13 - alfa

1.4K 112 0
                                    

Sekarang hari jum'at, gue udah pulang sekolah dan sekarang gue lagi di rumah Andra tapi Andra lagi melaksanakan solat jum'at dulu sebelum belajar dan gue di rumah Andra sama mama Annisa.

"Bella" panggil mama Annisa.

"Iya ma" sahut gue.

"Mama boleh cerita tentang Andra?"

"Boleh banget ma"

Mama Annisa tersenyum, "mama itu sebenarnya punya dua anak. Kesatu Andra dan yang kedua namanya Alfa. Andra sama Alfa itu beda banget sifatnya, Alfa yang rajin belajar dan ya pokoknya dia baik banget sementara Andra ya begitulah seperti yang kamu tau tapi mama tidak pernah membedakan Andra sama Alfa, bagi mama Andra sama Alfa sama saja walaupun Andra seperti itu tapi mama tetap sayang sama Andra"

"Lalu dimana Alfa?" tanya gue.

Mama Annisa tiba-tiba aja nangis karena gue nanyain Alfa, gue gak tau apa yang terjadi sama Alfa sampai mama Annisa nangis kenceng kayak gini. Gue bener-bener jadi ngerasa bersalah banget karena udah buat mama Annisa nangis.

"Mama, mama kenapa nangis?" tanya gue lagi.

"Mama kangen Alfa" jawabnya pelan. "Alfa, Alfa udah gak ada"

Mendengar jawaban mama Annisa, gue jadi ngerasa bersalah karena telah bertanya kayak gitu tapi gue beneran gak tau kalo Alfa udah gak ada.

"Maaf ma, aku gak tau. Aku turut berduka cita ya ma" kata gue, gue bener-bener gak enak hati.

"Iya bell makasih, Alfa meninggal karena kecelakaan. Karena rem blong, mama juga gak tau kenapa bisa rem nya blong tapi mungkin itu sudah takdir"

"Iya ma, mungkin itu sudah takdir. Mama yang sabar ya, mama harus kuat dan harus bisa iklashin Alfa"

"Iya mama sudah mengiklashkan Alfa lalu semenjak Alfa tiada, Andra semakin menjadi. Mama juga bingung kenapa Andra jadi nakal banget dan susah di atur. Sampai-sampai papanya pun pusing karena ulahnya, pernah mau di keluarkan tapi papanya masih bisa membicarakan hal itu dengan baik-baik dan akhirnya Andra tidak jadi di keluarkan"

"Ma, Andra sekarang udah gak nakal kok. Andra malah lebih semangat buat belajarnya, Andra sekarang udah mulai berubah"

Mama Annisa tersenyum. "Iya, ini berkat kamu"

"Berkat doa mama juga" ucap gue.

"Hehe iya sayang. Ya sudah sekarang mendingan kamu solat dzuhur dulu ya"

Sayang? Ah mama Annisa ngingetin gue sama ibu, ibu selalu manggil gue dengan sebutan sayang saat nyuruh gue. Tanpa perintah satu tetes air mata lolos dari mata gue.

"Loh Bella, kenapa kamu menangis sayang?" tanya mama Annisa.

"Aku kangen sama ibu, ma. Dulu aku sering di panggil sayang sama ibu aku ma"

Mama Annisa mengerti perasaan gue makanya dia langsung meluk gue, gue pun juga membalas pelukan mama Annisa. Nyaman, seperti pelukan ibu sendiri, gue nyaman di peluk sama mama Annisa.

"Kamu yang sabar ya Bella, jangan sedih nanti ibu kamu juga sedih kalo lihat anak kesayangannya sedih. Tenang, kan disini ada mama, anggap aja mama ini sebagai ibu kandung kamu sendiri ya"

Gue tersenyum dan mengangguk pelan, "makasih mama"

"Sama-sama sayang" ucap mama Annisa.

"Hmm" suara seseorang, gue menatap orang itu dan ternyata itu Andra yang baru aja pulang dari masjid.

Gue sama mama Annisa saling melepaskan pelukan karena ada Andra lalu gue menghapus air mata gue yang tersisa.

"Ngapain lo nangis?" tanya Andra.

mineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang