•••
Hampir seminggu Esther tinggal di rumah lamanya. Tempat yang menemani masa kecil Esther serta Rama. Sampai akhirnya ia muak dan kabur dari rumah ini bersama Rama dan mamahnya. Esther selalu mengatakan kalau ia tidak akan pernah kembali ke rumah ini apapun yang terjadi. Tetapi sekarang, Esther malah menjilat ludahnya sendiri.
"Kamu sudah makan?" Sofa di depan Esther berdenyit.
Haris, atau yang lebih akrab dipanggil papah oleh Esther, duduk di seberang gadis itu dengan secangkir teh hangat di tangannya.
"Kamu sudah makan?" tanya Haris sekali lagi.
"Sudah," jawab Esther singkat. Sejujurnya Esther tidak makan dengan benar tadi. Mungkin hanya lima sendok nasi yang berhasil ia telan. Memikirkan Rama setiap saat membuat Esther tak berselera untuk melakukan apa pun. Bahkan bernapas.
"Papah senang kamu kembali," ucap Haris setelah menyeruput teh hangatnya. "Dan apa yang kamu minta, sudah Papah penuhi. Adikmu itu tidak akan kehabisan uang untuk waktu yang sangat lama."
"Makasih, Pah," balas Esther dengan suaranya yang lembut.
Esther melirik ke arah dinding bercat putih di ruangan itu. Sebuah foto berukuran besar menarik perhatiannya. Moment bahagia terakhir yang Esther rasakan di keluarga ini, tercetak dengan tinta printing di dalam pigura besar itu. Di foto itu Esther masih bisa tersenyum bahagia. Berbeda dengan sekarang, Esther sudah lupa bagaimana caranya tersenyum dan bahagia.
Pandangan Esther kemudian teralih ke pria separuh baya di depannya. Ingin rasanya ia mencabik dan berteriak di depan wajah pria itu dengan suara lantang. Karenanya hidup Esther dan Rama menderita. Dan karenanya pula Esther merasakan rindu yang amat berat pada mamahnya. Jika bukan karena Haris, mungkin saat ini Esther sedang berbincang dengan tawa riang bersama mamahnya.
"Kamu mau ke mana?" Haris berseru saat Esther bangkit dari sofa.
"Aku mau ke kamar," jawab Esther seraya membalikkan badannya. Sebisa mungkin, Esther ingin menghindari papahnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEIGHBORHOOD [ END ]
Novela Juvenil... Piony tidak menyangka kalau kepindahannya ke apartemen barunya, membuat Piony menjadi dekat dengan Rama-cowok yang tidak Piony suka. Sampai suatu hari, Piony tidak menduga saat mendapati Rama sedang berkelahi. Padahal, semua orang di sekolah ta...