Like a Misfit

53 6 5
                                    

          Tawa mereka malam itu tak bisa tergantikan oleh apapun, euforia kebahgaiaan dan keseruanya yang tak akan bisa dilupakan bahkan sampai tua nanti. Itu adalah malam yang bahkan teriakan guru tak akan bisa menembus gendang telinga mereka, dan omelanya yang panjang tak akan berbekas. Pecah dan gemerlap malam itu, disisi pantai yang anginya turut menyemarakan keseruan mereka yang sederhana tapi mengasikan.

          Gelak tawa yang terdengar dari berbagai penjuru panggung kecil-kecilan mereka terdengar luar biasa, hingga Ahong yang sejak tadi memegang mic tiba-tiba menyita perhatian mereka, setelah sebelumnya ia meminta pengatur musik agar memutar lagu paling romantis versinya. Kemuadian dengan penuh perhatian dia memandang ke sekitar panggung yang saat itu menatapnya dengan keheranan dan tanda tanya besar.

          Mungkin ini adalah keputusanya yang paling gegabah dan paling frontal. Tetapi ia muak terhadap kondisi, terlalu berat untuknya terlalu lama menyimpan apa yang ia rasakan, dan terlalu menyesakan keadaanya terhimpit diantara Gaos dan Kinara. Setelah sekian lama ia menahan diri, dan berusaha untuk  baik-baik saja, tapi ia tidak pernah bisa. Ada sebuah rasa menyesakan setiap kali ia melihat Gaos tetapi, walau begitu ia lebih memilih untuk mempertahankan persahabatan mereka selama ini. Begitupun dengan melihat Kinara, ada sebuah rasa perih yang tak biasa, sesuatu yang belum pernah ia rasakan. Tetapi malam ini, ia ingin memuntahkan semuanya, memuntahkan isi hati sekaligus isi otaknya yang sudah lelah pura-pura santai. Ia tau ini adalah judi untuknya, dalam rangka menyembuhkan dirnya sendiri.

           Ia menatap Kinara lekat-lekat, saat akhirnya semua orang dan pandangan mereka tertuju padanya. Kinara jelas heran, dengan bingung ia menoleh kesekitarnya yang juga penuh tanda tanya. Tapi kemudian Ahong berjalan mendekati Kinara yang berdiri diantara Maura dan teman-temanya. Dengan masih memegang mic ia bicara dengan penuh tekad.
         '' Kinara...gue disini ingin memperbaiki apa yang salah tempo hari...dan gue ingin meperbaiki reputasi gue yang lu katain gak punya nyali...''
Kinara jelas melotot namanya disebut-sebut.
          ''  Dulu gue salah, dan sekarang gue pengen lu tau, gue bukan lelaki yang payah seperti yang lu pikirin, dan tantangan lu gue jawab sekarang...''
Kinar panik.
          '' Kinara gue suka sama lu...dan gue pengen lu jadi pacar gue...'' ucap Ahong mantap. Disertai gemuruh suara yang saling bersahutan dari teman-temanya yang menontonya. Kinara melotot dan tak bisa berkata apa-apa.
       
          Gaos hanya terdiam, ia memperhatikan kejadian itu dengan matanya yang tajam dan dengan seksama. Begitupun dengan Messi yang mengerjap tak percaya, akan apa yang dilakukan Ahong, sungguh diluar prediksinya. Dan teman-temanya yang lain sibuk menyoraki dan ikut menyemangati.
          '' Aduuh...jangan-jangan alamat Ahong kacau lagi nih'' ucap Bram tepok jidat, merasa khawatir.
          ''  Mudah-mudahan aja gak, berdoa aja semoga Kinara nerima dia'' jawab Revan acuh tak acuh.
          '' Kayaknya gak deh....'' Rhaga komentar pendek penuh keyakinan.
          '' Gue taruhan, Ahong pasti diterima'' ucap Gerry serius.
          '' Okay, gue taruhan Ahong ditolak mentah-mentah'' Arby komen menanggapi dengan serius.

           Ditengah hiruk pikurnya teman-teman satu sekolah, yang meminta Kinara menolak ataupun menerima, Ahong hanya diam dan menanti dengan setia, apapun jawaban Kinara. Dan Gadis itu menatap sekitarnya dengan kalut, dan pandanganya terhenti di Messi sahabatnya yang tengah balas menatapnya dalam diam dan dengan sikapnya yang dingin. Dan pada lelaki yang tepat bersebelahan denga Mesai, Gaos yang juga balas menatapnya, dan mungkin mencari jawaban di wajah gadis itu. Ahong tau gadis itu tengah menatapa siapa dibelakangya, karena ia jelas tau ada Gaos disana. Lama mereka hanya saling bertatapan.

          Demi Tuhan apa yang lu lakuin....bego banget sih gue. Jelas gak ada celah disana untuku masuk....
   
      Ahong mulai sadar, ia bukan apa-apa, dan ia mengutuk dirinya sendiri dengan kata-kata paling  menyakitkan yang pernah ada. Dan ia tersenyum, dengan terpaksa dan mengacak-acak puncak kepala Kinara dengan gemas. Ia tau semakin ia memaksakan Kinar, semakin gadis itu kesulitan, dan ia tidak mau hal itu terjadi, kemudian ia kembali bicara.
          '' Tapi...ternyata, aku terlalu tampan dan terlalu baik untuk Kinara, jadi aku yang memutuskan, aku menolak Kinara dengan segenap Hati'' ucap Ahong sontak membuat semua yang ada disana tertawa terbahak-bahak, mentertawakan kelakuanya yang ada-ada aja. Dan mereka tidak tau bahwa pengakuan Ahong hari itu serius, tapi mereka hanya menganggapnya candaan Ahong yang biasa. Dan Kinara yang sejak tadi terdiam berhamburan memeluk Ahong, merasa bersalah dan berterimakasih sekaligus.
  
          Saat itulah Ahong menyelipkan kartu pelajar Kinara yang selama ini ia simpan baik-baik di dalam dompetnya. Dengan hanya memilikinya sementara, ia harus cukup puas. Dan kini ia mengembalikanya, serentak dengan seluruh perasaanya untuk gadis itu, dan ia tidak ingin menyisakanya sedikit pun. Jelas, Ahong menyerah untuk kemudian membuat Kinara baik-baik saja.

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang