Hari ini gue gak akan berangkat bareng Andra karena katanya sejak kemarin Andra, Farel dan Devan mereka di undang untuk tampil bernyanyi disebuah acara di SMA yang berada di kota Surabaya. Memang grup band mereka cukup agak terkenal, ya gue harap mereka semakin terkenal karena itu adalah salah satu impian mereka. Dan kata Andra hari ini mereka pulang, mungkin sekarang mereka lagi ada di perjalanan pulang, gue doain semoga aja mereka selamat sampai rumah.
Gue sekarang lagi duduk di halte, halte masih sepi karena masih pagi juga. Gue gak di antar sama kak Bima karena kak Bima belum bangun karena kak Bima kerjanya shift malam dan baru pulang tadi jam 6 pagi jadi sekarang lagi tidur.
Tiba-tiba ada seseorang yang membekam mulut gue dengan sapu tangan sampe gue sulit bernapas dan setelah itu gue gak tau apa-apa lagi.
><
Gue membuka mata secara perlahan, beberapa kali gue mengerjapkan mata untuk membuat mata gue kembali melihat dengan benar. Dan gue sempat terkejut saat gue berada di ruangan yang lumayan gelap lalu tangan dan kaki gue di ikat tapi mulut gue gak di perban.
"Andra-Andra. Kalo lo sayang sama dia lo harus dateng kesini lawan gue buat dapetin Bella kembali" ucap orang itu yang lagi vidio call dengan Andra.
"ANDRA TOLONG GUE" teriak gue.
Orang itu terkejut dan dengan segera mematikan ponselnya lalu ia pun mendekati gue. Semakin dekat gue melihat wajahnya, gue bener-bener gak nyangka orang yang nyulik gue adalah Bisma.
"Ternyata lo udah sadar" ucapnya.
"Lepasin gue" perintah gue walau gue tau pasti Bisma gak akan mau ngelepasin gue.
"Boleh aja asal lo mau jadi pacar gue"
Apa katanya jadi pacarnya? Gue gak akan pernah mau jadi pacarnya, bisa-bisa gue di siksa terus sama dia kalo gue jadi pacar dia.
"Gue gak mau" tolak gue.
"Kenapa? Karena lo suka sama Andra"
"Iya, gue suka sama Andra bahkan gue sama Andra udah pacaran" tanpa pikir panjang gue mengatakan itu walau itu semua bohong. Daripada dia terus minta gue buat jadi pacar dia lebih baik gue bohong. Gue harap dia gak akan ganggu gue lagi.
"Oh gitu ya? Gimana kalo gue rusak hubungan lo sama Andra sekarang"
"Lo itu maunya apa sih?" tanya gue membentak.
"Gue kan udah bilang tadi, gue mau lo jadi cewek gue. Udah itu aja"
"Sampai gue mati pun, gue gak akan mau jadi pacar lo dasar brengsek"
Bisma tertawa dan tawaan itu seperti tawaan jahat. Setelah tertawa ia pun tersenyum bagaikan devil. Sebenarnya gue takut jika Bisma akan berbuat seperti yang Andra katakan. Gue bener-bener takut.
"Pasti lo udah tau kan cerita tentang gue dari Andra"
Gue cuma diam sambil menatap Bisma.
Bisma mendekatkan wajahnya ke gue dan gue langsung memalingkan muka. "Gue yakin lo pasti udah tau dan sekarang gue tau lo pasti takut sama gue" lanjut Bisma membuat gue semakin takut, Bisma menjauhkan lagi mukanya dari gue.
"Gue yakin Andra pasti nolongin gue" ucap gue walau gue gak yakin, mana bisa Andra langsung datang gitu aja.
"Andra pacar lo itu sekarang lagi jauh sama lo, mana mungkin dia akan kesini. Paling kalo dia sampe kesini, mungkin aja lo udah tinggal nama"
"Andra pasti dateng" ucap gue dengan penuh keyakinan.
Prok..prok..prok
Suara tepuk tangan menggema di ruangan kosong ini. Orang itu mendekat lalu berhenti di samping Bisma. Dan gue makin kaget kalo Tiara juga ada disini. Apakah mungkin mereka sekongkol?
"Tiara?" pekik gue.
"Apa kabar bell? Gue tau lo gak baik-baik aja duh ngapain sih gue harus nanya kabar lo. Gak penting" katanya. Siapa juga yang mau di tanya kabar sama lo. Gak penting juga.
"Kak biar gue yang urus dia" ucapnya pada Bisma. Bisma hanya tersenyum lalu pergi.
Bentar-bentar kayak ada yang aneh, kok Tiara manggil Bisma dengan sebutan 'kak'? Jangan-jangan mereka kakak-adek?
"Kenapa lo disini?" tanya gue.
Tiara tertawa kecil. "Bella-Bella, lo gak tau ya kalo Bisma itu adalah kakak gue. Kita cuma beda satu tahun. Asal lo tau gue yang suruh kak Bisma buat selalu deketin lo tapi semuanya sia-sia! Karena lo selalu di deket Andra terus dan hari ini kak Bisma bisa nangkep lo, lo tau kenapa? Karena gue udah benci banget sama lo! Gara-gara lo, gue di keluarin dari sekolah dan gara-gara lo juga gue makin di benci sama Andra" ungkapnya.
Gue tertawa, "siapa suruh lo berbuat jahat hah? Siapa suruh lo caper dan sebagainya ke Andra? Tiara kalo lo gak ngelakuin hal yang kayak gitu lo gak akan di keluarin dan kalo lo gak cemburu buta kayak gini, Andra juga gak akan benci sama lo. Lagian lo bukan siapa-siapanya Andra kan? Jadi ngapain lo cemburu?"
Sekarang gue gak mau lagi jadi orang lemah di hadapan Tiara! Gue gak mau kejadian-kejadian itu terulang lagi.
Tiara nampar gue dengan keras tapi gue cuma tersenyum miring. "Berani banget lo ya? Mau gue bunuh lo?"
"Lo itu terlalu termakan hawa napsu, emangnya lo suka sama Andra karena apa sih? Karena hartanya? Benar ya kata Andra, kalo lo itu adalah cewek matre"
Tiara semakin marah dia menjabak rambut gue, sakit tapi gue bisa menahan rasa sakit itu. Gue gak boleh kelihatan lemah.
"Dasar mainnya fisik, gak pake otak" sindir gue ke Tiara sambil tersenyum jahat. Kalo di pikir-pikir gue cukup berani juga ya, hehe.
"Otak lo yang harus di cuci sama mulut lo tuh yang harus gue robek biar gak asal ngomong"
"Itu fakta" kata gue lagi.
Tiara melepaskan jambakannya, "udahlah gue tinggal aja lo disini sendiri, bye Bella. Tidur yang nyenyak ya disini sama tikus, kecoa dan serangga lainnya. Lo pantes kok dapetin itu hahahaha" Tiara tertawa dengan keras sembari berjalan keluar.
Gue mendengar suara pintu yang di kunci. Gue masih terdiam tapi napas gue terengah-enggah seolah-olah abis lari beberapa putaran. Gue gak bisa berbuat apa-apa selain menangis, berharap dan berdoa.
Air mata gue keluar gitu aja, gue gak tau harus berbuat apa. Gue sendirian di ruangan yang lumayan gelap ini. Takut itu yang gue rasain. Gue tau pasti kak Bima cemas ke gue, pasti kak Bima langsung nelpon ayah.
Suara dering telepon terdengar di samping. Tas sekolah gue berada di bawah sementara gue duduk di kursi dan di ikat dengan kencang. Pasti salah satu orang di rumah nelpon gue atau mungkin ayah atau gak Andra yang nelpon gue. Siapapun itu gue harap mereka nyari gue bukan sekedar menelpon, gue disini sendirian dan ketakutan. Jujur gue takut gelap tapi mau gimana lagi sekarang? Gue beraniin diri aja. Gue harus kuat.
DUARR...
Suara petir terdengar lumayan keras, gue menjerit keras. Hujan pun mulai turun. Gak ada yang bisa gue lakuin sekarang, gue cuma bisa nangis, gue lemah sekarang. Gue harap mereka yang selalu berada di dekat gue cepat-cepat nemuin gue disini. Sumpah gue takut, sedih dan gak nyaman disini.
"Ayah" ucap gue pelan seraya air mata gue turun begitu deras.
"Kak Bima"
"Melly"
"Bi Siti"
"Mama..."
"Andra..."
Ketika gue nyebutin nama Andra. Gue nangis sangat keras, entah kenapa tiba-tiba aja gue kangen banget sama Andra. Gue kangen saat Andra selalu jagain gue. Gue kangen lo, ndra.
><