Hari ini hari senin, baru aja bel pulang sekolah bunyi. gue masih bingung apakah gue harus maksa pulang sendiri atau harus bareng sama Andra? Gue takut Andra marah ke gue gara-gara gue gak pulang bareng dia.
Sebenarnya ada apa sih diantara Andra sama Bisma? Mereka buat gue penasaran, kenapa sih Andra gak mau jelasin langsung ke gue? Kenapa Andra selalu bilang nanti-nanti, ya nanti itu kapan, ndra? Gue kan penasaran banget.
Tapi gue sebenarnya males juga di rumah, di rumah gak ada teman yang bisa gue ajak main atau curhat paling gue habis pulang sekolah cuma diem aja, nonton televisi dan tidur kalo gak bantu-bantu bi Siti, si bibi suka nolak katanya takut gue masih capek padahal enggak.
Di sekolah juga masih banyak siswa karena ada yang latihan basket, ada yang pacaran dan ada juga yang wifi-an termasuk gue. Saat ini gue lagi duduk di sebuah kursi sambil memainkan ponsel gue.
Lalu gue kebelet pengen pipis akhirnya gue ke toilet dulu sebentar tapi setelah keluar dari toilet, gue pikir-pikir lagi mendingan gue pulang aja. Ngapain juga gue di sekolah, ngapain gue takut sama ancaman Andra. Gue tinggal bilang aja sama mama Annisa, gampang kan. Biarin kalo Andra ngira gue pengandu. Siapa suruh gak cerita soal Bisma.
Tiba-tiba langkah gue terhenti karena gue lihat Tiara sama Melly, gue lihat Tiara kayak marah ke Melly. Ada apa dengan mereka?
"Tiara kenapa marah-marah sama Melly?" guman gue.
Gue masih diam disini dengan jarak agak lumayan jauh dengan mereka tapi gue masih bisa mendengar omongan mereka. Karena suasana sepi dan suara mereka keras jadi bisa terdengar.
"Mell, lo udah ngelanggar janji kita, lo kan udah janji gak akan punya pacar dulu sebelum gue" bentak Tiara.
Oh ternyata Tiara marah karena perjanjian itu, pantes aja Tiara akhir-akhir ini kayak marah ke Melly dan gak mau lagi bareng gue sama Melly. Aneh emang kok ada ya perjanjian kayak gitu. Padahal kan orang bebas mau punya pacar duluan apa enggak itu terserah orang itu sendiri.
"Ra, gue kan udah batalin perjanjian itu dan lo juga setuju kenapa lo jadi marah kayak gini sama gue? Mau gue punya pacar duluan atau pun enggak ya itu terserah gue dong" balas Melly.
Iya Mell bener itu.
"Gue gak terima!" Tiara memang keras kepala, maunya apa sih.
"Kenapa? Ra, gue kasih tau ya sama lo. Jujur gue udah gak betah lagi sahabatan sama lo! Gue udah gak mau lagi sahabatan sama lo, lo itu pengen menang sendiri, lo itu gak mau ngalah sama gue masa harus gue mulu yang ngalah sama lo. Ra, bilang apa salah gue ke lo sampe lo tega sama gue, sampe lo mulu yang harus di duluin sama gue!"
"Dan lo itu harusnya nyadar, Devan itu suka sama lo ra! Tapi lo masih aja ngarepin si Andra, Andra mana mungkin mau sama lo, ra. Lihat aja sifat lo kayak gitu, mana mungkin Andra mau sama lo"
Gue kaget saat Tiara tiba-tiba aja mendorong Melly sampai terjatuh dan pingsan. Gue gak mungkin diem aja disini, gue langsung menghampiri Tiara dan menatap Tiara dengan tatapan tajam, sementara Tiara hanya bersikap biasa dengan wajah tanpa dosanya. Setelah itu gue langsung menghampiri Melly.
Gue angkat kepala Melly oleh tangan kanan gue, "mell sadar mell" ucap gue, gue langsung mengambil ponsel yang ada di saku rok gue dan dengan segera menelpon Farel.
Untung saja Farel langsung mengangkat teleponnya.
"Hallo bell, kenapa?"
"Farel cepetan kesini, Melly gak sadarin diri, gue sama Melly lagi ada di tangga yang menuju toilet lantai 2, cepetan"
"Gue kesana"
Farel langsung memutuskan sambungan teleponnya lalu tak lama kemudian Farel datang dengan cepat.
"Melly" Farel langsung mengangkat Melly. "Ini kenapa bisa kayak gini bell?" tanya Farel.
"Di dorong sama Tiara" jawab gue.
Farel menatap Tiara dengan tajam sementara Tiara hanya tersenyum miring, "udah biar gue aja yang ngadepin Tiara, mending lo sekarang bawa Melly ke rumah sakit"
"Iya bell" Farel pun dengan segera pergi membawa Melly menuju rumah sakit.
Tiara pun turun dari tangga lalu menghampiri gue.
Gue pun berdiri dan masih menatap Tiara dengan tatapan tajam. "Lo tega banget ra, lo kenapa dorong Melly? Dia sahabat kita!" kata gue dengan sedikit membentaknya.
"Mulai sekarang. Gue, lo, sama Melly, kita bukan sahabat lagi! Kita musuh" Tiara membalas dengan sedikit membentak juga.
Gue menggeleng pelan dan menghembuskan napas pelan. Kenapa Tiara jadi kayak gini, apa yang membuat Tiara jadi gini?
"Sekarang gue tau sifat asli lo Tiara, ternyata lo kayak gini. Lo emang mau di istimewa kan sama orang tapi lo nya malah gak tau diri. Gimana mau di istimewa kan sama orang banyak?"
Tiara menatap gue dengan tatapan gak suka, gue bisa lihat sorot matanya dia kayak benci sama gue sekarang. Gak masalah! Gue gak takut kalo dia beneran benci ke gue, gue cuma mau buat dia jadi lebih baik lagi dengan cara dia ngerti dengan apa yang gue katakan barusan tapi nyatanya Tiara sepertinya gak ngedengerin gue. Gak masalah semoga suatu hari nanti dia bakalan ngerti.
Satu tamparan tiba-tiba mendarat di pipi kiri gue, gue kaget. Bahkan tamparan itu sangat keras sampe-sampe gue yang tadinya menatap ke depan jadi ke samping. Gue pun memegang pipi kiri gue, gue pengen nangis tapi gue gak mau nangis di depan Tiara. Bisa-bisa dia malah tertawa karena gue nangis.
"Itu balasan buat mulut lo yang cerewet itu. Denger ya Bella, kalo mau marah-marah sama orang lihat dulu dia siapa bisa aja kayak gue, gue bakal lebih marah daripada lo! Bisa aja gue dorong lo sama kayak Melly" kata Tiara.
Gue natap Tiara lagi dengan tatapan tajam, gue sekarang bener-bener gak mau sahabatan lagi sama dia. Tiara jahat! Mana mungkin ada yang mau temanan sama orang jahat kecuali orang itu sama jahatnya.
"Lo itu cuma anak baru disini, lo mau cari sensasi disini?" tanyanya.
Tiara akan nampar gue kembali, gue langsung menutup mata. Tapi beberapa detik berlalu, gue heran kenapa tangan Tiara gak mendarat di pipi gue. Gue udah tegang dan siap menerima tamparannya.
Gue membuka mata lalu gue lihat tangan seseorang yang menahan Tiara, gue langsung melihat ke samping dan dia...
Andra. Dia menahan tangan Tiara yang siap nampar gue. Syukurlah.
"Lo mau apain cewek gue hah? Mau nampar dia? Lo nampar Bella berarti lo punya urusan sama gue!" tegas Andra lalu Andra langsung melepaskan tangan Tiara dengan kasar.
Astaga kenapa Andra nyebut gue cewek dia sih, bisa-bisa Tiara salah paham sama perkataan Andra barusan. Bisa-bisa Tiara makin marah sama gue.
"Kenapa sih ndra gue itu selalu salah di mata lo?" tanya Tiara pada Andra.
Disini gue cuma diem mendengarkan perkataan mereka.
"Makanya jadi cewek jangan kecentilan dan jangan jadi orang jahat, bikin gue ilfeel tau gak" kata Andra.
Tiara diam.
"Mendingan lo sekarang pergi atau gak gue suruh satpam biar lo pergi dari sini"
Dengan wajah yang kesal Tiara pun pergi tapi sebelum pergi Tiara menatap tajam ke arah gue, gue gak mau kalah darinya. Gue juga menatap tajam kepadanya.
Gue natap Andra, Andra pun natap gue. "Lo gapapa?" tanyanya.
Gue menggeleng pelan, "gue gapapa, ndra gue mau ke rumah sakit sekarang"
"Iya ntar aja habis gue latihan basket, ya"
"Gak, gue maunya sekarang. Lo lanjutin aja latihannya, gue pergi sendiri aja"
Saat gue hendak pergi tiba-tiba Andra mencekal tangan gue, gue pun menoleh ke Andra.
"Apa?" tanya gue.
"Gue anterin lo" jawab Andra.
"Lo kan harus latihan"
"Gue anterin lo"
Ya udahlah daripada makin lama gue pun mengangguk lalu Andra pun menarik tangan gue dan pergi.
><