さようなら (sayonara)

112 8 2
                                    

          Pesawat yang membawanya pulang ke tanah air, sampai pada pukul 2 dini hari. Gaos memang sengaja memilih penerbangan yang akan membawanya pulang dan sampai dini hari. Karena ia tau, kabar sedikitpun tentangnya, yang mana telah disiarkan di media olahraga pasti akan membawa teman-temanya datang. Dan ia yakin, jika mereka tau kepulangannya, teman-temanya mungkin akan datang menjemputnya ke bandara. Dengan membayangkannya saja, itu sudah membuatnya lelah. Mungkin saat ini yang paling ia butuhkan adalah kesendirian.

          Berbeda dengan kedatanganya sebelum hari ini. Dulu ia sangat menggebu-gebu menginjakan kakinya ke Bandung, karena ada tim kebanggaanya, ada teman-temanya, dan ia selalu suka pulang ke rumah Om Bachri. Kali ini, entah mengapa semuanya terasa berat dan menyesakan. Hal yang paling ingin ia hindari adalah teman-temanya, dan Kinara. Ia merasa jika harus melihat mereka, ia tak akan sanggup, ia tak akan bisa menerima kenyataan, dengan sembuh atau tidaknya kakinya, bisa atau tidaknya ia bermain sepak bola, yang entah kapan dan berapa lama.

          Sedang Kinara, kini gadis itu begitu jauh cemerlang, berkembang dengan indah. Hanya dengan waktu 1 bulan setelah terakhir kali mereka bertemu, gadis itu melejit dengan pesatnya, apalagi setelah ia memenangkan ajang pencarian bakat, yang disiarkan di berbagai macam media. Ia tak sanggup bahkan hanya dengan memandang wajahnya di layar kaca, dengan keadaanya sekarang, ia jauh dari kata pantas untuk Kinara. Ia malu, dan menyerah terhadap segala hal yang terjadi, dan hanya mengikutinya dengan tanpa emosi, tanpa hasrat dan keinginan. Ia pasrah dan merasa mati.

          Berkali-kali ia memandang jam ponselnya. Itu adalah benda yang kini tak pernah ia sentuh, bahkan hanya untuk membaca pesan dan mengangkat telpon. Berkali-kali pula bahkan tak terhitung panggilannya yang tak ia pedulikan, ribuan pesan yang tidak ia buka. Benda itu sekarang hanyalah benda pengingat waktu untuknya. Dan kini benda itu menunjukan jam 3 dini hari saat ayahnya mendorong kursi rodanya keluar dari gedung dan membawanya menghirup udara segar, saat seseorang dengan setengah berlari menghampirinya. Setengah tak percaya Gaos melihat Messi yang dengan tampang ngantuk nya mendekat bersama Bram.

          '' Gaos!!!'' ucap Keduanya serempak. Gaos jelas merasa tak suka, dan dengan marah dia mendelik kepada ayah dan ibunya dengan ekspresi paling kesal. Lantas dia menarik mundur rodanya, dan sekuat tenaga menghindari mereka.

          '' Gaos...dengarkan ayah'' ucapnya, seraya menarik kursi rodanya.
         '' Apa-apaan ini??? Kupikir ayah mengerti'' ucapnya kesal.
         '' Gaos...mereka khawatir padamu, sampai kapan kau mau menutup diri...?'' sang ibu menenangkannya. Tetapi itu tak berhasil, dengan memaksa Gaos menarik kendali atas kursi rodanya, dan berusaha pergi dari sana.
          '' Dengar...mereka hanya ingin memberimu sesuatu...ayah janji'' ucapnya.
          '' Apa?!''
          '' Kemarin adalah hari ulang tahunmu...kau pasti lupa, tapi mereka tidak, ayah dan ibumu juga''. Gaos mendengus kesal.
         '' Lalu??? Apa itu penting sekarang?''
         '' Gaos...ayah tau ini berat bagimu, tapi sudah waktunya kau berfikir, kau tak sendirian, ada banyak orang-orang yang peduli''
          '' Aku tau...tapi hanya aku yang berhak menentukan!!'' ucapnya keras kepala. Dan tiba-tiba saja seseorang menampar mukanya dengan keras. Itu adalah Messi.

          Dengan muka yang serius Messi sahabatnya menatapnya penuh perhatian. Sedang Gaos terdiam balas menatap Messi dengan tatapan marahnya yang frustasi.
         '' Apa yang kau takutkan? Kau takut aku akan menertawakan mu? Kalau begitu aku akan tertawa sekarang....hahahahaha. Bagaimana? Apa ada efeknya?'' ucap Messi kesal sambil menatap Gaos, sedang Bram disisinya terdiam dan ngeri melihat kedua temanya.
          '' Atau kau takut kami mengasihani mu?? Sayangnya itu tak akan terjadi, karena jelas musuh-musuh mu akan senang melihatmu tak berdaya, lalu kenapa kau tak membuat mereka kesal dengan terlihat kuat dan baik-baik saja'' ucapnya kemudian sambil menatap Gaos lekat-lekat.
         '' Kau tak akan mengerti'' jawab Gaos singkat.
         '' Ya aku tak akan mengerti...karena kau tak mau cerita, tak mau membalas pesanku dan tak mau mengangkat telponku'' jawabnya.
          '' Pergi sekarang dari hadapanku...aku tak bisa lari sekarang, jadi kau yang harus pergi dari sini!!!'' jawabnya ketus. Messi terperanjat mendengar jawaban Gaos.
          '' Kau benar-benar menganggap ini semua sudah berakhir?''
         '' Bukan urusanmu!!!''
         '' Oke kalau begitu, selamat datang dan selamat ulang tahun!!'' ucap Messi kesal, ia mengambil sebuah bungkusan dari tangan Bram dan melemparkannya begitu saja ke pangkuan Gaos dengan keras.
          '' Setelah pergelangan kakimu yang cedera, aku berharap otakmu baik-baik saja, tapi ternyata otakmu sama rusaknya, setidaknya kau bisa mengucapkan terimakasih, atau menyambut kami, yang pergi dan menunggumu pagi-pagi buta disini'' ucapnya lanjut. Dan Messi kehabisan kata-kata, kemudian dia hanya menatap Gaos dan pergi menyeret Bram yang tak sempat mengucapkan apa-apa kepada Gaos.
       
          Dengan sama emosinya Gaos melemparkan bungkusan itu kelantai, dan pergi dari sana secepat ia bisa, ia kesal dan marah, bagaimana bisa segala sesuatu sangat tidak sesuai dengan keinginannya, atau apa yang menurutnya yang ia kira sebagai keinginannya sekarang.

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang