The Hardest word

52 10 6
                                    

         Gaos merasa bersalah, seratus kali merasa bersalah, terlebih melihat reaksi Kinara hari itu. Dan dirinya sendiri pun tak mampu mengejar Kinara  lebih jauh hari itu, jelas dirinya tak terkendali bahkan untuk menghadapi Kinara. Dan ia hanya berdiri dihadapan Messi dikamarnya yang tengah bermain dengan gitarnya, sibuk dan asik memainkan istrumen-instrumen indah. Dan Gaos tenggelam didalamnya juga disibukan dengan perasaanya yang akhir-akhir ini menyesakan.
          '' Apa?'' tanya Messi bertanya bahkan tanpa berpaling dan tanpa menghentikan petikan gitarnya. Gaos diam beberapa lama, ia bingung apa yang ia inginkan dari Messi yang diyakininya mungkin bisa membantu. Dan Messi menoleh karena tidak mendapat tanggapan apapun dari Gaos. Dan melihat kebingungan dalam wajah sahabatnya itu, dengan alis berkerut.
          '' Apa?'' lagi-lagi Messi bertanya kali ini sambil menatap Gaos. Belum dia menjawab tapi Rhaga langsung berkomentar dengan tegas.
          '' Kalo mau ngobrol seperlunya, jangan berantem!'' ucapnya mengingatkan dua temanya, sedang dia tengah sibuk dengan handphonya. Dan Bram yang mendegar Rhaga bicara langsung tercekat dan memandang Gaos juga Messi yang tengah saling tatap.
          '' Gue gak mau ya...tambah pusing gegara malam ini kalian ribut dan tambah masalah'' ucapnya dengan kesal menegur kedua temanya.

          Messi mengangguk ke arah Bram,  dan mengajak Gaos keluar kamar, mencari tempat dimana mereka bisa leluasa bicara tanpa orang lain tau. Dan keduanya berjalan mendekati sisi lapangan bola, mereka berdiri sama-sama memandangi lapangan hijau yang ada di depan mereka. Gaos lebih tinggi dari Messi, akan tetapi jelas diantara keduanya, Messi yang jauh lebih dewasa. Kemudian tanpa disadari keduanya menghelaa napas bersamaan.
          '' Apa yang mau kau katakan?'' tanya Messi. Gaos terdiam dan kemudian menatap Messi.
          '' Aku mau minta maaf...tapi kayaknya aku gak bisa, dan entah kenapa kayaknya Kinara gak mau bicara denganku....apakah separah itu dia marah padaku?'' ucapnya panjang lebar, dan menghabiskan hampir setengah isi pikiranya yang simple. Messi setengah terkekeh dan mentertawakan entah Gaos atau dirinya sendiri.
          '' Kita emang aneh?'' jawab Messi masih terkekeh sendiri, membuat Gaos bingung.
          '' Maksudmu?'' tanya Gaos bingung.
          '' Lupakan, aku hanya teringat sesuatu. Tapi aku mau bertanya, apa kau menyukai Kinara?'' tanya Messi tiba-tiba serius dan kali ini menatap Gaos dengan penuh pertanyaa.

          Ia tercekat, itu adalah pertanyaan paling sulit yang ia jawab, bahkan mungkin pertanyaan yang ingin Ahong ajukan untuknya dengan caranya sendiri yang rumit dan berbelit-belit. Gaos mengingat kembali rasa itu, saat pertama ia mengakui perasaanya, sebelum kejadian pernyataan cinta Ahong yang merunyamkan mereka semua. Cukup yakin ia akan mengiyakan pertanyaan Messi itu, tapi entah mengapa tenggorokanya tercekat dan ia hanya bisa terdiam. Messi yang tengah memperhatikan Gaos hanya tersenyum masam.
          '' Kayaknya iya.....bahkan terlalu iya sampe kamu gabisa menjawabnya'' ucap Messi terkekeh, setengah mendengus, yang tak disadari Gaos.
          '' ......'' Gaos tak menjawab.
          '' Lalu kenapa kamu melakukan yang Ahong minta?'' tanyanya sinis.
          '' Aku....'' ucapnya terpotong oleh ucapan Messi yang lagi-lagi membuatnya terdiam.
         '' Karena kamu gak pernah bisa nolak kan? Kamu yang selalu mengalah untuk orang lain, bahkan gak sadar udah nyakitin diri sendiri'' ucap Messi tepat sasaran, yang entah mengapa ia ucapkan dengan sangat berat. Dan Gaos terdiam.
          '' Kamu gak mau Ahong kecewa, dan kamu berharap dengan mengalah persahabatan kalian akan baik-baik saja....tapi ternyata kamu sendiri yang merusak, aku yakin Ahong lebih suka kamu jujur'' ucap Messi menambahkan.

          Aku juga lebih suka kau jujur.....

Ucap Messi membatin, setidaknya ia akan menghargai perasaan sahabatnya itu, terlebih Gaos yang telah bersamanya dan satu kamar denganya selama 2 tahun ini.

          '' Terus aku harus gimana?'' Gaos menatap Messi berharap menemukan jawaban, dibalik wajah datar Messi yang sedikit melamun.
          '' Aku akan bantu...besok, setelah aku membantu Ahong minta maaf sama Kinara....'' jawabnya santai.
          '' Dia juga?'' tanya Gaos
          '' Iya!!! Kalian berdua emang bikin kepalaku pusing'' jawab Messi kesal.
Dan Sang Messi pergi menjauh, dengan punggung yang terlihat kesepian, tapi Gaos tak akan pernah tau arti dari punggung Messi yang malam itu menjauh dengan kesedihan.

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang