1. Awal Hana Pindah

13.6K 355 10
                                    

Hey friends, this is my first story, I hope you enjoy and be entertained!💚

><><

Hari ini di Bandung, Hana dan keluarganya sedang membereskan barang-barang untuk pindah ke Jakarta. Berat rasanya meninggalkan kota kelahiran, kota seribu cerita, meninggalkan teman-teman, dan kenangan yang berada dihampir semua jalan kota yang sejuk ini. Pasti Hana akan rindu dengan kue balok buatan mang Aman, kue serabi buatan bude Ais, jahili Lilis anak bi Lia, dan baca buku di jalan Asia Afrika.

"Hana udah selesai belum masukin bajunya?" Tanya Hulya Bunda Hana.

"Udah bun," jawab Hana setelah memasukan kopernya ke bagasi.

Hana melihat bi Lia yang sedang menggendong Lilis, punggung Lilis bergetar pasti gadis itu menangis. Hana menghampiri, "Lilis kenapa?"

Lilis tak menjawab ia malah semakin kencang menangis, bi Lia tersenyum ke Hana, "Hana, bi Lia atos ganggep Hana budak bi Lia sorangan."Ujar bi Lia, mata Hana langsung panas. Bi Lia ini sudah seperti ibunya sendiri, bahkan wanita itu lebih paham kemauan Hana dari pada bundanya, dari kecil Hana sudah dirawat dengannya.

"Bi, Hana pasti bakal kangen banget sama bibi." Hana memeluk bi Lia yang masih menggendong Lilis, air matanya sudah tak bisa dibendung lagi.

"Baik-baik ya disana," ujar bi Lia, Hana melepaskan pelukannya, menghapus air mata lalu mencolek Lilis. "Lilis gak mau ngomong sama teh Hana?" Tanyanya berusaha tersenyum.

"Te-h ha-na li-lis se-dih," lirih Lilis dengan napas tersegal-segal.

Hana tersenyum simpul, "liat dulu dong mukanya." Lilis menoleh ke Hana ragu-ragu sambil mendunduk. "Teh Hana pergi ayena, naha? Teh Hana moal ulin sareng Lilis deui?" Tanya Lilis.

"Moal kitu, teh Hana-" Hana menghela napas pelan menoleh ke Hulya yang sedang memasukan koper ke bagasi mobil, lalu balik menatap mata Lilis yang berair. Sebenarnya Hana juga tak ingin pindah, ini semua kemauan bundanya.

"Teh Hana mau ngerasain tinggal di Jakarta, Lilis juga kan? Nanti Lilis bisa ke Jakarta." Lanjutnya berusaha menenangkan Lilis.

"Teh Hana kan pernah tinggal di Jakarta,"

"Kali ini buat selamanya lis," ujar Hana, membuat Lilis teriak histeris, Hana salah ngomong kah? Hana memang buruk dalam memberi penenang.

Hana pengusap punggung Lilis, lalu menggendongnya, Lilis masih seusia Ririn adik Hana, dan Lilis sudah seperti adiknya sendiri.

"Hana ayo, udah selesai nih." sahut Hulya dari dalam mobil.

Hana menurunkan Lilis, "bi, bibi baik-baik ya disini. Makasih udah jagain Hana dari kecil, Hana sayang banget sama bi Lia," ujarnya lalu memeluk bi Lia lagi.

"Lilis juga jangan nakal ya, kalau niup permen bubble jangan sampai idung. Itu kotor," kekeh Hana mengusap puncak kepala Lilis.

Hana menaiki mobil lalu melambaikan tangan ke arah bi Lia dan Lilis.

"Nih," Raka. Abang kandung Hana, menjulurkan tangannya memberi kue.

"Kue balok mang Aman?" Tanya Hana antusias.

"Iya, gue tau lo pasti bakal kangen. Gue juga bawain kue serabi bude Ais."

Two Personalities [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang