25. Penantian

1.5K 75 2
                                    

Happy Reading All! <3

><><


Hana masih terus menunduk sampai masuk ke dalam warung bi Ija bersama Rizal.

"Eh Hana? Kenapa tadi mau balik lagi?" Tanya Jaka melihat Hana.

Hana tak menjawab.

"Malem-malem ke sini gabut banget anjir." Gumam Aldi melihat Hana lalu meminum kopi susu-nya.

Rizal memutar mata malas mendengar ucapan Aldi. "Bi ada obat P3K?" Tanyanya ke bi Ija yang sedang menghitung uang.

"Ada," jawab bi Ija lalu mengambil kotak P3K di dalam etalase.

"Siapa yang sakit zal?" Tanya Jaka.

"Hana," jawab Rizal lalu menuntun Hana untuk duduk di sebelahnya.

"Ohh ini yang namanya Hana," gumam Eriq membuat Hana menoleh.

Ketika Hana mengangkat kepalanya sontak yang lain membulatkan mata terkejut melihat wajah Hana.

"Eh anjir lo kenapa han?" Tanya Aldi menggebu-gebu.

"Banyak tanya lo al." Jawab Rizal seraya mengambil kotak P3K yang disodorkan bi Ija.

"Alah sia, kenapa neng mukanya?" Tanya bi Ija meringis melihat wajah Hana yang banyak lebam dan ada goresan di pelipisnya.

Hana tersenyum kikuk. "Luka biasa aja kok bi," jawab Hana.

"Luka biasa? Seumur-umur gue berantem, gak pernah gue dapet luka sebanyak itu." Ujar Aldi dramatis.

"Udah buruan diobatin biar gak infeksi." Saran bi Ija, "tunggu bibi siapin handuk sama es batu dulu." Ujar bi Ija lalu masuk ke dalam.

"Sini han," Rizal memegang lengan Hana menyampingkan badannya untuk menghadapnya.

"Gue bisa sendiri," ujar Hana mencegah Rizal saat Rizal mengangkat kapas bercampur obat merah. Laki-laki itu mengangkat kapas itu lebih tinggi agar Hana tak bisa meraihnya.

Jaka bangkit dari duduknya lalu menepuk pundak Adi mengintruksi untuk memberi Rizal dan Hana ruang.

Adi yang mengerti maksud Jaka langsung ikut berdiri dan duduk agak menjauh dari mereka berdua, Eriq juga melakukan hal yang sama.

Sedangkan Aldi masih memperhatikan dua sejoli yang sedang berdebat untuk siapa yang akan mengobati luka Hana.

"Berasa nonton sinetron," gumam Aldi lalu memakan kacang kulitnya.

Hana melirik Aldi lalu menundukan kepalanya canggung.

"Pergi lo!" Usir Rizal melempar kacang kulit yang sudah kosong.

Aldi meringis memegang keningnya yang terkena kulit kacang dramatis. "Iya iya, gue pergi ni. Nikmatin dah zal," goda Aldi melirik-lirik ke Hana.

"Gak usah didengerin." Ujar Rizal ke Hana.

Rizal menempelkan kapas itu ke kening Hana membuat gadis itu meringis.

Rizal jadi kasihan melihat wajah Hana yang mati-matian menahan sakit, "kenapa bisa gini sih han?"

Hana menggeleng kepala pelan, enggan bercerita.

Bi Ija datang dengan baskom bersisi es batu dan handuk basah. "Nih den," bi Ija meletakan baskom itu di meja. Rizal mengangguk sambil tersenyum tipis ke bi Ija, bi Ija melihat wajah Hana sebentar sebelum pergi melanjutkan aktifitasnya.

Rizal memperhatikan wajah Hana dengan seksama, sampai pandangannya jatuh ke bibir gadis iti. Ia melihat jelas sudut bibir Hana yang lebam keunguan.

Two Personalities [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang