The Magnus Efec

80 8 0
                                    

          Mobil mereka berhenti di depan stadion kecil di kota itu, dari kejauhan mereka bisa mendengar riuhnya pertandingan yang berlangsung sangat sengit, saat tim sekolah mereka kalah 1 point. Seperti telingan yang baru saja mengenal suara, Gaos turun dari mobil dan menikmati gemuruh para suporter dan bisingnya yel-yel pengemangat, ia sangat rindu suara, rasa, bau dan warna lapangan yang kini dengan berlari ia datangi, dengan segenap jiwa dan raganya yang memancarkan semangat, bagai dahaga menemukan air, bagai terik menemukan hujan. Tanpa menoleh kebelang, degan mantap ia berlari kearah lapangan, menyeret ransel Kinara meninggalkan orang-orang yang  tadi sempat berdebat denganya jauh dibelakang.

          Kinara, ayah Gaos dan pamanya berjalan menuju tribun penonton yang penuh sesak dan bising. Sedang ia melihat Gaos mendatangi sang pelatih, yang dengan terkejut merangkulnya dengan penuh syukur. Seolah pelatih dan teman-temanya memang menunggunya disana, kemudian Gaos pun memasuki lapangan dibabak kedua, setelah sebelumnya melirik sang ayah yang tengah terduduk di salah satu tribun penonton dengan penuh senyuman. Dan diam-diam sang ayah terkejut, itu adalah senyum paling tulus dan renyah yang pernah ditujukan anaknya selaman ini. Dan itu membuatnya setengah menyesal dan terharu.

          Semangat tim mereka semakin naik tatkala Gaos memasuki lapangan hijau itu, dengan sigap para tim yang lain merayakan kembalinya sang penyerang dengan sebuah anggukan penuh tekad. Seolah dengan kembalinya Gaos kelapangan, kini mereka dengan mantap siap menjalankan strategi yang sempat diganti karena kehilagan Gaos. Kemudian Bram sang kapten, setelah melirik pelatih mereka dan menerima sinyal ia kemudian melirik ke arah Bagus yang dijuluki Messi di tim mereka.
          '' Messi.....siap!'' teriaknya, dan Bagus alias Messi hanya megangguk mengerti.
          Kemudian, dengan sigap Messi memimpin arah bola, dengan mantap ia mengarahkan bola dengan passing dekat ke arah Rhaga, kemudian Revan, Arby menyambut bola itu yang kemudian passing dekat akurat itu membentuk lingkaran dan segitiga, dan lawan menyadari bahwa mereka tengah melakukan strategi taka tiki yang dengan akurat terjadi dengan begitu cepat, dan sampailah bola itu ke kaki Gaos. Dengan karinduan ia menyambut bola itu, menggiringya dan dengan tendangan bebasnya ia menendang bola itu, sebuah tendangan dengan gerakan bola yang berputar cepat.
           '' Awas!....magnus efek!'' ucap Gema pemain lawan yang tengah meneriaki penjaga gawang dari timnya. Dan baru saja ia berteriak dengan panik, bola yang berputar dan melambung itu berhasil mengecoh penjaga gawang lawan, dan menukik dengan lentur kedalam gawang.
         
          GOOOOLLLLL!!!!!!
          Gemuruh suara penuh semangat menggema seantero stadion. Begitu pula degan Kinara yang berteriak girang, tak ayal seluruh suporter sekolah mereka yang kali ini teriakanya semakin menjadi-jadi, karena tim mereka berhasil menyamakan kedudukan. Sedang Gaos merayakan selebrasinya dengan berlari kearah teman-temanya yang menyambutnya dengan pelukan.

          Pertandingan semakin sengit dan tegang di 20 menit terakhir, kedua tim semakin tegang, tak ayal dalam situasi seperti itu para pemain dari kedua belah pihak mulai panas. Tim lawan yang yang kebobolan tadi, semakin memperketat strategi mereka dibawah arahan kapten tim mereka yang tengah bertriak pada anggotanya. Bola pun kembali kepada Messi, dan dengan mantap mereka melakukan strategi yang sama, taka tiki yang identik dilakukan oleh tim sepak bola  kelas dunia Barcelona. Walau lawan sedini mungkin mengantisipasi strategi mereka, tapi tetap saja kaki mereka lebih cepat, terlebih setelah bola sampai di kaki Gaos, itulah yang ditakutkan lawan, tendangan Magnus efek, tendangan dengan pola berputar yang sagat sulit diprediksi arahnya. Kemudian, hal terburuk bagi mereka pun terjadi, dengan kecepatan penuh, penekanan gaya yang tepat, bola berputar itu melambung dan masuk ke gawang lawan tepat saat bunyi peluit tanda berakhirnya pertandingan memekakan telinga semua yang ada disana.

          Dan bagai tak terkendali, gemuruh sorak sorai membahana, tak pernah Gaos  mendengar teriakan dan gemuruh sekencang itu membahana memenuhi stadion saat itu. Sepersekian detik dia hanya berdiri mematung, mengatur napasnya yang tersenggal-senggal. Kemudian ia terenyak di rumput, bersujud. Dan dalam sujudnya, ia menangis, mencium lapangan berumput itu dengan penuh kerinduan, tanganya yang dengan kencang menggenggam rerumputan berkali-kali meremas rumput ditanganya dengan sendu.

          ya....aku berjanji untuk kembali, dan aku kembali....aku berhasil kembali.
          Berkali-kali ia bergumam dalam hatinya, sukacita yang ia rasakan dan hatinya ia nikmati dengan penuh khidmat. Karena ia hampir saja kehilangan semuanya, kehilagan kehidupanya, dan takut tak bisa berlari di lapangan hijau itu kembali. Dan tak lama ia merasakan tangan demi tangan, tubuh demi tubuh merangkulnya, menariknya, mengelusnya, dan mendekapnya penuh rasa syukur. Tetapi ia melepaskan semua rangkulan itu dan berlari menyebrangi lapangan, ke arah sang ayah yang dengan terharu menunggunya dipinggir lapangan, dan dengan satu dekapan ia menarik ayahnya dalam pelukanya, pelukan terhangat dan tererat yang pernah diberikan Gaos untuk ayahnya, dan ia menangis sejadi-jadinya.
           Terima kasih ayah.....
Ucapnya berbisik lirih ditelinga ayahnya berulang kali, dan sang ayah tak bisa be rkata-kata, ia hanya memeluk anaknya dengan haru dan bangga. Dalam dekapan hangatnya dia hanya menangis dan mengangguk perlahan. Kemudian Gaos berlari kearah teman-temanya dan saling berangkulan erat, seolah mereka berpisah cukup lama, seolah satu pelukan selamat datang tidaklah cukup dan mereka saling memberikan tepukan selamat untuk teman mereka dan untuk diri mereka sendiri.

****
          '' Aku berterima kasih padamu, gadis keras kepala'' ucap ayah Gaos pada Kinara ditengah kebisingan itu sambil memperhatikan Gaos dari kajauhan. Kinara hanya tersenyum.
          '' Aku tidak melakukan apa-apa om, hanya memberi kesempatan om dan Gaos untuk saling jujur dan terbuka'' jawabnya singkat, membuat ayah Gaos tertawa.
         '' Kurasa aku sekarang mengerti kenapa saat itu kamu membuka pintu lebar-lebar dan bicara dengan keras bahwa kalian akan kabur'' ucapnya terkekeh tak percaya. Kinara tak menjawab, ia hanya tersenyum dengan getir, seandainya dulu ia punya cukup keberanian, akankah dulu ia bisa menyelamatkan kakanya. Ia tertunduk getir dan mengangguk saat ayah Gaos menepuk pundaknya dan pergi.

          Dari kejauhan, ia melihat Gaos berlari kearahnya, membuatnya mengkerutkan bibirnya dengan kecut. Dengan kaus yang menempel ditubuhnya karena berkeringat dan rambutnya yang basah. Gaos mendekatinya, Kinara memandangnya acuh dan memasang ekspresi galaknya seperti biasa.
          ''Apa?!'' ucapnya setengah membentak ke atah Gaos. Lelaki itu hanya menggeleng dan berdecak melihat kelakar aneh gadis itu, tapi kemudian Gaos memberikan senyumnya, senyum paling renyah yang pernah ditujukanya pada siapapun. Kinara tertegun dengan ekspresi yang aneh.
          '' Trims Kinara!'' ucap Gaos, untuk pertama kalinya ia menyebutkan nama gadis itu, tanpa embel-embel cewek gila, tanpa paksaan dan tanpa kekesalanya seperti biasa. Kemudian spontan tangannya yang kekar dan besar mengacak-ngacak puncak kepala Kinara, sebagai tanda terima kasihnya yang ia sendiri heran mengapa ia melakukanya. Dan Kinara hanya tertegun tak bergeming. Kemudian saat Gaos berbalik darinya, melangkah menjauh darinya untuk kembali ketengah teman-temanya, semburat kemerahan itu baru muncul di pipinya yang putih mulus, yang sejak tadi ia tahan sekuat tenaganya, daan kini semburat itu memenuhi pipinya yang merah merona, saking merahnya hingga Ahong yang sejak tadi memperhatikanya menyadari hal itu, sedang di arah yang berlawanan dengan Ahong, Bagus si Messi yang juga menyadarinya hanya menatapnya  tanpa berkedip dan tanpa ekspresi.



Waaaaaah.....mereka kenapa ya???
Trims buat para pembaca uang
Masih setia....😘
     

        

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang