"Lo disuruh motong itu gabus, bukan tangan yang di potong!"
Gue tersentak dari lamunan gue karena Ziae yang menyadarkan lamunan gue.
Gue menggernyit lalu ngeliat ke jari Gue.
Dan bener aja...
Jari gue teriris guys..Duhh ternyata perih jugaaa.
"Nan, minta alat P3K untuk Qalila iniii" pekik Ziae.
Nandira yang lagi ngebenerin Mikroskop pun membalikkan badannya ke kita.
"Kenapa?" Tanya nya.
"Lo liat noh tangan sahabat Lo" tunjuk Ziae pada jari gue.
"Ihhh Qalila... tunggu-tunggu, darah Lo banyak banget ituh" Nandira jadi heboh sendiri.
"Shh.. iya-iya nan" ucap gue sambil nahan sakit.
Semua pada ngerubuni gue karena ngeliat darah gue yang banyak berceceran di lantai.
Ini gara-gara gue ngelamun karena masalah tadi.
Ya ampun...
**
Normal PROV.
Nandira terburu-buru jalan menuju ruang UKS hingga dia tidak melihat orang yang keluar dari pintu UKS.
Dan alhasil, mereka bertubrukan.
"Aduhhh" ringis Nandira saat dia terjatuh.
"Eh, maaf..." Ucap sebuah suara yang sangat Nandira kenali.
Aishhh..
Jantungnya deg-degan lagiii..Kenapa harus ketemu dia sih?
Nandira jadi malu kan??Orang itu menjulurkan tangannya yang di terima Nandira dengan keraguan.
"Makasih" ucap Nandira.
Dia tersenyum.
"Maaf ya? Kakak gak sengaja" ucap kakak kelas, yang bernama Dzikri.
Dzikri, kakak kelas Nandira di SMA Cahaya ini, dan kakak kelas Nandira waktu SMP.
Dzikri ini..
Adalah someone yang di maksud oleh Qalila waktu itu."Emma.. Bu..bukan kakak yang salah, gue aja yang gak liat, kalo gitu gue permisi" ucap Nandira sambil mencuri-curi pandang.
Dia tersenyum.
"Iya, kakak juga salah kok" ucapnya."Permisi kak" Nandira melewati dzikri dengan sopan.
Sesampainya di dalam UKS, Nandira menetralkan degup jantung nya.
"Jantung...jangan cepet banget kerjanya..." Gumam nya sambil memegang dadanya.
*
Nandira baru saja sampai di depan kelas sambil membawa kotak P3K, tapi di lihatnya Qalila yang sudah di tangani oleh anak kelas sebelah.
Yaitu Dzakian.
Nandira heran, kenapa dzakian bisa disini? Dan.. Dzakian? Ngobatin Qalila?
Hmm..sudah pasti Qalila seneng pake banget itu:v"Lo lama banget" bisik Riana saat Nandira sudah berdiri di sampingnya.
" Ya maap, tadi ada sedikit insiden setengah menyangkan dan setengah memalukan" balas Nandira berbisik.
"Iyalah" kata Riana
"Sshh ADAWWW..SAKITTT" teriak Qalila kesakitan saat Dzakian meneteskan obat biru pada luka Qalila.
"Jangan teriak Qal, di obati juga" nasihat Ziae.
"Tapi sakit..." Ucap Qalila sambil menggembungkan pipinya, dia berbicara dengan nada seperti anak kecil, yang membuat kesan imut.
Dzakian aja sampai kagum.
"Tahan bentar, ntar lagi gak sakit kok" ucap dzakian lembut, lalu dia meniup luka Qalila dengan maksud mengurangi rasa sakit pada luka Qalila.
Tadi, waktu Dzakian mau balik ke kelas, Dzakian ngeliat ada rame-rame di sebelah kelasnya, karena penasaran Dzakian ngeliat, dan betapa kagetnya dia waktu ngeliat Qalila yang setengah menangis sambil melihat ke jarinya yang penuh darah.
Langsung aja dia ngambil peralatan P3K dari tas nya, semenjak kejadian waktu di UKS bareng Qalila, dzakian jadi sering bawa kotak P3K.
Dan waktu liat Qalila luka gitu, NtAh kenapa membuat Dzakian jadi sangat khawatir pada Qalila.
"Adohhh...sweet banget tau gak itu si Dzakian" pekik Nandira tertahan.
Ziae yang kebetulan juga ada di samping Nandira mengangguk membenarkan.
"Bener banget, jadi pingin" ucapnya.
"Sini gue iris tangan Lo" kata Qalila sambil memegang pisau.
"Gak-gak, kalo itu gue kaga mau lah" tolak Ziae.
"Tapi Lo mau?" Goda Nandira sambil menaik turunkan alisnya.
Ziae mendengus.
Dzakian selesai juga membalut luka Qalila dengan Hansaplas.
Hansaplas nya imut lohh.. gambar monkey, Qalila kan jadi gemes sama monkey yang ada di Hansaplas nya.
"Makasih" ucap Qalila dengan senyuman.
Dzakian mengangguk.
"Kalo gitu gue ke kelas ya? Udah mulai belajar kaya nya" ucap Dzakian.Qalila mengangguk.
Dzakian berdiri.
"Udah ya?" Tanya Riana.
Dzakian mengangguk.
"Udah" jawab nya."Makasih ya Dzakian, udah bantuin Qalila" ucap Ziae ramah.
"Sama-sama" ucap Dzakian, dzakian pun pergi masuk ke kelas nya.
"Demi apaa Dzakian sweeett" pekik Riana.
Ziae dan Nandira mengangguk setuju, sementara Qalila senyum-senyum.
"Fix itu mahh..bakalan jadi calon imam gue" gumam nya yang masih terdengar oleh ketiga sahabatnya.
Mereka bertiga memutar bola mata malas mendengarkan gumaman Qalila yang terdengar halu terlalu tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta kelas Sebelah [End]✓
Teen Fiction"Dzakian Ahmad Fauzan, kelas 10 IPA-4" seru suara kepala sekolah yang menyebutkan nama-nama untuk ke kelas mereka masing-masing. Gue terus memperhatikan itu cowok, gue satu MPLS sama dia, dan dari pertama gue liat dia, ntah kenapa jantung gue selalu...