METEOR GIRL

370 14 8
                                    

          Kesebelas pemain sepak bola tengah berkumpul di ruang ganti asrama, menghadap loker mereka masing-masing. Jam menunjukan pukul 3 sore, dan mereka tengah mempersiapkan latihan rutin sore mereka. Sebagian dari mereka tengah mengikat tali sepatu dan sebagian lagi meregangkan otot mereka setelah seharian duduk dikelas mengikuti pelajaran. Hampir semua sibuk dengan urusanya masing-masing dalam diam. Akan tetapi dua diantaranya, walau sudah menyiapkan diri terduduk dengan serius di kursi panjang yang sama diruangan itu. Itu adalah Gaos dan Ahong yang serius merenung, karena sebelumnya telah di damprat habis-habisan oleh Pelatih mereka, Pa Epul yang murka karena tragedi kemarin.

          '' Kamu beneran nyari ditempat kemarin kan, bukan cuma kabur terus lari ke kantin?'' ucap Gaos setengah tak percaya.
          '' Yaelah...masa gue bohong sih. Gue udah nyari di TKP, kalo gak ketemu terus gimana dong, akhirnya gue ke kantin'' jawab Ahong tak kalah seriusnya.
          '' Ahh sial....!! Kayaknya emang beneran ilang'' Gaos pesimis.
          '' Kalian ngomongin apaan sih? Serius amat?'' tanya Garry penasaran dibalik pintu lokernya.
          '' Biasalah....emangya lu gak denger masalah apa yang mereka buat?'' jawab Bram, seolah terbiasa bahwa masalah adalah bagian dari hidup Ahong dan Gaos.
          '' Nah terus...seandainya handphone cewek itu gak ketemu seperti yang lu bilang, mau gimana?'' tanya Bagus ikut nimbrung.
          '' Nah itu dia yang bikin bingung...'' Gaos semakin terpuruk.
          '' Aha...gue ada ide, kenapa gak kalian rayu ajah dia, palingan juga lama-lama jatuh cinta'' jawab Gerry kegelian oleh jawabanya sendiri.
         '' Aduuuh bukan keahlian gue banget masalah cewek'' Gaos menimpali semakin murung.
          '' Lah...kan ada Ahong, kalo lu mah sih.....gue udah tau, lu kan jomblo sejati'' jawab Revan menimpali terkekeh.
          '' Masalahnya cewek ini bukan cewek biasa, ngomelnya aja gak ada titik komanya'' ucap Ahong menimpali. Yang lain hanya geleng-heleng kepala....sampai akhirnya peluit sang pelatih terdengar dari kejauhan dengan lengkinganya yang panjang dan terdengar tak sabar.
          '' BOY....kalian laki-laki apa perempuan. 5 detik gak keluar porsi latihan hari ini bapak tambah 2x lipat'' ucap Pelatih dari kejauhan setengah teriak.
         Dan mereka pun berhamburan melesat keluar ruangan ganti, menuju rumput hijau, tempat yang selalu membuat mereka nyaman.

***
          Teriakan penyemangat saling bersahutan dari berbagai penjuru lapangan sore itu. Banyak juga sebagian dari mereka yang menonton dari pinggir dengan ekspresi malu-malu tapi terpesona parah. Sebagian dari mereka menunggu sambil membawa bekal, atau Hadiah untuk diberikan kepada idola mereka yang sekarang tengah serius berlatih dibawah bimbingan pa Epul yang terkenal sangat galak dan idealis. Ya itu adalah hal lumrah yang  terjadi pada saat pemain akademi sepak bola berlatih di lapangan sekolah.

          Kesebelas pemain itu dengan ketat tanpa bicara melakukan latihan fisik, setiap detik mereka nikmati dengan fokus dan semangat, walau peluh dan keringan mengucur deras membasahi kaus olah raga mereka, tapi anehnya semakin membuat para penggemar mereka diluar lapangan lebih tak terkendali. Apalagi ketika mereka memasuki tahap simulasi pertandingan, dimana hari itu mereka bertanding dengan tim inti para alumni sekolah, yang sengaja Hadir untuk ikut melatih adik-adik mereka di akademi.

          ''Ayo Bram!!! Kapten keren''
          '' Kyaa....Garry lucu!!''
          '' Semangat Rhaga!!''
          '' Ahong aku padamu!!''
          '' Gaos... I love u''

          Teriakan mereka terdengar bersahutan, ketika para pemain memulai pertandingan. Hanya Ahong yang menyadari teriakan tersebut, lantas memasang tampang super coolnya sambil bergaya ketika menangkap bola di bibir gawang. Dan teriakan mereka semakin menjadi-jadi saat Gaos dengan lihai dan lentur berhasil mencetak gol pertama mereka, dan ia hanya tersenyum untuk melaksanakan selebrationya, yang semakin membuat penggemar meraka dipinggir lapang meleleh.

           Dan gadis itu, Kinara, berdiri dipinggir lapangan dengan ekspresi cemberut, ia memasang tampang paling galaknya dan berkacak pinggang disana dengan balutan jaket dan kuncir ekor kudanya yang selalu menjadi ciri khasnya.

          '' Gila....lu seriusan kemarin dibopong sama Ahong and Gaos yang itu...itu yang lagi main dilapangan?!'' seru temanya takjub tak percaya.
          '' Yaelah...harus berapa kali gue cerita'' timpalnya.
          '' Tapi Kinar, itu keren banget!!...gue mau deh kena bola kalau mereka yang bopong gue ke UKS'' ucap temanya penuh harap.
          '' Gila lu yah...'' ucap Kinara tak percaya ke arah temanya.
          '' Mereka kan emang terkenal, gue rela deh....btw emangya lu gak seneng, lu kan penggemar sepak bola, masa sih lu gak ikut-ikutan ngefans sama mereka....padahal gue tau kalo dipertandingan lu yang teriak-teriak paling keras''
          Gadis itu memutarkan bola matanya dengan kesal
          '' Gue emang pecinta bola, tapi kan bukan berati gue kaya elo....yang justru bukan merhatiin jalanya pertandingan, tapi malah sibuk ngeceng si nomer 30 and 9 dilapang'' jawabnya kesal. Temanya tak menanggapi, dia hanya sibuk berteriak memanggil-manggil nama Ahong dari kejauhan.

          2jam berlalu, dan Kinara dengan penuh tekad masih menunggu, diluar kamar ganti para pemain akademi, bersama temanya yang tengah sibuk ngaca menunggu para pemain keluar ruangan. Tak lama berselang, satu persatu atau dua dari mereka keluar setlah sesudahnya membersihkan diri dan berganti pakaian dengan menenteng tas mereka masing-masing. Setelah kemudian Kinar melihat Gaos keluar sambil menenteng tasnya disisi kiri sedang handphone ditangan kanan, dengan sigap dan secepat kilat, Kinar merampas Handphone itu dari tangan Gaos yang terkejut setengah mati.

          '' Ap...HEY!!'' teriak Gaos kaget, dan semakin kaget saat menyadari keberadaan gadis itu disana.
          '' Mana handphone gue?'' tanya Kinar galak, semakin membuat Gaos bingung, bagaimana tidak, walaupun dia adalah bintang lapangan, tapi kalau urusan cewek dia angkat tangan.
          '' Kayaknya dari ekspresi kamua....pasti handphone gue raib. Okay kalau gitu handphone kamu aku ambil sebagai jaminan, sampe kamu menemukan handphone gue'' ucap Kinara yang kemudian berlari secepat kilat, karena tau jika Gaos berlari mengejarnya dengan kecepatan penuh, maka tamatlah sudah.

          Gaos hanya terbengong-bengong, begitu pula dengan teman Kinar yang juga bengong tak percaya.
          '' Hey....dasar cewek gila!'' teriak Gaos tak percaya. Dan Kinar berlari secepat ia bisa, dengan jantungya yang berdetak kencang juga pipinya yang merona merah, lantas menggenggam Handphone Gaos ditanganya dengan erat.





Hihihi.....sudah mulai memanas ya Kinara dan Gaos......jangan lupa komen...😘

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang