04,5. Waktu Berdua [LEMON]

8.9K 277 63
                                    

WARNING!

LEMON!

R18!

.

.

.

.

.

"Gempa ... aku ingin melakukan itu." Kalimat itu menjadi tanda dimulainya sebuah permainan yang nantinya akan dipimpin oleh si sulung, Halilintar.

"Ha-Hali kamu bercanda 'ka -hmph!" Gempa segera dibungkam oleh Halilintar menggunakan bibirnya. Awalnya cumbuan tersebut terkesan kasar dan brutal, tetapi semakin lama Halilintar mulai memperlambat temponya sehingga cumbuan tersebut menjadi lembut.

Usai merasa Gempa tidak akan memberontak, Halilintar mulai melepaskan cumbuan tersebut. Wajah Gempa yang merona merah dipandang oleh Halilintar.

Gempa menggunakan punggung tangannya untuk mengusap pelan bibirnya yang baru saja menjadi titik pertama yang diserang Halilintar. Matanya enggan menatap Halilintar, sehingga ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Rasanya sangat memalukan, tetapi Gempa juga menginginkan sesuatu yang lebih dari sekedar cumbuan.

Sebuah seringaian terukir di bibir Halilintar. "Kau menyukainya?" Halilintar menjilat bibirnya sendiri dan menimbulkan sedikit bunyi karenanya.

"Ugh, kau tidak perlu menanyakannya, Hali." Gempa memukul pelan dada Halilintar karena kesal Halilintar menggodanya di saat seperti ini. Halilintar tidak tahu rasa malu yang tengah Gempa rasakan kala itu.

Halilintar tidak membuang banyak waktu, ia segera mengangkat tubuh Gempa. Ia meletakkan Gempa di salah satu pundaknya, kemudian berjalan secepat mungkin menuju kamarnya.

"Hali, turunkan aku!" Gempa yang merasa tubuhnya terangkat segera berseru protes akan apa yang Halilintar lakukan padanya. Bagaimana pun juga diangkat dengan posisi seperti ini sangat tidak mengenakan.

Permintaan Gempa segera dikabulkan oleh Halilintar setelah keduanya sampai di kamar Halilintar. Dengan sedikit tidak sabar Halilintar menurunkan Gempa di ranjangnya sendiri. Tidak lupa Halilintar mengunci kamarnya, mencegah orang lain akan mengganggu aktivitas mereka.

Halilintar kembali ke ranjang untuk mengurung Gempa yang masih terbaring di ranjangnya. Wajah Gempa masih merona, tetapi tidak semerah sebelumnya. Tangan Halilintar mengusap lembut pipi Gempa, sementara matanya menatap lurus ke manik cokelat keemasan yang masih enggan menatapnya.

"Hey, look at me." tangan Halilintar bergerak menarik dagu Gempa agar ia mau menatapnya, tetapi tampaknya Gempa masih enggan melakukannya.

Halilintar ingin dirinya ditatap oleh kekasihnya, agar dirinya dapat melihat apa yang sebenarnya Gempa rasakan di bawah sana. Namun karena Gempa masih tidak ingin melakukannya, Halilintar terpaksa melakukan sesuatu yang lebih agar Gempa mau memberikan perhatiannya pada Halilintar.

"A-ah, Hali!" Halilintar meremas bagian celana Gempa yang sudah menonjol, sehingga Gempa sedikit menjerit terkejut. Tidak sengaja ia menatap manik merah Halilintar yang tengah menatapnya lekat-lekat.

"Ya, seperti itu, tatap aku." sebuah seringaian Halilintar lukis di wajahnya sendiri, menambah kesan dominan di wajahnya.

Gempa mulai merasakan wajahnya menghangat setelah menatap Halilintar yang menyeringai di atasnya. Beruntung Halilintar tidak melanjutkan kegiatannya meremas celana Gempa, tetapi Halilintar mulai menyusupkan salah satu tangannya ke dalam kaos Gempa dan mencari titik yang akan membuat Gempa kembali mendesah.

Tangan Gempa mencengkram tangan Halilintar yang mulai bergerak menuju puncak dadanya yang menjadi salah satu titik sensitifnya saat ini. Namun perbuatan Gempa tidak berpengaruh banyak pada pergerakan Halilintar, sebab cengkraman Gempa tidak cukup kuat untuk menahan Halilintar.

Our StorylineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang