Mirror in the Wall

154 9 3
                                    

Baik Kinara dan Gaos, keduanya saling bertatapan dengan sangat intens untuk pertama kalinya. Dengan mata berwarna madunya yang jernih, Kinara menatap gurat wajah lelaki dihadapnya itu dengan seksama, matanya yang hitam dan tajam, rahangya yang keras, halisnya yang tebal, bibirnya sedikit tipis, dan ia mencari segala kemungkinan untuk kabur dari tempat itu.

Ini juga adalah saat pertama kali Gaos meneliti dan menebak kelakar gadis dihadapnya itu dari ekspresi wajahnya. Gadis itu setengah bule, walau sorot matanya tajam dan menusuk, wajah yang berbingkai rambutnya yang acak-acakan, hidungnya yang mancung dan bibirnya yang mungil, mengatup degan rapat. Gaos menyimpulkan bahwa gadis itu cantik, tapi tak cukup untuk membuatnya terkesan. Dan keduanya tersenggal-senggal dengan napas yang memburu

'' Oke kita selesaikan malam ini juga'' ucapnya tegas, menatap gadis dihadapanya itu.
Kinara tak bergeming, ia tetap tak menjawab dan hanya balas menatap Gaos dengan galak.
'' Aku dan Ahong sudah berusaha mencari handphonemu yang hilang...kuyakin seharusnya kamu menghargai usaha kita'' lanjutnya tak yakin dengan kata-katanya sendiri, kepada gadis yang terjebak dan bersandar ditembok sambil memegang handphone miliknya di tangan kanan.

Lantas dengan tiba-tiba Gaos menghentakan kakinya, maju..., sedang tanganya berusaha meraih tangan kanan Kinar. Tetapi lagi-lagi Kinar lebih cepat satu detik, dengan secepat kilat ia menarik kedua tanganya kebalik tubuhnya, dan tubuhnya telah membentengi antara Gaos dan handphone ditangan kananya, yang ia genggam dengan berkeringat. Untung saja tubuh atletis Gaos bereaksi dengan cepat, ia sempat menarik diri sebelum mereka bertubrukan, yang entah kenapa sering mereka berdua alami. Kemudian kali itu kedua mata mereka yang bertatapan begitu dekat. Sedekat mereka saling berbisik, dengan penuh ancaman.

'' Kamu bener-bener cewek paling gila yang aku kenal...''. Ucapnya berbisik mulai kesal.
'' Aku tau!!''. Timpal Kinara tajam.
'' Kamu gak takut... aku bisa memukulmu atau menendangmu dengan keras'' ucap Gaos setengah mengancam. Kinar hanya tersenyum sinis.
'' Dan aku bisa melakukan sebaliknya...'' ucap gadis itu santai. Gaos tak mengerti. Seolah Kinar membaca ketidakmengertian diwajahnya, gadis itu tersenyum manis kali ini.
AKU MENANG!!!!
Kinara berbisik dalam hati, kepada dirinya sendiri.
'' Apa yang akan terjadi seandainya aku berteriak, disini...di dalam ruang ganti lelaki malam hari, mungkin penjaga asrama akan mendengarnya, dan dalam beberapa menit pelatihmu akan datang....lalu apa kau akan lolos dari hukuman?'' ucap Kinara merasa menang.

Itu adalah kalimat terpanjang yang pernah ia dengar dari Kinara. Sekaligus ucapan paling ngeri yang pernah ia dengar, dengan gugup Gaos mundur satu langkah. Itu memberikan ruang bagi Kinar untuk maju, ia melangkah dengan angkuh kedepan, menatap tajam Gaos yang mulai panik. Semakin maju Kinar semakin mundur Gaos melangkah hingga langkahnya terhenti, disisi tembok yang dingin, pintu loker. Dan akhirnya kali ini Gaos yang terjebak disana.

Dengan perlahan Kinar semakin maju, semakin membuat Gaos panik. Wajahnya yang cantik kini tak jauh dari wajah Gaos yang kelabakan, hingga Kinara bahkan bisa merasakan hembusan napas Gaos yang semakin terasa cepat. Lalu dengan cepat gadis itu menarik seutas jaring yang menjuntai dari atas lemari loker. Dengan sekali tarik, seketika puluhan bola-bola sepak lama, yang disimpan di atas lemari loker dengan jaring yang robek berhamburan menimpa kepala dan tubuh Gaos bergantian. Dan saat Gaos dengan susah payah terbebas, ia kalah cepat, lagi-lagi Kinara menghilang.
SIAL!!!

Gaos menatap sekeliling, tak ada jejak gadis itu dimanapun. Ia menghela napas berat, merasa dipermainkan dan benar-benar tak habis pikir. Tanpa disadari ia terlonjak saat menemukan bayanganya sendiri dicermin dekat tembok, dan ia menatap wajahnya yang kusut malam itu karena kesal, dan menemukan hal lain disana. Sebuah semburat kemerahan diwajahnya yang kini memerah....ia menutup mulutnya dengan lengan kananya, menyembunyikan hal itu bahkan dari dirinya sendiri. Kemudian dengan kesal ia menendang bola terdekat dengan kencang, dan bola itu mendarat mulus di pintu loker bertuliskan nama Ahong hingga sedikit penyok.

***
Pagi itu, tepat pukul 4 mereka sudah bersiap diri di ruang ganti pemain. Dalam diam karena setengah mengantuk, mereka menalikan tali sepatu mereka masing-masing. Seperti biasa, rutinitas pagi mereka latihaan fisik yang dipimpin langsung oleh pelatih mereka.

Gaos menguap lebar, jelas karena setelah kejadian tadi malam ia tak bisa tidur sedikitpun. Ini membuatnya tak fokus dan letih. Sejujurnya ia sedikit terkejut akan sedikit perubahan kecil dalam dirinya yang ia tidak mengerti dengan pasti. Setelah selesai menalikan sepatu ia meregangkan otot-ototnya yang kaku dekat pintu, dan lagi-lagi menghadap cermin, itu membuatnya semakin kalut.

'' Hey....siapa yang bikin penyok pintu loker gue?'' tanya Ahong tiba-tiba memecah keheningan.
Yang lainya melirik penuh minat, termasuk Gaos.
'' Jangan-jangan ada maling'' ucap Revan terkejut.
'' Masa sih, emangnya apa yang mau dipaling dari loker baju ganti kita...?'' ucap Rhaga angkat bahu tak percaya.
'' Jangan-jangan lu sendiri yang bikin penyok, kerjaan kamu kan bikin masalah'' ucap Bram menambahkan acuh tak acuh.
'' Hey....serius bukan gue!!'' timpal Ahong kesal.
'' Terserah deh....ayok pa Epul udah nungguin di depan'' ucap Bagus menengahi perdebatan itu.

Gaos yang mengetahui semua itu hanya diam, disatu sisi dia terlalu malas untuk mengaku, yang mana akan menjadi panjang dan lebar untuk dijelaskan. Sedang disisi lain, ia sengaja membiarkanya, karena sedikit kesal pada keadaan yang menurutnya tidak adil, karena Ahong ikut terlibat dalam pertengkarannya dengan Kinara, tapi rasanya hanya dia yang tertimpa nasib sial. Kemudia ia keluar ruangan paling dulu, tanpa bicara.

Sayangnya, setelah semua orang keluar, Ahong yang tengah memakai sarung tangan tak sengaja melihat sesuatu yang mengkilap di dekat cermin, itu adalah sebuah kartu pelajar yang bertuankan Kinara Calya Danis. Dalam hati Ahong bertanya-tanya, kenapa kartu itu bisa ada disana, ditempat ganti atlet laki-laki. Walau sejujurnya itu tidak dia pedulikan, tapi kemudian ia Ahong merasa senang tiba-tiba saja ia punya cara untuk mendekati Kinara.



Untung Ahong kurang peka ya....😆

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang