39. Misi Penyelamatan ( 1 )

941 130 7
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Piony terbangun dari mimpi buruknya. Suara pria yang mampir dimimpinya terus berdengung di kepalanya. Tanpa sadar, tetesan bening dari matanya jatuh ke pipinya.

Sayup-sayup Piony rasakan cahaya masuk ke retina matanya. Air mata menghalangi pandangannya. Sambil terus membenahi pandangannya, Piony merubah posisi tubuhnya menjadi duduk.

“Ah ... ”

Kepala Piony terasa berdenyut. Kepalanya semakin terasa pusing saat matanya sudah benar-benar terbuka lebar. Dan ruangan asing yang pertama Piony lihat, membuat ia tampak kebingungan.

“Di mana, nih, gue?” gumam Piony.

Pandangan Piony menelusuri setiap sudut ruangan itu. Tak ada yang istimewa. Hanya ada ranjang berukuran queen dan sebuah lemari kayu cokelat di dekat jendela.

Piony kini berdiri lalu berjalan menuju jendela berukuran sedang di sebelah lemari itu. Lantai dingin merayap ke pori-porinya karena AC yang menyala, sekaligus angin Malam yang masuk lewat jendela dan menerpa tirai di kamar itu.

Jendela itu kini terbuka lebar. Dan Piony langsung disuguhkan pemandangan langit malam beralaskan danau yang indah.

Ada di mana gue? Jangan-jangan gue diculik.

Suara gagang pintu yang mendadak dibuka mengejutkan Piony. Spontan ia menempel pada lemari, yang sebenarnya tak mampu menyembunyikan tubuhnya.

“Si-si-siapa?” cicit Piony ketakutan.

“Udah bangun ternyata.”

Deg!

Suara itu.

“Lo ... jadi umpan sekarang.”

“Lo ... jadi umpan sekarang.”

Suara yang sama seperti dimimpi Piony. Ahh, nggak! Semuanya kerasa real.

Siluet seorang pria perlahan berubah menjadi nyata. Degup jantung Piony berpacu lebih kencang dari sebelumnya. Sosok dengan codet di sebelah bibirnya, benar-benar mimpi nyata bagi Piony.

Pria itu melempar dress merah dengan kasar ke arah Piony. “Cepat ganti baju lo. Sepuluh menit gue balik lagi ke sini. Kalau sampai baju lo itu belom keganti. Gue buang lo ke sungai.”

Piony menelan salivanya susah payah. Kepalanya berpaling menghindari tatapan pria itu. Sebisa mungkin, Piony tak akan terisak di depan pria yang telah menculik, dan melenyapkan Rumah Sekutu.

NEIGHBORHOOD [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang