The Healer

68 10 6
                                    

          Kinara memperhatikan Gaos yang berdiri diantara Ahong, Bram dan Rhaga malam itu setelah sebelumnya mereka janjian ditaman sekolah, setelah latihan mereka selesai. Sudah terlalu lama ia mengenal sosok itu dalam angan-angan dan mimpinya. Bahkan ia mengenal sosok itu dengan sangat baik. Senyumnya yang renyah, tataapan matanya yang menusuk, dan bahunya yang lebar selebar tekadnya untuk merengkuh impianya. Dan ia terlalu mengenal Gaos, setenang permainanya di dalam lapangan hijau, fokus, serius dan baik hati. Sosoknya begitu menyita perhatianya kala itu. Terlalu banyak kisah-kisah kecil rahasia antara dirinya dan Gaos yang tak lelaki itu tau. Dia hanyalah seorang pengagum rahasia yang sebelumnya bukan apa-apa dan siapa-siapa baginya.

          Tapi malam itu, pikiranya terganggu oleh ucapan Messi tempo hari di tangga sekolah. Membuatnya terguncang, karena selama ini tak pernah Messi malakukan hal itu, membentaknya dan berkelakar aneh yang tak ia mengerti. Sedang menurut sahabatnya Maura, Messi hanya setres dan tertekan karena masalahnya. Akan tetapi gadis itu, Kinar tak setuju, ia yakin ada sesuatu, suatu maksud dalam perkataanya tempo hari. Terlebih hari ini ia kecewa pada Messi, ia mampu menyimpan masalah besar ini dengan rapat-rapat, dan sama sekali tak mengakuinya sebagai teman. Itu membuatnya setengah kesal mendengar penjelasan Gaos malam ini.

          '' Gila apa si Messi!!!...kenapa dia gak bilang sih?'' Ucap Bram marah-marah kesal. Mereka berkumpul disana untuk membahas masalah Messi yang tadi sempat diceritakan dengan singkat oleh Gaos dan Ahong.
          '' Tunggu sebentar, seminggu?? Gak salah Hong?'' tanya Rhaga tak percaya.
          '' Apa gue bilang tadi....dia emang gak waras!'' jawab Ahong kesal.
          '' Masalahnya adalah gimana cara kita membantu Messi'' tambah Gaos.
          '' Apa mungkin kita harus menggalang dana?'' ucap Bram.
          '' Gue rasa Messi gak akan suka kalo kita sampe harus menggalang dana...itu malah bikin harga diri dia terluka'' jawab Kinar menambahkan, karena ia jelas mengenal Messi dengan sagat baik.
          '' Ya aku setuju'' jawab Gaos dan mereka saling berpandangan.
          '' Tunggu sebentar...'' ucap Rhaga terduduk dikursi taman dan mengeluarkan  netbook dari ranselnya.
          '' Gue masih gak percaya'' ucap Bram sedikit tercengang.
          '' Udah telat juga, kita gak bisa dateng dan ngobrol sama orang tuanya, terlebih ini hal yang gak bisa dirubah dengan mudah'' ucap Kinar menambahkan.

          '' Tunggu!!'' ucap Rhaga mengagetkan. '' Dua hari lalu kebetulan aku liat-liat website beasiswa founder education di Indonesia, dan ada beberapa yang aku liat cocok  untuk pelajar kaya kita'' lanjutnya. Membuat yang lain tertarik
          '' Oke...lanjut!'' ucap Gaos penuh minat.
          '' Ada 2 yang menurutku cocok untuk Messi, 1. ASEAN Scholarship of Indonseia waktunya masih 1 bulan lagi. Tapi untuk ngejar kita butuh nilai akademis terbaik, daan tes TOEFL terbaik. 2. Harjapamekas Scholarship Founders, syaratnya lebih gampang, taapi kabar buruknya tes akan dimulai 3 hari kedepan'' ucap Rhaga sedikit tercekat oleh ucapanya sendiri.
          '' Gimana yang Lu maksud?  gampang?'' tanya Ahong tak mengerti.
          '' Dia cuma harus melengkapi syarat-syarat, tes dan yang terpenting tes bahasa inggris'' jawab Rhaga, membuat yang lainya langsung pesimis.
          '' Bahasa inggrisnya itu'' ucap Kinara menambahkan. Dia sangat mengenal Messi dengan baik. '' Dimapel lain gue yakin Messi bagus, dia malah lebih pinter daripada Gue'' tambah Kinara yakin.
          '' Trus syarat yang lainya apa'' tanya Gaos.
          '' Oke aku print dikamar nanti, tapi kamu harus sigap, besok data harus semua dalam bentuk scan'' ucap Rhaga kepada Gaos.
         '' Oke....!! Hong yakinkan messi untuk mengikuti event ini'' Gaos menambahkan. Sedikit bersemagat karena setidaknya ada sedikit harapan baginya untuk mempertahankan keberadaan Messi di timnya.
          '' Oke...kalo gitu, biar gue yang laporan ke Pa Dadan dan Pa Epul'' jawab Bram menambahkan.
          '' Terus, bahasa inggrisnya gimana?'' tanya Kinar mengingatkan.
          '' Tenang, serahkan padaku!'' jawab Rhaga percaya diri, karena memang kemampuan berbahasanya jauh diatas rata-rata melebihi teman-temanya, dan melebihi nilai mapelnya yang lain.
          '' Oke besok kita berkumpul lagi'' ucap Gaos menambakan.

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang