12. Purnama

1.7K 216 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Piony menatap ngeri tembok besar yang berdiri kokoh di depannya. Cewek yang masih mengenakan seragam putih abu-abu itu, berdiri di bawah lampu remang-remang bersama dengan Rama yang sedang sibuk menata batu˗batu yang Piony tidak tahu untuk apa dia melakukan itu.

“Ngapain, sih?” tanya Piony pada Rama.

“Kalo nggak mau bantuin nggak usah nanya.” Rama menjawab datar, namun terdengar tajam.

Piony mendengkus kesal. Dia tidak tahu sedang apa dia di tempat ini dan Rama malah menyuruhnya untuk membantunya mengangkat batu bata yang cukup besar itu.

“Nggak jelas banget sih lo. Kita mau ngapain, sih?” tanya Piony, lagi.

“Makanya bantuin gue. Entar lo juga tahu,” balas Rama tanpa menoleh sedikit pun pada Piony.

Piony menarik napasnya jengah. Dengan terpaksa, Piony melangkahkan kakinya dan mendekat ke arah tumpukan batu bata batako yang tersusun di dekat pembuangan sampah.

“Ugh!” Piony mencoba mengangkat batu bata itu sendirian. Sayangnya ia tidak bisa. Bukan karena Piony tidak kuat. Tapi, dia belum makan tadi siang. Dan sekarang sudah malam. Tidak tahu jam berapa.

“Nggak kuat, ya?” tanya Rama yang ternyata sudah berdiri di sebelah Piony.

Mata Piony menatap nyalang Rama. “Kalau gue kuat, dari tadi ini batu udah gue lempar ke muka lo, tahu nggak?!”

“Awas!” Rama mendorong tubuh Piony agar minggir.

“Percuma minum susu kotak setiap hari, tapi tulangnya nggak kuat kuat,” sindir Rama sambil membawa batu bata itu dan kemudian ia pindahkan dekat tembok yang penuh dengan coretan.

“Apaan, sih, nggak jelas!” balas Piony tidak terima dengan sindiran Rama.

“Lagian lo mau ngapain, sih, Ram? Katanya mau cari kelebihan gue, tapi kok lo malah nyuruh-nyuruh gue angkat-angkat beginian segala!? Ini sih bukan bakat gue. Lama-lama lo keliatan kayak mau ngerampok rumah orang! Pasti abis ini lo naik ke batu itu, terus lo loncat dan masuk ke dalam, abis itu—eh?”

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang