43. Akhir?

1.3K 164 11
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Kamera beneran, nih?" celetuk Maria pada Fia. "Keren juga."

"Iya dong. Foto yang kemarin pakai ponsel jadul lo, kan?" Fia balik bertanya pada Maria.

"Sial lo! Udah gue puji malah menghina gue." Maria mengangkat kamera baru Fia yang sedang ia pegang. "Gue jatuhin nangis darah lo!"

Bukannya takut dengan ancaman Maria. Fia justru tertawa dan merampas kamera di tangan Maria. "Udah buru kita setting kameranya. Lo udah siap belum?"

"Udah dong!" Maria merapihkan rambut panjangnya dengan jari-jemarinya. "Yang lain lama deh. Dandannya kayak mau pesta aja!"

"Marah-marah mulu lo!" sembur Alia yang baru saja keluar dari Rumah Sekutu, yang kini tampak terlihat baru.

"Mau foto sekarang?" Nada bertanya tepat setelah ia merapihkan hijabnya di dalam Rumah Sekutu.

"Piony mana?" tanya Maria sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru. Pandangannya terhenti sesaat mendapati Piony sedang terpaku di depan Rumah Sekutu.

Maria menghela napasnya pelan. "Masih terharu kayaknya."

"Bukan!" sela Fia, "dia bukan terharu melihat Rumah Sekutu bisa berdiri lagi, dan lebih bagus dari sebelumnya. Justru sebaliknya."

Maria, Alia, dan Nada menatap Fia serentak. Kemudian pandangan mereka sama-sama tertuju ke arah Piony dengan tatapan sendu.

"Piony sedih. Dia masih merasa bersalah atas apa yang terjadi sama rumah itu. Pandangan kita semua sama. Bukan megah yang kita harapkan dari tempat ini. Tapi kenangan dan suasananya yang selalu bikin kita senang ada di sini," lanjut Fia.

Setelah peristiwa terbakarnya Rumah Sekutu dan penculikkan Piony. Maria dan yang lain, serta ayahnya, membangun kembali rumah ini dengan sisa uang tabungan mereka. Rumah Sekutu jauh lebih bagus dari sebelumnya. Dan jangan lupa dengan bantuan keluarga mereka masing-masing,  yang ikut menambah dana.

"Samperin yuk!" ucap Alia mengajak ketiga temannya untuk menghampiri Piony.

"Pi!"

Piony menoleh dan langsung disambut senyuman manis dari bibir teman-temannya. "Hm?"

Maria memeluk Piony. "Sedih itu jangan berlarut. Nggak baik, ah!" ucapnya pada Piony.

"Mar, gue—"

"Lo nggak salah! Mereka yang jahat sama lo. Lo lebih berarti dari tempat ini Pi," sela Maria.

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang