43. Pilihan Ayah

1.4K 79 13
                                    

Happy Reading All! <3
Jangan lupa vote ya anak baik :)

><><


"Orang itu juga kakak Ririn?" Tunjuk Ririn ke Jaka.

Hana mendongak ke atas seraya mengusap air matanya lalu menatap Ririn berusaha tegar. "Ririn tidur ya udah malam." Pinta Hana lembut.

"Kalo udah malam kenapa yang lain belum tidur? Emang anak kecil aja yang gak boleh tidur malam?" Tanya Ririn polos.

"Biarin aja Ririn di sini, biar dia liat sejahat apa ayahnya." Sarkas Hulya memandang Akmal dengan amarah yang berapi-api.

"Ayah jahat?" Gumamnya pelan. "Ayah gak jahat. Ayah selalu baik sama Ririn," ucapnya menatap Akmal dengan senyum manisnya.

"Iya ayah gak jahat," gumam Hana pelan. Rizal yang di samping Hana menoleh ke gadisnya--- menatap dengan perasaan khawatir.

Ririn menghapus air matanya dengan punggung tangannya lalu mendekati Hana. "Kak Hana kenapa nangis? Ririn nangis karna liat kak Hana nangis." Ririn masih belum mengerti situasi ini.

Hana mengelus puncak kepala Ririn sambil tersenyum, "kak Hana gak nangis kok. Kak Hana ngantuk jadi keluar air mata, Ririn tidur ya nanti tidurnya bareng kak Hana."

Mata Ririn berseri-seri, "kak Hana mau tidur sama Ririn?" Hana mengangguk. "Yeay! Bacain Ririn buku dongeng putri duyung ya." Pintanya antusias.

"Iya sayang," balas Hana lembut.

Ririn beralih menatap Akmal, "ayah juga mau kan tidur bareng Ririn?"

Akmal menggeleng pelan seraya mengelus puncak kepala Ririn, "malam ini tidurnya bareng boneka koala dulu ya." Jawabnya menunjuk boneka yang digenggam Ririn. "Anggap saja itu ayah," lanjutnya menatap putri bungsu nya pilu.

"Iya Ririn anggap boneka ini ayah," balasnya memeluk boneka itu erat. "Ririn suka main sama Hero."

"Hero? Siapa?" Tanya Raka.

"Ini boneka koalanya Ririn namain hero, karna dari ayah yang hebat. Ayah pahlawan buat Ririn. Ayah kan jarang di rumah jadi Ririn bawa boneka ini kemana-mana supaya Ririn ngerasa dekat trus sama ayah." Jelas Ririn antusias.

Akmal membalikan badan membelakangi Ririn karena tak kuasa menahan tangis, Hana yang melihat Akmal seperti itu pun langsung memegang pundak Ririn agar pandangan gadis kecil itu beralih kepadanya.

"Ririn naik ya, tidur di kamar kak Hana." Titah Hana lembut, Ririn mengangguk lalu ia naik tangga menuju kamar Hana.

Suasana kembali mencekam saat Ririn sudah tak terlihat, Hana beralih menatap Hulya yang dari tadi menatap Akmal dengan pandangan kosong.

Rizal tak tahu harus berbuat apa dan apa ia boleh menyaksikan ini semua? Ia merasa kalau keberadaannya di sini tak dibutuhkan. Tapi ia akan selalu berada di sebelah Hana, dalam situasi apapun.

Hana mendekati Hulya, "bunda." Panggilnya pelan.

Hulya masih tak bergeming, ia menatap Akmal dengan tatapan marah, kecewa, terluka.

"Bun dengerin penjelasan ayah dulu,"

Hulya beralih menatap anak gadisnya, "apa? Apa lagi yang harus didengarkan Hana? Orang yang berselingkuh itu tak bisa dimaafkan!" Tegasnya dengan suara lantang.

Hana mengambil pasokan oksigen seraya menundukan kepalanya.

"Sekarang kalian pilih, kalian mau ikut bunda atau ikut ayah?" Tanya Hulya menatap Hana dan Raka bergantian.

Rizal langsung menatap Hulya, pertanyaan itu--- pertanyaan yang sama dengan pertanyaan yang Afia tanyakan kepadanya saat orang tuanya berpisah.

Rizal beralih menatap Hana pilu, Rizal bisa merasakan rasa sakit itu. Ia tak ingin gadisnya merasakan apa yang ia rasakan juga, namun semua sudah terjadi.

Two Personalities [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang