35. Ancaman

1K 125 6
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Tetesan air jatuh ke lantai beriringan dengan langkah kaki Piony yang sedang menuju ranjangnya. Handuk yang tersampir di samping bahunya kini ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya dengan menggosok-gosoknya.

Sebelah tangannya yang tak sibuk Piony gunakan untuk meraih remot AC, kemudian menekan tombol pada remot tersebut. Udara dingin mulai menggelitik pori-pori setiap inci tubuhnya. Apa lagi Piony baru saja selesai mandi dan tubuhnya belum benar-benar kering. Ditambah lagi ia hanya mengenakan kaus polos putih dan hot pants dongker di atas lutut.

Helaan napas panjang menyeruak tatkala Piony menatap meja belajarnya yang penuh dengan tumpukkan PR yang menariknya untuk segera dikerjakan.

Piony kini duduk di depan meja belajarnya. Handuknya ia sampirkan di kepala kursi yang ia duduki. Dengan berat hati, dan niat yang tak pernah ia dapatkan, di bukanya lembaran buku PR Sejarahnya dengan ogah-ogahan.

Meja belajar Piony bergetar. Bukan karena gempa. Tapi satu pesan masuk ke ponselnya. Hingga membuat Piony berpaling ke benda segi empat tersebut.

Satu pesan dari tetangga sebelahnya membuat Piony mengerutkan keningnya.

Piony tak membalas pesan dari Rama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Piony tak membalas pesan dari Rama. Ia justru langsung menutup bukunya. “Sebentar doang kok. Nanti aku kerjain Pr-nya. Tenang aja.”

Sumpah gue penasaran Rama mau ngapain, ucap Piony dalam batinnya.

Sebelum pergi, Piony menyisir rambutnya agar tak kelihatan kusut. Ia juga mengganti celananya dengan kulot hitam panjang. Tak lupa, menyemprotkan sedikit parfume meski aroma sabun masih menempel di tubuhnya.

Srek.

Suara gesekkan sandal yang baru saja Piony kenakan terasa janggal. Cewek itu segera mengangkat kakinya dan menemukan sebuah foto di bawah sandalnya itu.

Piony yang sedang berdiri di depan pintu apartemen dengan kondisi gelap, tak mampu melihat dengan jelas foto siapa yang telah ia injak. Penasaran dengan foto tersebut, Piony segera menyalakan lampu dan sedetik kemudian matanya melebar sempurna.

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang