37. Siapa?

958 130 6
                                    

••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara sepatu Maria beradu menjadi satu dengan gaduhnya suasana sekolah hari ini. Mimik gusar tercetak di wajah orientalnya. Ia berlari menuju kelas tanpa peduli telah menubruk banyak orang.

Sesampainya Maria di kelasnya, ia langsung menggebrak meja yang di depannya ada Fia, Alia, dan Nada yang sedang berbincang.

“Mar, kenapa lo—”

“Mana Piony?!” Maria memotong ucapan Alia dengan napas menderu.

“Eh, iya dia kemana ya? Tumben belum datang. Coba lo telpon sepupu lo Fi. Jangan-jangan dia nggak masuk,” usul Alia.

“Ponselnya aktif tapi nggak dijawab sama dia.” Sela Maria saat Fia baru saja mengeluarkan ponselnya hendak menghubungi Piony.

Fia, Maria, dan Nada saling pandang. Melihat gurat gusar di wajah Maria membuat mereka kompak berpikir pasti ada yang tidak beres.

“Ada apa Maria?” tanya Nada dengan suara lembut khasnya. “Duduk dulu!”

Maria duduk di kursi tepat di sebelah Alia. Ia duduk menghadap tepat ke arah Fia yang tengah menatapnya serius.

“Semalam ada kebakaran,” ucap Maria pelan, “tempat favorit kita yang jadi lokasi kebakaran itu.”

Mimik wajah Fia, Alia, dan Nada langsung berubah drastis. Bola mata mereka melebar seolah ingin loncat dari tempatnya. Fia sampai menahan napasnya. Mulut Alia melebar seperti matanya. Sedangkan Nada menutup mulutnya dengan hijab. Ketiganya tak menyangka akan mendapat berita duka sepagi ini.

“Mar, gue sedang berada dimode nggak mau bercanda!” tukas Alia seolah tak percaya dengan penuturan Maria.

“Kalian pasti nggak percaya sama gue. Sama. Awalnya juga gue nggak percaya pas salah satu pegawai toko papah datang, dan kasih kabar kalau Rumah Sekutu kebakaran. Gue coba menyangkal kesaksian pegawai papah itu sampai akhirnya gue pergi ke TKP langsung. Dan perasaan gue langsung hancur pas sampai di sana. Gue nangis pas lihat rumah itu nggak berbentuk lagi.”

“Kok ... bisa?” tanya Fia terdengar pelan.

Bahu Maria mengedik. “Andai aja gue tahu, gue pasti nggak stres kayak gini. Dan ada yang lebih menggangu gue saat ini.”

Fia, Alia, dan Nada hanya diam tak berniat bertanya. Mereka hanya menunggu sampai Maria kembali bercerita. Kabar perihal lenyapnya Rumah Sekutu juga membuat tubuh mereka seketika lemas.

“Gue rasa ... Piony dalam bahaya sekarang.” Suara Maria terdengar pelan, namun mampu membuat ketiga temannya itu semakin terlihat tak baik-baik saja.

“Piony? Dalam bahaya? Maksud lo apa?” seru Alia.

“Sebenarnya arah pembicaraan kita ini apa, Mar? Rumah Sekutu yang kebakaran aja belum selesai kita bahas penyebabnya apa. Sekarang lo malah bicara yang lebih menakutkan!” Fia terdengar meninggikan suaranya, membuat Nada memegang pundak cewek itu bermaksud menenangkan.

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang