31. Kotak Bekal

1K 153 23
                                    

•••

“Maaf ya Mas, saya telat balikin komiknya” ucap Piony pada pria pemilik rental komik yang ia kenal bernama Mas Bobi. “Ini dendanya, Mas.” Piony menyerahkan uang lima ribuan sebagai denda atas keterlambatan pengembalian komik yang ia pinjam.

“Lain kali telat juga ngak pa-pa Neng.” Mas Bobi itu terlihat menjawab santai, ia tidak marah sama sekali. Baginya, penyewa yang terlambat mengembalikan komik adalah rezeki.

“Maaf ya Mas, soalnya banyak peristiwa-peristiwa besar yang terjadi dalam hidup saya akhir-akhir ini.”

“Semoga masalahnya cepat selesai ya Neng. Jadi manusia itu harus siap menerima segala masalah dan cobaan. Hadepin aja sambil makan kuaci.” Pria berkaus one piece itu meludah pelan saat kulit kuaci terselip di giginya.

Piony tertawa renyah sambil membenarkan tas ranselnya. Tak lama kemudian, tiba-tiba ada yang memukul kepala Piony menggunakan komik. Cewek itu meringis dan matanya memicing ke arah orang yang telah memukul kepalanya itu. 

“Telat ya balikin kominya?” Rama tersenyum meledek.

“Biarin sih, yang penting udah dibalikin!” ketus Piony.

Kenapa Rama tahu-tahu ada di sini. Ketahuan kan tuh! Jerit Piony dalam batinnya.

“Komik apa yang lo pinjem?” tanya Rama. Sebenarnya cowok itu sudah tahu komik apa yang Piony pinjam. Ia hanya basa-basi saja.

“Kepo,” jawab Piony masih terdengar ketus.

Hell Blade, Ram.” Bobi menjawab pertanyaan Rama yang seharusnya Piony jawab.

“Oh, seru kan? Katanya nggak suka sama yang berantem-berantem?” sindir Rama lebih terdengar menggoda.

“Nggak tahu deh, gue nggak baca, kemarin asal ambil aja. Lagian dari kemarin gue sibuk, jadi nggak sempet sentuh komik itu.”

“Sibuk sama gue ya?”

Piony menoleh dan mendapati Rama tengah tersenyum jahil ke arahnya. Bobi terdengar terkekeh dengan kuaci yang terapit di bibirnya.

Bahu Piony mengedik. “Nggak tahu deh. Kan awalnya gue juga di pak-sa sama orang buat bantuin dia tolongin kakaknya. Udah ditolongin, eh malah di prank.

“Jahat banget tuh Neng. Kalau saya jadi Eneng sih mending musuhin aja,” celetuk Bobi.

“Tadinya sih mau saya musuhin, terus blokir dia dari hidup saya. Tapi nggak jadi deh Mas, kasihan. Dia udah dapat balesan dari sekolah dan kakaknya.”

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang