He, Me and Himself

84 8 8
                                    

          Yuda sang pemimpin dari populasi paling ditakuti itu, menatap para tamunya.  Senyumnya yang renyah dan kekanakan menghiasi wajahnya dan dia menatap satu persatu para tamunya dengan santai, dan berhenti di Kinara. Sorot matanya yang seolah penuh makna menatap gadis itu lekat-lekat.
          Aah....aku rindu wajah itu
          Yuda sedikit bernostalgia dalam situasi yang tidak memungkinkan itu. Lantas dia menatap Bagus sang Messi, orang yang selama ini menjadi penghubung antara kelompoknya dan para pemain sepak bola. Karena nyatanya kelompok mereka selalu menjadi suporter terbaik mereka saat event pertandingan bergengsi. Dan kerap melindungi para tim, seperti kejadian tawuran tempo hari, yang dengan loyalitasnya, kelompok geng mereka ikut melindungi dan mengamankan jalanya pertandingan.
    
          '' Lama tak jumpa Messi....rupanya sekarang kau membutuhkan jasa para senior?'' ucap Yuda, yang merupakan senior dsekolah mereka.
          '' Maaf, kita datang karena mau menolong anggota paling bego kami'' ucap Messi menambahkan dengan kesal akan tingkah Ahong yang gegabah.
          '' Kiper kalian?...kenapa? Dia sendiri yang dengan sukarela datang untuk dipukuli'' jawabnya santai.
          '' Kukira kita sudah sepakat, bahwa kau tidak akan menyentuh tim kami'' jawab Messi tajam. Yuda mendengus geli.
          '' Ya kau benar...makanya aku melarang mereka melukai tangan dan kakinya'' jawabnya santai, membuat Ahong geram.
          '' Brengsek....dengar aku gak takut lawan lu semua....kalian cuma sekumpulan cowok-cowok pengecut yang beraninya main keroyokan!'' ucap Ahong emosi, membuat Yuda dan yang lainya terkekeh.
          '' See...? Dia sendiri yang minta dipukul'' jawab Yuda tak menghiraukan ocehan Ahong yang semakin keras dan kasar.

          Lalu tanpa disangka, disaat yang paling menegangkan itu, Gaos datang menerobos kerumunan dan mendekati Ahong yang tengah diapit oleh 2 preman. Lalu dengan sekejap mata, dengan suara keras yang menandakan kerasnya tekanan, Gaos meninju perut Ahong dengan keras, mengejutkan semua yang ada disana.
          '' Kau benar...dia dan mulutnya yang kurang ajar memang minta dipukul dan ditinju, biarkan kami yang mengurusnya dan tak perlu merepotkan kau dan teman-temanmu'' ucap Gaos menambahkan, sedang Ahong meringis kesakitan. Untuk sesaat Yuda menatap Gaos dengan seksama...ada sesuatu dimatanya yang bukan hanya sekedar ingin tahun.
          '' Baiklah...sebagai gantinya kau yang akan menerima tinjuku'' ucap Yuda tersenyum nakal. Gaos menelan ludah, dengan singkat ia berfikir dan menyanggupinya.
          '' Baiklah atau kau harus berhadapan dengan kami, walau itu merusak kesepakatan'' jawab Gaos, membuat Bram dan Messi protes dari kejauhan, tapi Gaos bicara dengan mantap, dan Yuda hanya tersenyum. Kemudian, senior sekaligus pemimpin geng tersebut melayangkan tinjunya yang mendarat mulus diperut Gaos, tinju tersakit dan paling kuat yang pernah ia rasakan, hingga ulu hatinya terasa sakit. Lalu Yuda dengan sengaja menarik keras Gaos dan bicara dengan sangat lirih.
          '' Itu bukan pukulan untuk Ahong, tapi kamu...karena aku gak suka lu cowok seberuntung itu'' ucapnya dingin dan tajam, menusuk tanpa ampun, dengan suara pelan  paling mengancam, satu-satunya ucapan yang diucapkan tanpa tersenyum. Dan ia melepaskan kaos Gaos.
          '' Ayo kita pergi'' ucapnya kemudian, satu kata yang membuat kerumunan itu bubar, dan merenggang perlahan. Kemudian saat kerumunan itu sedikit demi sedikit berlalu, Yuda perlahan memberikan ponsel Kinara pada Ahong. Tanpa diketahui siapapun.
         '' Kau yakin akan mengembalikan ponsel ini? Kalo gue jadi lu, gue gak akan pernah mengembalikan ponsel ini, apalagi membuka isinya'' ucap Yuda menyeringai dan separuh meledek, membuat Ahong yang asalnya marah dan kesal menjadi luar biasa penasaran dan malah ingin melakukan hal sealiknya. Dan itulah tujuan Yuda yang propagandistis, yang kemudian berlalu.

          Lalu seolah tak bisa dihindari, mata hitam tajam milik Yuda menatap mata madu Kinara, dan seketika matanya yang tajam begitu lembut dan penuh kerinduan. Dia berhenti dihadapan Kinara, dan mengangkat tanganya tepat saat Messi menghalanginya, khawatir ia akan melakukan sesuatu pada gadis itu, yang tengah bengong dan heran. Yuda yang terhalangi, ekspresi wajahnya marah dan bengis.
          '' Minggir!'' ucapnya, menarik perhatian kerumunan, dan kembali menegang. Ia marah dan menatap Messi dengan penuh amarah. Kemudian salah satu dari kelompoknya menarik Messi yang sekuat tenaga melawan, begitu pula dengan Bram dan Maura yang meringsut ketakutan. Hingga Kinara berhadapan kembali dengan lelaki itu. Tapi anehnya ia tak merasakan rasa takut apapun. Dan Yuda mengusap puncak kepala Kinara dengan lembut, seolah gadis itu adalah benda berharga yang akhirnya ia temukan.
          '' Apa kabar Kinar kecil? Jaga diri baik-baik'' ucapnya perlahan sambil berlalu, membuat Kinara dan yang lainya bengong. Kemudain tanda tanya itu menguap seiring dengan mata Kinar yang berkaca-kaca.
           '' Kak Uday?'' ucap Kinar setengah bertanya, Yuda yang telah melangkah  pergi berhenti dan berbalik, kaget saat akhirnya Kinar ingat siapa dirinya. Kemudian Kinara berhamburan datang kepelukan Yuda begitu saja, dan demi Tuhan ia membuat 3 lelaki lainya disana tersentak, dan merasakan ulu hati mereka tertohok sekaligus.
          '' Ya Kinar kecil...'' ucapnya balas  memeluk Kinara, dan menyusut air matanya degan lembut oleh baju seragamnya.
          '' Jangan menangis terus, gue harap lu bisa hidup degan bahagia, lupakan kisah kelam itu...Bara pasti gak suka liat lu nangis, dan jaga diri lu baik-baik'' ucapnya lembut. Kinar menahan tangisnya, dan kemudian menatap Yuda sambil tersenyum manis, dan membuat siapapun yang melihatnya terenyuh. Kemudian Yuda pergi meninggalkan Kinara, yang merupakan bagian dari masa lalunya, yang masih terbuka dan berusaha ia tingggalkan.

          Kinara yang masih berkaca-kaca hanya menatap kepergian Yuda dan kelompoknya berlalu. Bara adalah Kakak laki-lakinya yang telah meninggal, dan Yuda adalah sahabatnya sekaligus junior Bara di klub sepak bola, yang ketika kejadian itu terjadi, saat kakaknya meninggal, Yuda menghilang, atau mungkin ikut terluka, tersakiti atas kematian sahabatnya sekaligus idolanya. Kemudian ia mengetahui, Yuda mungkin kembali setelah dia menghilang hampir 3 Tahun, dan ia kembali dengan kehidupanya yang berbeda. Dan entah mengapa itu membuatnya sesak.

****
          Sore hari, saat jadwal latihan sore mereka, seluruh anggota tim seperti biasa merumput dilapangan hijau, tanpa Ahong, yang sejak kembalinya ia dari huru hara yang ditimbulkanya sendiri, ia di damprat habis-habisan oleh Pelatih mereka Pa Epul dan Pa Dadan, yang kemudian Ahong terkena skorsing, dan mendapat hukuman mengelap bola sepak setiap harinya sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Dan karenanya pula, ia dilarang bermain di lapangan berumput bahkan hingga pembukaan GSI tingkat daerah. Tanpa protes ia meurut, karena akhirnya ia meyadari bahwa ia hampir saja mempertaruhkan kelangsungan hidup tim mereka, dan ikut menyeret 3 dari rekan timnya kedalam bahaya. Akhirnya sore itu ia hanya terduduk dipinggir lapangan diantara tumpukan bola-bola yang kotor. Tanpa mendumal dan protes. Dengan hati yang kalut dan resah.

          Kemudian saat tugas-tugasnya selesai, hampir jam 8malam saat ia membereskan sisa bola terakhirnya. Dengan lelah ia terduduk disalah satu kursi tribu  penonton, memperhatikan lapangan dengan sedih, menyesali apa yang telah ia perbuat. Jika saja Gaos tak datang tepat waktu, ia mungkin akan berada di UGD sekarang, pikirnya tanpa memperdulikan perut dan wajahnya yang nyeri terkena pukulan.
          Lalu ia teringat akan perkataan Yuda tadi, yang seolah mengejek dan menantang dirinya, sambil mengeluarkan ponsel Kinara yag jelas terlihat masih baru.
          Ia bimbang, dan penuh pertanyaan, akankah ia berani membuka ponsel Kinar tanpa ijin? Apakah sesuatu yang dikatakan Yuda benar-benar akan membuatnya syok hingga memutuskan tidak akan mengembalikan ponsel itu? Ia benar-benar kalut.
          Hingga akhirnya rasa penasaranya yang besar mengalahkan segalanya, terlebih secara tidak langsung ia terpengaruh oleh kata-kata Yuda yang jelas menantangya justru untuk membuatnya melakukan hal sebaliknya. Lalu ia menekan tombol power.
          Setelah menunggu beberapa menit, layar menyala, dan setelah tak lama ia mengutak atik ponsel tersebut akhirnya ia bisa melihat isinya. Tak lebih dari 5 menit ia terguncang, syok luar biasa dan menatap nanar ponsel itu tanpa berkedip. Hatinya sakit, perih dan tak percaya, dengan tangan gemetar ia memencet dan menscrol ponsel itu, ke berbagai fitur dan aplikasi, dan ia semakin syok semakin kalut dan semakin sakit.
          Dalam kegalauanya ia hanya tertawa seorang diri disana, tawa yang pecah, mentertawakan dirinya sendiri dengan tawa paling ironis, tawa paling menyakitkaan dan tawa paling sesak, yang tidak ada hubungnya dengan semua  luka-luka di tubuhnya yang sebenarnya nyeri.
          Sialaaaaaaan!!!!
Ia mendumal dalam hati, sesak tak tertahankan.





Duuuuuh Ahong kenapa ya.....sampe segitunya...🤔

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang