24. Perasaan Yang Sama

1.7K 75 8
                                    

Happy Reading All ! <3

><><


Hana berdiam diri di kamarnya sambil memikirkan bagaimana caranya ia keluar dari rumah sekarang juga.

Tok tok tok

Pintu kamar Hana terketuk, gadis itu membuka pintu lalu menemukan Akmal yang sedang berdiri dengan senyum hangatnya.

"Ayah boleh masuk?" Tanya Akmal lembut.

Hana mengangguk lalu mempersilahkan Akmal masuk.

Akmal melihat-lihat kamar Hana, kamarnya bernuansa navy, "berantakan yah." Ujar Hana seraya tersenyum malu.

Akmal mendudukan bokongnya di kasur Hana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akmal mendudukan bokongnya di kasur Hana. "Buat ayah ini gak berantakan, masih bersih."

Hana duduk di sebelah Akmal lalu menyenderkan kepalanya di bahu Akmal manja, Akmal mengusap rambut gadis itu. "Kamu kenapa sayang?" Tanyanya merasa aneh dengan sikap Hana, biasanya gadis itu berkumpul bersama di ruang keluarga saat ada Akmal.

"Biasa yah, bunda." Jawab Hana lalu mengembungkan pipinya kesal.

"Kenapa lagi sama bunda?"

Hana menyilangkan kakinya seraya menghadap Akmal. "Kemarin kan temen Hana main ke rumah, masa bunda nyuruh dia buat jauhin Hana."

"Mungkin temen Hana bukan orang yang baik dipandangan bunda."

"Semua orang juga gak baik dipandangan bunda." Balas Hana kesal.

Akmal terkekeh geli melihat gaya bicara Hana yang menggemaskan. "Bunda mau yang terbaik buat kamu sayang," ujarnya mengelus kepala Hana.

"Hana udah gede yah, Hana udah bisa bedain mana temen yang baik mana yang enggak. Lagian kalau temen Hana gak baik Hana bisa jaga diri kok."

"Udah gede?" Tanya Akmal tersenyum jahil.

Hana mengangguk kuat. "Tunjukin dulu pacar kamu baru ayah bisa bilang kalau kamu udah gede." Gadis itu membulatkan matanya membuat Akmal terkekeh.

"Emangnya kalau Hana punya pacar ayah gak masalah?" Tanya Hana ragu-ragu, ia takut kalau ayahnya memandang pacar Hana nanti dari segi materi, cara berpakaian dan sangat mengintimidasi sama seperti cara Hulya menselektif.

"Kenapa harus masalah? Selagi Hana bahagia sama orang itu, ayah setuju-setuju saja." Jawab Akmal membuat hati Hana menghangat. Ia merasa beruntung sekali memiliki ayah seperti Akmal.

Two Personalities [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang