19. Obrolan Kita

1.6K 135 4
                                    

Langkah kaki Fang tidak sendiri, ia ditemani langkah kaki Solar yang berjalan di sampingnya. Solar baru saja menyelesaikan latihannya di perpustakaan, dan karena ia berhasil menyelesaikan soal latihan lebih cepat ia boleh pulang terlebih dahulu. Sementara Fang memang sengaja menunggu Solar di kantin, tempat mereka sebelumnya saling janji untuk bertemu di sana.

Fang menghabiskan waktunya di kantin dengan memakan beberapa buah donat lobak merah kesukaannya yang sebelumnya ia beli ketika jam istirahat berlangsung. Sekotak jus jeruk ikut menemani Fang yang tengah menunggu Solar tadi. Sampai akhirnya sosok yang ditunggu tiba dan kemudian mereka pergi ke area parkiran sekolah bersama.

"Jadi kau berhasil mendapatkannya?" Solar mulai membahas topik yang sedari tadi hendak ia bahas. Mata ungu Fang melirik Solar yang tampak penasaran dengan hasil yang Fang terima saat bertemu langsung dengan Halilintar.

Fang terkekeh pelan sebelum membalas pertanyaan Fang. "Tentu saja."

Solar terkejut mendengar jawaban Fang, ia tidak menyangka bahwa rekannya ini bisa mendapatkan ijin dari Halilintar yang sebelumnya menolak mentah-mentah untuk memberinya ijin. Bahkan Solar hampir hilang harapan untuk mendapatkan ijin dari si kilat merah itu. Wajahnya yang menampakkan keterkejutannya membuat Fang menahan tawa, entah mengapa wajah Solar saat itu membuat Fang ingin tertawa.

"Kenapa kau tertawa? Apa yang lucu?" raut wajah Solar berubah ketika menyadari Fang yang hendak menertawai wajahnya. Solar tidak begitu mengerti apa yang perlu ditertawakan dari ekspresi terkejutnya, ia pikir itu adalah hal wajah jika ia terkejut mendengar Fang berhasil mendapatkan ijin dari Halilintar.

"Tidak, bukan apa-apa." tawa yang hampir meledak berhasil ditahan oleh Fang yang berhenti menahan tawa. Ia masih menyembunyikan kenyataan bahwa keberhasilannya mendapatkan ijin dari Halilintar merupakan keberuntungan karena kehadiran Thorn yang tiba-tiba menyelamatkannya. Semestinya ia harus berterima kasih pada Gempa yang juga ikut campur tangan dalam keberhasilan Fang mendapatkan ijin.

Langkah keduanya terhenti ketika sampai di area parkiran. Fang meminta Solar untuk menunggunya di depan area parkiran sementara dirinya akan mengambil motornya terlebih dahulu dan mengantar Solar pulang. Solar mengiyakan perintah Fang dan menunggu di tempat yang Fang inginkan sambil mengecek pesan yang masuk ke ponselnya.

Gempa ternyata memberikan kabar di grup keluarga bahwa dia dan Halilintar serta Thorn memiliki kepentingan di sekolah sehingga akan pulang terlambat. Tidak ada yang merespon pesan dari Gempa, mungkin karena saudaranya yang lain tengah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Namun Solar sendiri bertanya-tanya apa kesibukan ketiga saudaranya yang lain, yang seharusnya kini sudah berada di rumah kecuali mereka memiliki kepentingan di sekolah.

Di tengah lamunan Solar mengenai ketiga saudaranya, tiba-tiba Fang datang menghampiri Solar. Kali ini Fang mengendarai motor kesayangannya dengan helm ungu yang melindungi kepalanya.

Fang memberikan helm lainnya pada Solar, dan membantu Solar memakainya sekaligus mencuri-curi kesempatan.

"Kau mau mampir sebentar ke kedai milkshake?" Fang menawarkan pada Solar sebelum Solar naik ke motornya.

Kali ini Solar menggeleng pelan seraya menolak ajakan Fang sesopan mungkin. "Tidak untuk hari ini, Fang. Aku harus belajar untuk ujian besok, mungkin lain kali."

Alasan dari Solar membuat Fang tidak dapat memaksanya untuk ikut. Lagipula dirinya juga harus belajar agar ia tidak mendapat nilai yang buruk, ia tidak mau dipandang buruk oleh Solar hanya karena dia tidak lulus ulangan harian.

Helaan napas dari Fang tidak terdengar oleh Solar yang baru saja naik ke motor yang Fang kendarai. Fang menoleh ke belakang, agar suaranya terdengar oleh Solar yang ada di belakangnya.

"Bagaimana kalau hari Sabtu?" Fang mencari kesempatan lain untuk dapat berkencan dengan Solar.

Mata Solar menatap Fang yang tengah memakai helm di kepalanya. Sayup-sayup ia dapat mendengar ucapan yang Fang ucapkan. "Boleh." Solar mengangguk mengiyakan.

Senyum penuh kebahagiaan terukir di wajah Fang. Setelahnya Fang kembali menghadapkan kepalanya ke depan, dan ia segera menjalankan motor miliknya dengan hati yang berbunga-bunga. Ketika motor tersebut mulai berjalan, tangan Solar bergerak mencengkram seragam Fang di bagian pinggang. Solar tampak ragu untuk memeluk Fang, ia tidak mau orang-orang salah kira bahwa dirinya dan Fang sudah menjadi sepasang kekasih.

Selama perjalanan di menuju rumahnya, Solar memikirkan bagaimana reaksi Halilintar dan Fang saat bertemu. Ia masih belum percaya bahwa Fang benar-benar sudah mendapat ijin dari Halilintar untuk membawanya ke acara pesta ulang tahun salah satu temannya.

Selain itu Solar juga memikirkan apa yang sebenarnya Fang dan Solar lakukan beberapa hari belakangan ini, mereka memang cukup sering bersama. Namun Solar masih enggan mengakui bahwa keduanya tengah mencoba menjalin hubungan special, mungkin karena dirinya masih ragu terhadap perasaan Fang padanya. Sementara ini ia hanya dapat menganggap Fang sebatas partner.

Sebuah tepukan mendarat beberapa kali di pundak kiri Fang, kecepata motor Fang menjadi berkurang ketika Fang mencoba mendengar permintaan dari penumpangnya. Ia segera mengangguk mengiyakan permintaan Solar yang ingin singgah sementara di sebuah toserba, untuk membeli beberapa alat tulis katanya.

Ketika hampir sampai di toserba, Fang menyalakan lampu sign ke kiri dan segera memarkir motornya di depan toserba tempat Solar biasa membeli alat tulis. Toko tersebut sangat sederhana, tetapi tetap terlihat menarik di mata Fang. Ini pertama kalinya Fang mampir ke sana dan hanya untuk memenuhi keinginan Solar.

Di dalam toserba Solar langsung meminta pada pegawai yang ada di sana untuk mengambilkan beberapa barang yang ia perlukan, seperti pensil, pulpen, penghapus, jangka dan busur. Solar membeli barang-barang itu dengan alasan beberapa dari saudaranya sangat suka menghilangkan alat tulis miliknya, bahkan sering meminjamnya tanpa seijinnya.

"Kurasa ini saja sudah cukup," ucap Solar sambil kembali mengingat-ingat barang apa saja yang perlu ia beli lagi. Sementara Fang memperhatikan Solar dalam diam, tetapi matanya tampak hampir tidak pernah berkedip.

Kemudian Solar meminta total harga yang harus ia bayarkan untuk semua barang yang ia inginkan. Untuk kali ini Solar menolak tawaran Fang yang ingin membayarkan sejumlah harga yang harus Solar bayarkan. Solar merasa tidak enak hati karena belakangan ini selalu menerima bantuan dari Fang, terlebih mulai sekarang Fang selalu mengantarkannya pulang sehingga ia dapat menghemat uang.

"Oh ya, acara besok akan dimulai pukul 8 malam. Jika itu terlalu malam untukmu, kau boleh tidak ikut bersamaku." Fang baru mulai bicara lagi ketika mereka sudah keluar dari toserba dengan sebuah kantung plastik di tangan Solar.

"Tidak, aku akan tetap ikut."

"Kau yakin? Acaranya akan berlangsung cukup lama, kau bisa kurang tidur jika—"

"Tidak apa, lagipula kau sudah susah payah meminta ijin dari Hali. Semua akan terasa sia-sia jika pada akhirnya aku tidak ikut ke acara itu." Solar menyunggingkan senyum setelah memotong ucapan Fang sebelumnya. Hal itu berhasil membuat Fang tertegun dan sempat berhenti bernapas.

-To Be Continue-

-Narake-

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang