NEW DAY

52 8 3
                                    

          Kemarin sudah berlalu, ia tidak ingin tau bagaimana kelanjutan dari kembalinya Kinar kerumahnya ataupun bagaimana dengan mereka berdua. Yang jelas saat Messi datang dan kemudian mereka mendapat hukuman dari kesiswaaan dan dari pelatih mereka, ia mendapati ekspresi dan raut muka Messi tidak mengandung apapun yang mengkhawatirkan. Dan sejujurya ia tidak ingin tau bagaimana Kinar kemudian, ya ia merasa terlalu marah pada dirinya sendiri, yang tak bisa melakukan apa-apa, terlebih ia merasa dirinya menjadi seorang pengecut.

          Setelah mendapatkan omelan panjang kesiswaan mereka dan mendapat penjelasan dari Maura sang ketua OSIS perihal deskripsi kejadian kemarin, akhirnya mereka berdua bebas, dan masuk hukuman pelatih mereka yang dengan tak tanggung-tanggung memberikan hukuman atas tidakan indisipliner mereka. Dengan terpaksa dan tanpa banyak bicara, mereka melahap rentetan hukuman fisik mereka, dan juga jadwal padat manjadi petugas kebersihan dadakan hari itu.

          '' Os!!'' Messi yang memulai percakapan saat keduanya tenggelam dalam hukuman membersihkan tribun dan ruang ganti atlet.

          Gaos tak menjawab, ia pura-pura tak mendengar. Dan tiba-tiba saja ia jadi sangat tertarik pada permen karet kehitaman yang menempel dikursi tribun yang dengan kesal ia korek dan congkel dengan sapu sikat yang ia pegang. Messi jelas tau Gaos tengah kesal dan marah, yang dengan menerka ia yakini dialah salah satu alasanya.

          '' Gaos!!!''
          '' Gaos!!!''
          '' GAOS!!!!'' bentak Messi mulai tak sabar.
          '' APA?!!'' jawabnya tak kalah sengit.
          '' Ayo kita bicara''
          '' Siapa yang kau maksud kita?''
          '' Aku, kau dan Kinar''
          '' Kenapa? Kau yang membawanya pulang, dan acara kaburnya dia dari rumah tak ada hubunganya denganku'' jawabnya buang muka.
          '' Kurasa kita harus sedikit meluruskan beberapa hal'' jawab Messi berisikeras.
          '' Mess...aku menolak Kinar agar hubunga kita baik-baik saja, dan jika aku harus bicara dengan kalian itu adalah hal terakhir yang akan kulakukan'' jawab Gaos marah, membanting sapu ditanganya dan pergi dari sana sejauh mungkin.

          Dengan sedikit mendumal dalam hatinya, ia melangkah menuju kantor pelatihnya. Jelas jika pelatihnya ingin dia melakukan hukumanya dengan benar, ia harus memisahkan diri dengan Messi. Dan itulah tujuanya, ia harus mendinginkan kepalanya  dan harus membenahi dirinya. Keputusanya menolak Kinara adalah untuk membuat semuanya baik-baik saja. Tapi entah kenapa ia merasa ini semua salah. Walau begitu ia tetap berisikeras bertahan dengan keputusanya, walau itu bertentangan dengan keinginanya sendiri.

           Kemudian dengan sedikit mengetuk dan sebuah sura mempersilahkanya masuk, Gaos membuka pintu. Diruangan yang kecil itu ada Pa Dadan dan Pa Epul yang tengah berdiskusi dengan suasana yang begitu tegang.

         '' Kebetulan kau datang Gaos!'' Pa Dadan menyuruhnya duduk.
         '' Ada sesuatu yang harus kita diskusikan'' ucapnya lanjut. Dan Gaos terduduk dikursi tengah menghadap kedua pelatihnya.
          '' Mengenai hukuman?'' tanyanya
          '' Lupakan mengenai hukumanmu'' jawab Pa Epul menatapnya serius.
          '' Kau masih ingat bahwa kau diminta untuk mengikuti TimNas tempo hari?'' Pa Dadan menatapnya serius. Gaos mengangguk perlahan.
          '' Nah tadi bapak menerima telepon dari pusat, bahwa kau harus segera di trasfer ke Timnas secepat mungkin, karena kau akan berangkat segera untuk bertanding di Singapura, tapi dengan begitu kau tidak bisa bertaanding bersama tim dan teman-temanmu di GSI'' ucapnya perlahan agar Gaos bisa menangkap arah pembicaraan mereka.
          '' Masalahnya adalah pihak sponsor tim kita, sebagai pemegang saham terbesar di sekolah, menolak kepergianmu untuk memperkuat timnas, karena menurutnya kau lebih diperlukan disini'' ucap Pa Epul kemudian, membuat Gaos sedikit terlonjak.

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang