Breaking Down

54 7 5
                                    

          Malam itu begitu dingin dan gelap gulita, terlebih lampu ditaman kala itu, sudah memasuki umur yang tua dan rentan, sehingga penerangan disana sangat terbatas. Gaos setengah berlari memburu tempat itu, dia tak ingin Kinara menunggu disana sendirian, terlebih ia yang memintanya datang lebih dulu. Lantas dengan setengah terengah-engah, ia sampai disana tak lebih dari 5menit, dan terduduk dikursi taman kayu dengan gelisah. Ia tidak memperdulikan kausnya yang basah oleh keringat selepas latiihan berat hari itu, dan hanya peduli akan percakapan yang terngiang-ngiang ditelinganya dan jelas mengganggunya.

          Tepat 20 menit kemudian, Kinara sampai disana, setengah berlari menembus malam, napasnya pun sedikit memburu, jelas ia berusaha sampai secepat ia bisa. Ia dengan trening olah raga berwarna biru, dan sweter belel berwarna hitam dengan hodie menutupi sebagian kepalanya yang saat itu rambutnya tergerai acak-acakan. Tapi penampilan sederhana dan jauh dari kesan mempesona mampu membuat Gaos terpaku, sekali lagi ia terpikat dan justru terpesona karenanya. Selama beberapa menit mereka saling pandang  sambil keduanya mengatur napas mereka yang sama-sama memburu.

           '' Duduklah'' ucap Gaos memberi isyarat pada Kinara.
           '' Tidak...'' jawabnya tanpa jeda, disusul dengan alis Gaos yang berkerut dan ia kemudian berdiri.
           '' Aku yang berdiri dan kau duduk'' ucapnya, merasa kesal. Kinar tertegun selama beberapa detik.
          '' Baiklah...kita duduk'' ucap Kinara kemudian memberi isyarat pada lelaki dihadapanya. Dan akhirnya mereka terduduk, dan Gaos bingung dimulai dari mana ia harus memulai percakapan genting yang kaku itu.

          '' Messi!!'' ucap keduanya bersamaan. Kemudian keduaya terdiam.
          '' Tunggu...bagaimana lukamu?'' tanya Gaos tiba-tiba teringat pipi lebam Kinara, yang dengan spontan menyentuh pipi gadis itu, dan menelitinya dengan seksama. Kinar yang kaget langsng menepis tangan Gaos dengan sedikit kasar karena sejujurnya ia sangat malu dan grogi luar biasa.
          '' Jadi lu jauh-jauh manggil gue cuma buat masalahin luka gue? Terus? Messi gimana?'' tanyanya kesal, menyamarkan rasa malu dan rona merah dipipinya. Gaos terdiam, dan reaksi Kinar membuatnya malu.
          '' Messi...mau keluar dari tim'' jawab Gaos setengah merasa kesal dan sedih. Yang keduanya bercampur aduk tak merata. '' Dari yang aku dengar dalam waktu dekat dia juga akan berhenti sekolah disini'' lanjutnya, getir dan pahit. Ia saja yang mendengar hal itu merasa putus asa, terlebih Messi.
          '' Apa!!??'' seru Kinar setengah tak percaya pada apa yang didengarnya.
          '' ....aku kira kamu pasti tau sesuatu'' ucap Gaos. Kinar setengah terperangah tak percaya.
          '' Tunggu, darimana lu tau? Dan kapan?'' tanya Kinar tak percaya.
          '' Baru saja aku tau, dan aku mendengar...menguping tepatnya'' jawab Gaos malu.
          '' Kenapa?''
          '' Aku tidak tau''
          '' Ouh Shit!!! Kenapa lu gak nguping sampe selesai'' ucap Kinara kesal. Jelas ia juga merasa aneh dan kesal mendengarnya. Kenapa Messi tak pernah menceritakan apapun padanya.
          '' Itulah makanya aku perlu bicara padamu, kukira kau tau sesuatu atau setidaknya aku bisa meminta bantuanmu'' ucap Gaos tajam sambil menatap gadis dihadapanya dengan serius.
          '' Gue perlu bicara sama Messi'' ucap Kinara. '' Secepatnya'' sambungya masih merasa kesal dan tak percaya.

*****
          Sejak kejadian kasus menguping Gaos yang hanya diketahui oleh Kinara, Messi seolah-olah menjadi orang paling sibuk di dunia. Seolah ia tak ingin orang lain tau, dan secepat ia bisa ia pergi menjauh dari teman-temannya, dan keberadaanya menghilang, kecuali saat bel sekolah masuk, dan saat latihan tiba.

          Kejanggalan itu pun disadari teman-temanya yang mulai mempertanyakan keberadaan Messi yang lebih sering menghilang daripada terdiam dipojokan sambil memperhatikan teman-temanya seperti biasa.
          '' Messi kemana sih?'' Bram sang kapten bertanya-tanya, ia sendiri sekamar denga Messi, tapi ia tak pernah melihat dia tertidur dikamarnya. Atau mungkin ia masuk setelah yang lain tertidur dan bangun sebelum yang lain terbangun.
          '' Aslinya aku juga gak pernah liat dia dari kemarin'' jawab Rhaga
           '' Gaos...Messi kemana sih?'' tanya Gerry. Dan Gaos hanya terdiam. Belum waktunya yang lain tau, sebelum ia mengetahui keberanya. Dan Ahong menyadari bahwa Gaos mengetahui sesuatu.

           Lantas setelah malam tiba, Ahong yang kebetulan melihat Gaos keluar dari WC langsung menariknya menjauh dari teman-temanya.
          '' Oke, Lu tau sesuatu kan?'' tanya Ahong penasaran.
          '' Tentang apa?''
          '' Messi'' jawabnya. Gaos langsung murung.
          '' Aku gak tau apa tepat kalo kamu tau sekarang, tapi jangan dulu ngomong sama yang lain, karena aku sendiri gak tau kebenaranya'' ucapnya bingung.
         '' Maksud lu apa? Gue paling gak suka berbelit-belit'' ucapnya.
         '' Messi aka keluar dari tim dan dari sekolah kita'' jawab Gaos berat.
          '' Apa? Kenapa? Dia mau kemana?'' tanya Ahong tak percaya.
          '' Aku gak tau!!'' jawab Gaos menyesali keterbatasanya, kesal.
          '' Sialan si Messi!!!'' ucap Ahong kesal dan marah. '' Aku akan mencari dia'' ucapnya kemudian berlari dan mencari Messi.

          Keadaan yang semakin mencekik leher Gaos terlebih menghilangya Messi, membuat ia merasa sengsara. Begitu besar kehadiran dan pengaruh Messi dihidupnya. Dan ia tak bisa membayangkan berdiri dilapangan hijau tanpa Messi disisinya, ia tau ini terdengar lebay, tapi untuk seorang striker sepertinya Messi adalah seseorang yang ia butuhkan dan ia nanti.
          
          Lantas dengan tekadnya yang mulai marah dan frustasi, malam itu ia terduduk dalam kegelapan di tempat tidurnya, menanti Messi masuk ke kamarnya dalam diam, ia menahan kantuknya, dan sesekali melihat layar ponselnya, menunggu balasan dari Messi atau kabar dari Kinara yang sama-sama merasa frustasi akan Messi. Kemudian jam menunjukan pukul 00.30 saat pintu kamar perlahan terbuka, dan sosok Messi memasuki kamar dalam gelap. Gaos yang menanti hal itu diam sesaat. Dan saat Messi terduduk di ranjangnya, ia pun berdiri dan mendekati Messi yang tak tau keterjagaan Gaos.

          '' Dari mana kamu?'' Gaos kesal
          ''...'' Messi jelas terkejut dan tak berniat menjawab pertanyaanya.
          '' Ayo kita bicara''
          '' Gak ada yang mau aku bicarakan'' jawab Messi ketus. Ketusnya orang pendiam dan diamnya orang pendiam membuat Gaos ngeri.
          '' Tapi kau berhutang satu penjelasan'' Gaos bersikukuh akan niatnya.
          '' Gak ada penjelasan'' Messi menjawab dengan nada yang sama. Dan Gaos untuk pertama kalinya marah pada Messi, satu-satunya sahabat yang tak pernah membuatnya marah. Ia sedih dan marah, selama ini Messi ia anggap teman terbaik, dan malam ini ia merasa Messi bukan siapa-siapa, itu membuatnya patah hati. Lantas dengan kesal dengan sekuat tenaganya ia menarik Messi keluar kamar, takut membangunkan teman-temanya yang lain. Dengan kekesalan yang sama Messi menangkis tangan Gaos, ia pun mulai kesal.

          '' Messi!! Kau itu aku anggap sahabat, kenapa kau gak penah cerita apapun? Kenapa?'' ucap Gaos kesal menatap Messi yang juga marah.
          '' Apa yang harus aku ceritakan?'' ucapnya luar biasa marah.
          '' Kau!!!!....memang luar biasa. Kemana kau selama ini? Jelaskan padaku semuanya'' Messi mendengus kesal.
          '' Aku tak punya kewajiban untuk menjelaskan apapun padamu'' jawab Messi, membuat Gaos frustasi.
          '' BAGUS!!!!'' Gaos benar-benar marah, dan ia menahan diri untuk tidak menarik kerah baju sahabatnya itu.
          '' Kau, gak perlu ikut campur urusanku!!!'' jawabnya marah, dan memilih untuk pergi dari hadapan Gaos.
          Dan Gaos terdiam ditempat, ia menahan diri untuk tidak mengejar dan meninju wajah Messi yang membuatnya marah, dan melihat Messi menjauh, bukan kembali ke kamarnya, ia pergi entah kemana yang ia takut jika ia mengejarnya ia akan lebih memperparah keadaan. Dan berharap Kinara melakukan hal yang lebih baik dari dirinya.

         aku tau kau terluka, aku tau kau menangis disuatu tempat, karena aku yakin kau sama beratnya menghadapi keputusan untuk pergi dari tim, dari teman-teman yang lain, yang selama ini menjadi bagian dari hidup kamu...aku tau Messi tapi kenapa kau tak bicara padaku, aku terluka menghadapi kenyataan bahwa aku bukan siapa-siapa bagimu, bukan orang yang tepat untuk kau ceritakan semua rasa sakitmu...dan aku tau kau memilih menghindar dan menghilang agara orang lain tak tau betapa kau sakit dan sedih.....dan tak ingin membuat yang lain khawatir....tapi Messi betapa berat jika kau harus benar-benar pergi

          Dan sengan sedih Gaos menitikan air matanya, bagitu berat punggung Messi menjauh darinya, tapi ia tak ingin mengejar Messi karena tau, ia akan semakin pergi menjauh darinya. Ia merasa sakit hati, dan merasa tidak adil apapun alasan Messi pergi. Dan terlebih merasa kehilangan yang begitu besar....

Aduh jiwaku sedih dan sakit....Messi membuat kita menangis...kenapa yaaaa



          

         

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang