UNFORTUNATE EVENT

109 10 0
                                    

Setelah perdebatan panjang, antara Bram sang kapten, Bagus dan pelatih mereka selama satu hari, akhirnya mereka memutuskan agar Gaos ikut bermain di semifinal GSI. Walau sejujurnya, sang pelatih shock luar biasa saat mengetahui kabar tersebut, bahwa selama ini Gaos sang penguasa lapangan menyimpan suatu kebohongan yang selama ini ia simpan dengan baik. Walau Pa Epul pelatih mereka marah akah keteledoran Gaos dalam mengambil keputusan yang gegabah itu, tapi ia juga merasa tertekan karena anak didiknya tersebut begitu bertekad untuk tetap bermain sepak bola walau dalam keadaan sulit. Lantas ia memutuskan, Gaos akan bertanding hingga ia sebagai pelatih bisa menemui sang Ayah yang nanti akan datang. Dan ia bertekad apapun yang terjadi ia akan mempertahankan Gaos.

Maka hari yang ditunggu pun tiba, pertandingan semifinal GSI tingkat kota pun digelar. Mereka berhadapan dengan sekolah SMA negri yang memang terkenal dengan tim kesebelasan mereka yang kuat. Seolah suasana dilapangan bisa menggambarkan isi hati Gaos yang kalut, juga kegelisahan para tim sepak bola saat itu. Hari itu tribun penuh sesak, bahkan sebelum pertandingan dimulai aura panas menyebar menyulut para suporter yang berlomba meneriakan gema yang bertalu-talu disepanjang tribun penonton.

'' Oke...apapun yang terjadi jangan biarkan masalah mempengaruhi jalanya pertandingan. Aku yakin kita bisa....'' ucap Bram sebelum mereka masuk ke lapangan, setelah mereka berdoa untuk kelancaran pertandingan.
Ahong dan Gaos saling pandang, walau tanpa bicara tapi keduanya saling menyemangati dan saling memberikan Suport terbaik. Kemudian mereka saling menepuk pundak satu sama lain, berusaha melupakan kekalutan hati Gaos yang mulai melangkahkan kaki ke lapangan hijau.

Pertandingan pun dimulai, diiringi teriakan dan semangat dari suporter mereka masing-masing. Dan pergulatan pun dimulai. Gaos hari itu bermain dengan gayanya yang ia harapkan kembali seperti sediakala. Dalam kegalauanya ia berusaha tetap fokus pada pertandingan yang kini tengah ia hadapi. Dan percaya kakinya akan selalu membawanya pada kemenangan. Sedang Ahong yang kini mulai panas, kembali pada tabiat permainanya yang berapi-api.

Ada perbedaan dalam pertandingan kali ini, baru dibabak semifinal ini mereka benar-benar dihadapkan dengan tim yang kekuatan dan skillnya selevel dengan mereka. Tentu saja ini membuat pertandingan berlangsung dengan sengit. Tidak ada satupun dari kedua tim yang berhasil memasukan bola kedalam gawang di babak tersebut, dan barulah dibabak awal bagian akhir, 5menit sebelum babak pertama selesai, Ahong sebagai kiper terbaik mereka, dengan emosi menendang bola dengan kencang, lambungan tertinggi yang pernah tercatat sebagai tendangan kiper dalam sejarah pertandingan GSI. Kemudian dengan lincah dan sigap, seolah memang direncanakan, Gaos menyambut bola itu, dan dengan sekali tendangan yang menukik dan sarat akan tekad ia berhasil memasukan bola kedalam gawang lawan. Pecah semua sorak sorai suporter SMA PGRI, menyuarakan Ahong dan Gaos yang kali ini menjadi penyelamat mereka di babak awal, dan peluit wasit pun berbunyi menandakan babak awal selesai.

Setelah 15 menit mereka beristirahat, kemudian babak kedua pun dimulai. Pertandingan dua tak jauh berbeda dengan sengit dan kerasnya pertandingan yang berlangung sebelumnya. Hal ini mulai membuat cemas Bram sang kapten juga teman-teman tim yang lain. Tapi dengan Sekuat tenaga mereka yakin mereka mampu melewatinya. Akan tetapi kali ini, tanpa disadari jalanya pertandingan mulai memanas, berkali-kali gawang Ahong diserang dan digempur oleh tim lawan, dan walau Ahong berhasil menyelamatkan gawang mereka, tetap saja mereka mulai terbakar semangat untuk membalaskan ketinggalan skor mereka. Berkali-kali Gaos membuang bola lawan, dan mengoperkanya ke arah sebaliknya tapi tim lawan masih tetap kuat melawan waktu yang semakin berputar.

Kemudian, tanpa disangka penyerang tim lawan yang merasa kesal pada tindakan Gaos yang berkali-kali membuang bolanya, meninju Gaos dengan keras tepat diantara mata dan pelipisnya. Tak ayal tindakanya itu membuat marah suporter, termauk Kinara yang tengah menahan napas ngeri, terlebih saat lawan memanfaatkan keadaan yang berhasil mamasukan bola kedalam gawang saat konsentrasi Ahong terpecah. Maka pecahlah suara suporter yang kali ini berubah menjadi amarah dan suara kebencian. Kemudian berbunyilah peluit tanda waktu pertandingan telah usai, dan berakhir dengan hasil seri.

Hasil yang kurang memuaskan itu, diakhiri dengan adu pinalti. Dalam situasi yang panas dan keadaan para suporter yang semakin liar, membuat kesebelas pemain tersebut tegang dan hampir tidak bisa bernapas, setiap saat satu dari para pemain menendang bola kearah gawang. Dan ketika akhirnya Ahong sang kiper terbaik berhasil meyelamatkan gawang sedang Gaos berhasil mencetak dol dengan gayanya yang penuh kharisma, mereka pun memenangkan pertandingan.

Akan tetapi, hal yang tidak disangka-sangka terjadi, semua suporter yang marah turun kelapangan berumput, mereka adalah anak-anak SMA PGRI yang atas nama solidaritas tak terima atas perlakuan tim lawan yang menyakiti Gaos sebagai delegasi kehormatan mereka, kemudian baku hantam pun terjadi. Dalam kericuhan itu, para pemain sepak bola menyisih dan membantu untuk melerai kawan terdekat mereka yang ikut perkelahian itu. Sebagian dari mereka menarik suporter wanita untuk menyisih kebagian aman. Sedang guru-guru dari kedua belah pihak dengan panik dan kesal melerai anak-anak mereka.

Gaos yag saat itu berdiri di tengah lapangan, langsung menyingkir dari masa yang mulai kacau, dan tak bisa membedakan mana kawan dan mana lawan. Sedang Ahong dipinggir lapang dengan sigap menarik Kinara dan Maura yang kebetulan berada dekat denganya kepinggir lapangan, dan melindngi keduanya dari amukan masa dengan tubuhnya yang tinggi dan besar.

Tak kurang dari 1jam saat keadaan kembali aman, saat setiap suporter dibubarkan dengan bantuan tentara dan polisi yang memang tak jauh dari dari sana. Kemudian hiruk pikuk dan gemuruh perkelahian pun berkurang. Dan keadaan lapangan pun mulai bersih dari gerombolan suporter yang sama-sama marah. Akhirnya kesebelas pemain tersebut berkumpul dan saling memberikan pelukan dan selebrasi mereka yang tadi sempat tertunda.

Kemudian dalam hiruk pikuk kegembiraan tersebut, seseorang menarik lengan Gaos yang saat itu tengah berdiri diantara teman-temanya, dan seketika tanpa ancang-ancang sebuah tamparan keras mendarat dipipi Gaos yang sebelumnya terkena tonjokan dari tim lawan. Semua yang menyaksikan hal tersebut terkesiap dan kaget. Seorang lelaki paruh baya berdiri dihadapan Gaos dengan amarah yang kentara dan tidak bisa disembunyikan dari wajahnya yang keras. Termasuk Kinara yang melotot dengan tangan yang menutup mulutnya agar tidak memekik kaget.

'' Ayah...'' ucap Gaos saat ia menyadari situasi tersebut. Kaget.
'' Berani-beraninya kamu membohongi ayah!!!'' ucapnya, hampir berbarengan dengan mendaratnya tamparan kedua dipipi yang satunya. Ahong yang terdekat dari sana buru-buru menghampiri untuk menyelamatkan Gaos, yang saat itu ditampar di depan hampir seluruh tim dan sisa suporter yang masih ditertibkan disisi lapang.
'' Sabar om....biar saya jelaas.....!'' Ahong bicara terpotong karena tamparan sang ayang ikut mendarat di pipi kanan Ahong yang kemudian diam tak berkutik.

Pelatih, yang baru menyadari situasi dari sisi lapangan, degan cepat menghampiri Ayah Gaos yang tengah murka itu, yang kemudian berhasil membawa keduanya, Gaos dan ayahnya ke dalam ruang ganti yang lebih privat dan tersembunyi.

Awan gelap menaungi mereka yang tersisa dilapangan dalam diam, dengan Pikiran mereka masing-masing yang masih shock melihat kejadan tadi. Seolah memandakan sesuatu akan terjadi, hal yang mungkin tidak diinginkan atau sebaliknya.


(Komen ya....jangan lupa pencet bintang)

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang