27. Plester Yang Dibuang Saat Orang Itu Sudah Sembuh

1.7K 67 4
                                    

HAPPY READING!<3

><><

Setelah menerima Rizal— Hana tak henti-hentinya tersenyum, ia tak pernah merasakan hal ini sebelumnya.

"Hana kenapa sih? Dari tadi senyum-senyum terus," tanya Raka saat mereka sedang makan malam.

Hana seketika berhenti tersenyum, ia sampai lupa kalau sedang berada di meja makan.

"Lagi bahagia ya? Cerita-cerita dong," pinta Akmal.

Hana menggeleng sambil tersenyum, "bukan apa-apa kok. Gak salah kan kalo senyum?"

"Ya enggak sih, tapi serem aja tiba-tiba senyum-senyum sendiri." Jawab Raka lalu memakan udang baladonya.

"Kak Hana bener lagi bahagia?" Tanya Ririn yang duduk di sampingnya.

"Kak Hana kan bahagia terus," jawab Hana lalu menyuapi Ririn makan. Ririn suka sekali minta disuapi makan oleh gadis itu, padahal Hulya sudah menegur Ririn agar makan sendiri. Tapi Hana mencegahnya, karena ia sama sekali tak merasa keberatan. Malah Hana senang.

Akmal tersenyum penuh arti ke Hana, Hana yang merasa diperhatikan sontak menoleh ke depan menatap Akmal seraya menahan senyumnya.

"Ayah besok pergi jam berapa?" Tanya Hulya ke Akmal.

"Pagi-pagi, tapi ayah nganterin Hana sama Ririn dulu." Jawab Akmal bergantian menatap Hana dan Ririn dengan senyumnya.

"Raka gak dianterin yah?" Tanya Raka.

"Kamu kan bisa naik mobil."

Raka bergumam malas, Ririn yang melihat itu tertawa geli seraya menutup mulutnya.

Hana tersenyum sambil menggeleng kepala sebelum menyodorkan sendok berisi nasi ke mulut Ririn, "biar bunda aja." Hulya mengambil alih sendok itu. "Hana kamu lanjut makan." Titah Hulya.

Hana mengangguk patuh lalu melanjutkan makannya.

"Sebentar lagi kan Ririn ulang tahun, mau apa sayang?" Tanya Akmal ke Ririn.

Ririn mengetuk-ngetuk dagunya perpikir, "Ririn mau ngerayain ulang tahun di rumah aja, tapi malam ya biar seru! Terus Ririn mau ajak temen-temen semua. Ririn mau buat pesta boleh kan yah?"

Akmal terkekeh geli, "iya sayang. Boleh."

"Baru 5 tahun kaya ngerayain ulang tahun 17 tahun," sahut Raka.

"Biarin!" Ririn menjulurkan lidahnya ke Raka.

"Ririn sekolahnya betah kan?" Tanya Akmal.

Ririn mengangguk antusias, "Ririn suka banget sama sekolah baru! Temen-temennya asik, gak kaya di Bandung."

"Gak kangen Bandung rin?" Tanya Hana ke Ririn.

"Kangen, tapi kan di sini lebih seru."

Akmal mengelus puncak kepala Ririn. "Ayah seneng dengernya kalau Ririn betah,"

"Hana gimana?" Tanya Akmal ke Hana yang sedang mengunyah makanan.

Hana meminum air putih sebelum menjawab pertanyaan Akmal. "Baik-baik aja yah,"

"Kapan-kapan diajak dong temen-temen kamu ke rumah, ayah kan juga mau kenal."

"Yang cewek aja." Sergah Hulya.

"Yang cowok juga gak papa." Sela Akmal.

"Jangan terlalu banyak bergaul dengan laki-laki han, gak baik." Pringat Hulya, Hana hanya mengangguk. Ia tak ingin bertengkar lagi dengan Hulya, apapun yang bundanya katakan tentang hidupnya Hana hanya mengambil sisi positiv nya saja gadis itu bukan anak kecil lagi yang mudah terpengaruh atau terbawa arus oleh pola pikir seseorang. Ia memiliki pola pikirnya sendiri dan tak ada yang bisa merubah pola pikirnya.

Two Personalities [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang