukkan ke rumus ini." Ice menunjuk ke buku pelajarannya yang menampilkan deretan rumus Fisika yang bagi sebagian orang sangat menyebalkan karena sulit dipahami.

Manik keemasan Solar melihat interaksi Ice dan Fang yang semakin dekat, sesak pada dadanya membuat Solar muak. Perutnya yang mulai merasa lapar juga menyuruh Solar untuk pergi dari kelas. Selain untuk menghindari pemandangan tidak mengenakan, ia juga ingin mengisi perutnya dengan beberapa potong roti.

Solar melangkah pergi dengan hentakan kaki yang cukup keras, tidak sengaja memanggil perhatian Fang dan Ice.

"Kau mau kemana, Solar?" pertanyaan Fang sempat membuat Solar menghentikan langkahnya. Namun Solar tidak menjawab, karena tidak lama setelahnya Solar segera berlalu tanpa berkata sepatah kata pun.

Fang memiringkan kepalanya dan mengerutkan dahinya ketika melihat tingkah Solar yang tidak seperti biasanya. Sementara Ice memandang Fang dengan jengkel, ia ikut kesal melihat Fang yang ternyata tidak peka terhadap tingkah Solar.

"Ada apa dengannya?"

Ice menghela napas. "Ikuti saranku, Fang. Ikuti dia."

Keraguan sempat menyapa Fang, tetapi setelah melihat saran Ice tidak pernah salah ia pun segera melangkah pergi dari kelas dan mencari keberadaan Solar. Beruntung ketika itu Solar belum jauh dari kelas, sehingga Fang masih dapat mengejar ketertinggalannya dari Solar.

Kakinya melangkah cepat, menyusul Solar yang tampaknya berjalan semakin cepat ketika Fang menyebut nama Solar. Fang yang awalnya berharap Solar akan berhenti melangkah saat menyadari dirinya mengejar ternyata menyesal telah memanggil Solar. Perbuatannya justru membuat Solar semakin menghindarinya.

Mereka yang awalnya hanya berjalan cepat, akhirnya berlari. Bahkan mereka masih berlari ketika berada di kerumunan banyak orang di lorong sekolah. Solar yang menjadi sosok yang dikejar tidak ingin ditangkap dengan cepat oleh Fang, ia menggunakan berbagai siasat agar tidak ditangkap.

Beruntung Fang lebih unggul dari Solar dalam hal fisik, sehingga tidak sulit untuk menyusul Solar yang tidak berhenti untuk menghindarinya. Tangan kanannya berhasil meraih tangan kanan Solar sehingga langkah Solar terhenti.

Keduanya saling menatap dengan napas yang terengah-engah. Solar dapat melihat rasa cemas yang menghantui Fang dari raut wajahnya, tetapi hal tersebut tidak mengubah kenyataan bahwa Solar cemburu.

"Kau kenapa?" tidak banyak basa-basi, Fang langsung bertanya to the point pada Solar yang tangannya masih ia genggam erat. Saat ini mereka tengah berada di depan perpustakaan yang biasanya selalu sepi.

"Aku ingin ke kantin. Lepaskan aku." Solar tidak menatap Fang ketika ia menjawab, ia tampak sengaja menyembunyikan wajahnya dari Fang. Tangannya meronta minta dilepaskan dari genggaman Fang, tetapi kekuatan Fang jauh lebih kuat dari Solar.

"Tidak akan aku lepaskan sebelum kau mengatakannya." napas Fang kini sudah lebih teratur, berbeda dengan Solar yang masih terengah-engah.

Solar tidak berbicara, tetapi tangannya masih bergerak untuk melepaskan diri dari Fang.

"Di sini tidak nyaman," cicit Solar di sela kegiatannya melepaskan diri dari Fang.

Sekali pun suara Solar kecil, Fang masih dapat mendengarnya. Fang segera menarik tangan Solar sedikit lebih kuat, sehingga kini Solar berdiri menghadap ke arahnya. Setelah beberapa saat saling beradu tatapan, Fang menarik Solar pergi dari lorong tersebut. Ia membawa Solar ke toilet terdekat yang kebetulan tengah tidak dihuni seorang murid pun.

Fang mendorong Solar ke tembok dan mengunci Solar dalam kabedon-nya. Solar masih terengah-engah setelah ditarik paksa oleh Fang yang kini mengurungnya dengan kedua tangan. Perlahan Solar menelan ludah yang sudah terkumpul dalam mulutnya, ia memberanikan diri menatap mata ungu Fang yang ternyata tengah menatapnya dengan lekat.

"Di sini tidak ada orang, bisa kau mengatakannya di sini?" Fang memulai pembicaraan ketika melihat Solar tidak lagi akan memberontak.

Solar memalingkan wajahnya dan tetap tidak ingin menjawab. Perbuatan Solar membuat Fang harus kembali putar otak untuk menebak isi kepala Solar yang ternyata tidak hanya berisi rumus-rumus kimia.

"Maaf, jika kau kesal karena aku acuhkan." tangan kiri Fang kini tidak lagi mengurung Solar, tetapi tangan kanannya masih ia jadikan sebagai penopang sebagian berat tubuhnya.

Ucapan Fang mengudang perhatian Solar, sehingga Solar menatap Fang dengan tatapan tidak percaya. Melihat itu Fang merasa senang karena merasa berhasil menebak apa yang membuat Solar kesal. Perlahan Fang tersenyum tipis, menggambarkan perasaan lega karena sudah meminta maaf untuk hal yang tepat.

Meskipun begitu, Fang masih belum menyadari bahwa Solar cemburu akan kedekatannya dengan Ice. Namun setidaknya Fang sadar jika dirinya salah karena sudah mengacuhkan Solar selama beberapa saat.

"Kau mau memaafkanku 'kan?" Fang menunjukkan sedikit wajah memelasnya pada Solar yang ada di hadapannya.

Melndengar itu, Solar menghela napas singkat. Perlahan kepalanya terangguk beberapa kali, matanya kini berani menatap lurus ke mata Fang. "Iya." lirihnya.

Fang menghela napas lega. Akhirnya ia berhasil mendapatkan permintaan maaf dari Solar, sekali pun ia harus berlarian terlebih dahulu sebelum mendapatkannya. Ia tersenyum senang.

"Kalau cuma Fisika aku juga bisa." sekali lagi Solar mencicit sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dagunya terangkat dengan segala kesombongan yang ada pada dirinya.

Fang sedikit terkekeh melihat tingkah Solar yang menampakkan kesombongannya tepat di depan wajah Fang. "Kalau begitu, tolong ajari aku Fisika lain kali ya?"

Senyuman hangat yang terukir di wajah Fang membuat Solar salah tingkah. "Kimia, Matematika, Biologi, dan yang lainnya juga bisa kau tanyakan padaku. Kau bisa mengandalkan aku."

Ibu jari dari tangan kanan Solar menunjuk ke arah dirinya sendiri dengan bangga, sedangkan tangan kirinya kini meremas pingganggnya sendiri. Ia sedikit membusungkan dadanya dengan bangga, ditambah senyuman di bibirnya yang melukiskan rasa bangga yang tinggi terhadap dirinya sendiri.

Fang bergerak memindahkan tangan kanannya dan membiarkan hanya kedua kakinya yang menopang berat tubuhnya. Tangan kanannya menepuk puncak kepala Solar dengan lembut, sesekali ia mengusapnya dengan gemas. Surai Solar terasa sangat lembut dan berbau harum setiap kali Fang mengusapnya.

"Kalau begitu, mohon bantuannya ya."

-To Be Continue-
-Narake-

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang