5. Preman Permen

4K 187 3
                                    

Happy Reading All! <3

><><

Drtt drtt

Ponsel Hana bergetar, gadis itu langsung melihat ponselnya dan menatap tajam nama yang tertera di sana. "Mau ngapain sih ni cowok?" Geramnya lalu mengabaikan telfon dari laki-laki itu.

Drtt drtttt

Karena ponselnya sudah berdering lebih dari 5 kali akhirnya ia mengangkat panggilan itu. "HALO?!"

"Akhirnya diangkat juga,"

"Ngapain sih lo nelpon gue malem-malem?!" Tanya Hana kesal.

"Udah makan?"

"Udah." Hana langsung memutuskan panggilan secara sepihak.

Chat
Bagas:kok dimatiin si?

Adam:hai Hana, save nomor gue ya

Aska:Han, jadi cewe jangan cuek2, bikin gemes tau.

Udin:HANA BALES DONG

Malik:Han mau jadi pacar gue ga?:)

Satu persatu chat masuk, Hana paling malas menanggapi laki-laki gatal seperti itu. Laki-laki seperti itu hanya penasaran saja, kalau sudah tahu gimana rasanya dekat dengannya pasti mereka langsung meninggalkannya.

"Kok id line gue bisa kesebar gini sih?" Geramnya seraya menghapus pesan-pesan itu.

Hana meninggalkan kamarnya lalu turun kebawah menuju pintu depan.

Keadaan rumahnya sangat sepi, Hulya suka merajut di kamar sedangkan Akmal jarang pulang ke rumah.

Ngekkk

Hana membuka pintu depan sepelan mungkin agar tak ketahuan Hulya.

"Eh mau kemana?"

Hana terdiam kaku lalu memalingkan wajahnya secara perlahan untuk melihat siapa yang sudah menciduk nya.

"Hayo kak Hana mau kemana?" Tanya Ririn menunjuk Hana dengan pandangan curiga.

"Kirain siapa," Hana menghela napas lega seraya menempelkan tangan ke keningnya.

"Kak Hana mau kemana ini kan udah malam?" Tanya Ririn pelan.

"Rin, kak Hana cuma mau nyari angin aja kok." Alibi Hana.

"Terus kenapa kaget gitu?"

"Takut pada kebangun kak Hana gak mau ganggu,"

"Kak Hana--- bang Raka belum pulang masih di rumah Kak Ayana. Ririn gak ada temannya." Rengek Ririn.

"Di kamar ada bunda kok, Ririn sama bunda dulu ya."

"Ririn maunya sama Kak Hana aja," rengeknya semakin kencang. Hana meringis seraya melirik ke kamar Hulya takut bunda-nya dengar.

"Kak Hana gak lama kok. Janji deh," Hana mengelus pelan kepala Ririn. "Nanti kalo ada yang nanya Kak Hana kemana, jawab aja Kak Hana lagi nyari angin." Lanjutnya percaya kalau Ririn akan mendengarkan ucapannya.

"Oke! Jangan lama ya kak Hana."

Hana mengangguk, "yaudah sana ke kamar bunda."

Ririn mengangguk lalu jalan menuju kamar Hulya.

Hana segera keluar dari rumah, ia mendorong motornya sampai depan rumahnya agar tak terdengar Hulya. Entah ingin kemana pokoknya nyari angin saja.

"Angin malam kota Jakarta enak banget ya ternyata." Gumam Hana seraya menghirup udara segar.

Ketika Hana sedang asik naik motor tiba-tiba ia melihat ada anak kecil yang sedang dipalak di pinggir jalan sepi, Hana melirik jam tangannya yang menunjukan pukul 23.00 karena keasikan mengelilingi kota Jakarta ia sampai tak sadar kalau sudah larut malam.

Hana langsung turun dari motor, berniat untuk membantu anak kecil malang itu.

"Eh lo semua banci banget beraninya sama anak kecil!" Teriak Hana dari belakang kerumunan, Preman itu langsung menoleh ke sumber suara.

"Eh gila, berani juga dia sendiri kesini, segala ngatain kita banci lagi." Seru salah satu preman itu.

Hana langsung mengambil arah ke depan anak kecil malang itu untuk melindunginya.

"Aduh neng mending gak usah ikut campur, dari pada lo yang kita bawa. Kan lumayan." Preman itu tertawa keras seperti orang mabuk.

"Iya body nya cakep juga gak kaya lonte-lonte yang gue temuin di club."

"Gimana tuh body cewek club?" Tanya preman yang memakai topi koboi.

"Gede sih, tapi isinya angin semua!" Preman-preman itu tertawa renyah.

Hana mundur dua langkah. "Apa sih yang bisa lo semua ambil dari anak ini? paling permen, lo semua masih mau ngenyot permen?" Tanyanya sangat berani.

Karena kesal preman itu mencoba meninju wajah Hana namun gadis itu tak akan membiarkan hal itu terjadi, Hana langsung menangkis nya dan melintir tangan preman itu. Lalu mendorongnya sampai jatuh tersungkur ke aspal.

Gak tau dia gue siapa.

"Wah nih cewek boleh juga skill nya," sahut preman yang tubuhnya paling besar.

Hana menunduk ke samping saat merasa bajunya ditarik-tarik. Ia melihat anak kecil itu sudah menangis sambil menggeleng-geleng kepala takut.

Sejenak Hana berpikir kalau ia hanya fokus melawan preman itu sedangkan jumlah preman itu lebih banyak pasti anak kecil ini akan dibawa saat Hana sibuk menghajar mereka.

Hana segera menarik tangan anak kecil itu lalu berlari secepat mungkin.

"Woi jangan kabur lo!" Teriak preman itu mengejar Hana.

"Kak aku capek," keluh anak kecil digenggaman Hana.

Hana menoleh kebelakang untuk memastikan preman itu tak mengejar mereka "Seben---"

Brukkk

Karena Hana terlalu fokus melihat ke belakang, Hana dan anak kecil itu menabrak seseorang dan terpental ke belakang mengakibatkan pegangannya terlepas.

"Freya Rizal?" Kaget Hana dengan napas terengah-engah.

"Eh lo Hana kan? lo ngapain di sini?" Tanya Freya tak kalah terkejutnya.

Hana melirik ke kiri ia melihat bar yang lampunya redup lalu beralih menatap Rizal. Rizal habis ke bar sama Freya?

"Kita lagi dikejar preman," jawab Hana menoleh ke belakang.

Rizal langsung mengerutkan alisnya menatap Hana tajam.

Ketika mereka sedang mengobrol ternyata preman itu mulai mendekat dan mencengkram lengan Hana sekuat mungkin.

"LEPASIN!" Teriak Hana sambil mendorong-dorong preman itu, tapi kekuatan Hana tak sebanding dengan dua preman itu.

"Eh apa-apaan nih?! Lepasin dia!" Tukas Freya dengan raut wajah panik.

"Lo gak usah ikut campur, dia yang duluan cari gara-gara sama kita."

"Emang dia ngapain?" Tanya Rizal spontan.

"Dia udah gagalin rencana kita, terus dia mukul temen kita. Sekarang dia bawa anak ini pergi," jawab preman itu sambil melirik anak kecil yang ketakutan di belakangnya.

"Iya lah gue bawa pergi! Muka kalian itu nakutin gue aja ngeri liat lo semua apa lagi anak kecil!" Hardik Hana menatap preman-preman itu geram.

"Sialan lo!"

Pukulan hampir mendarat di pipi Hana 'lagi' tapi kali ini yang menahan pukulan itu bukan Hana melainkan Rizal.

><><

:) 💚

Two Personalities [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang