40. Misi Penyelamatan (2)

1K 122 4
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Beberapa front liner sudah disusun cukup matang dalam misi penyelamatan Piony. Mereka sudah berada di posisi yang telah diatur dengan partner masing-masing, kecuali Sam.

Sam adalah front liner pertama. Ia sudah standby di dalam club dan bertugas sebagai mata-mata. Hanya Sam yang bisa masuk ke club dengan menggunakan black card, karena cuma dia yang memilikinya.

Front liner kedua ada Oka dan Eza. Mereka sudah menyelesaikan tahap awal misi mereka. Masuk ke club dengan cara memanjat balkon. Ada enam anak buah Oka yang ikut dengannya, dan mereka berhasil melumpuhkan penjaga Tora yang berkeliaran di club itu.

"Lo lihat Piony atau Tora?"

Rama yang berada di front liner keempat, berbicara pada Sam lewat sambungan telepon.

"Nggak. Tapi firasat gue, sebentar lagi mereka akan datang. Pikiran negatif gue bilang, kalau cewek yang mau dijual itu pasti Piony," jawab Sam.

"Hati-hati, Sam! Tora atau anak buahnya mungkin ada yang ngenalin lo."

Kini, suara Oka yang terdengar. Ia tengah berdiri di balkon tengah di dalam club. Ia bisa lihat Sam yang sedang duduk di depan bar dari atas. Oka harap, ia tak semudah itu dikenali. Oka dan teman-temannya yang biasanya tampil urakan, kini terlihat fancy untuk penyamaran.

"Kita kekunci di kamar." Seruan Sergi terdengar, setelah ia dan Arfan berhasil membobol jendela kamar sewaan yang lampunya tampak terang.

Sergi dan Arfan ada di front liner ketiga. Sebenarnya misi masuk lewat kamar sewaan adalah ide Arfan, dan tak begitu penting. Tapi entah kenapa Sergi malah mengikuti anak itu dengan sukarela.

"Anjir!" Sergi spontan menutup kedua bola matanya saat seorang gadis keluar dari kamar mandi dengan handuk melilit tubuhnya. "Aurat."

"SIAPA KALIAN?!" Gadis yang tak dikenali oleh Sergi maupun Arfan itu menjerit. Tangannya melindugi handuknya agar tidak terjatuh di depan cowok-cowok itu.

"Maaf Mbak bisa masuk lagi nggak ke kamar mandi?" perintah Sergi dengan sopan.

"Nggak! Kalian yang keluar dari sini! Ini kamar sudah saya pesan. Cepat keluar!"

"Ada apaan, sih?!" Terdengar suara Jargo di earphone mereka.

"Nih, si Sergi malah main sama kupu-kupu," jawab Arfan yang sedang berdiri menatap Sergi yang masih mencoba membujuk gadis itu masuk kamar mandi.

"Lo ngapain sih, Ser? Ini kita lagi urgent lo malah main kupu-kupu kayak bocah!" kata Jargo lagi.

"Anjir. Ini bukan kupu-kupu biasa. Gue mau nangkepnya aja takut." Sergi terdengar berbisik. Takut gadis di depannya ini mendengar. "Takut salah pegang gue."

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang