Ahong Side

152 7 0
                                    

          Lelaki bermata sipit itu, yang karena alasan itulah Adrian dijuluki Ahong tengah berdecak kesal sambil berjalan dibelakang  Gaos sambil menenteng tas sekolahnya. Bagaimana tidak, pagi itu setelah latihan fisik, pak Epul pelatih mereka menghukumnya karena telah merusak pintu loker, yang bahkan ia sama sekali tak tahu menahu. Tapi karena ia terbiasa melakukan hal konyol dan membuat masalah yang viral diantara anak asrama, mau tidak mau dia menjadi tersangka utama, dan harus menelan bulat-bulat hukuman lari 20 keliling lapangan, dan itu membuatnya tak sempat merapihkan rambut dan bajunya kesekolah.

          '' Pelatih Item emang sadis, masa dia gak mau denger, padahal bukan gue yang bikin penyok pintu loker..'' ucapnya kepada teman-temanya, yg sudah bosan mendengarnya.
          '' Kamu lupa kali, pernah nendang pintu loker itu...kebiasaan km kan nutup pintu loker kaya orang kesetanan'' ucap Rhaga menambahkan santai.
          '' Paling juga kamu pura-pura lupa, mana ada yang percaya, kerjaan kamu kan iseng dan bikin pelatih marah terus'' Arby menambahkan setengah mengejek. Ahong mengangkat alisnya tinggi-tinggi, kesal.
           '' Halah...emangnya cuma gue yang suka dihukum, lu juga sama kan. Gue tau kok lu nyembunyiin apaan di bawah bantai.....foto-foto cewek sexy kan'' ucap Ahong lantang, membuat Arby berteriak malu.
          '' Hey....jangan keras-keras'' ucapnya sambik meninju bahu Ahong dengan keras. Dan Ahong sengaja tertawa dengan keras, menarik perhatian semua orang di gerbang sekolah pagi itu.

          Sial bagi Ahong hari itu, saat melewati jajaran anak osis yang berjaga dimulut gerbang sekolah, seseorang menarik tasnya, dan Ahong mau tak mau terjegal. Saat Ahong menoleh dengan kesal, ternyata ia berhadapan dengan sang ketua osis yang menatapnya dengan jutek.
Teman-temanya yang lain tertawa puas termasuk Gaos dan Arby yang cekakakan senang.
         '' Bye...!!!'' ucap Arby. Dan Gaos beserta teman-temanya yang lain hanya tertawa puas.
      
          Maura, gadis yang menjabat sebagai ketua osis sekolah menahan Ahong yang tubuhnya bahkan jauh lebih besar dengan galak. Dan Ahong hanya menunjukan ekspresi bertanya sambil mengangkat bahunya tak mengerti. Lantas Maura menarik Ahong kedepan cermin yang menggantung tak jauh dari pintu gerbang, lengkap dengan sisir terselip disana.
      
          '' Apaan sih?'' Ahong bertanya kesal.
          '' Ngaca!!'' jawab gadis itu ketus.     Lantas Ahong melakukan intruksi gadis itu, dia memperhatikanya dengan seksama pantulan dirinya di depan cermin.
          '' Apa yang salah?'' tanya Maura galak.
          '' Ganteng?!'' Ucap Ahong membuat semua teman-temanya yang ikut dihukum disana tertawa tergelak-gelak. Sedang Maura hanya menggigit bibirnya keras-keras, berusaha tidak ikut tertawa.
          '' Rambut berantakan, panjang, merah lagi. Baju seragam dikelewer gak rapih, dan sepatu...kamu pikir keramik kelas lapangan berumput ya?'' ucap Maura menunjukan setiap senti tubub Ahong dengan seksama.
          '' Waaaaahhh....aku gak tau loh, kalau kamu care banget sama aku. Sampe-sampe kamu merhatiin hal kecil gitu...aku jadi terharu'' ucap Ahong, membuat semua yang ada disana semakin tergelak tertawa mendengarnya. Dan lagi-lagi Maura bertahan menahan seyumnya dan menjaga imajenya agar tidak kalah dari ejekan Ahong secara tidak langsung itu.
          '' Terus gimana dong, di asrama gak ada yang nyisirin rambutku sih, mana tadi aku kesiangan lagi....kalo kamu mau bantu boleh loh tiap pagi dateng ke asrama. Ditambah lagi gue salah pake sepatu, habis gak ada yang ngingetin sih apalagi perhatian kaya kamu'' ucap Ahong semakin menjadi-jadi, dan itu adalah benteng pertahanan terakhir Maura, sampai akhirnya ia terbatuk-batuk menahan senyumnya sampai wajahnya memerah.
          '' BUKA sepatu!!, MASUKAN bajumu, atau mau ibu perosotin sekalian celana kamu Ahong?!'' tiba-tiba sebuah suara mengagetkanya dari balakang. Ahong terperanjat mendengar suara cetar yang sangat ia kenal itu sebagai suara wali kelasnya yang super galak, lantas tanpa protes ia cepat-cepat memasukan bajunya dan melepas sepatunya. Karena wali kelasnya itu Bu wida, tidak bisa disogok oleh kata-kata rayuan Ahong yang memang menjadi keahlianya.
          Dan akhirnya, Ahong berakhir memakai sendal capit dari mushola, karena malah memakai sepatu bola pagi itu, dan rambutnya yang sedikit menutupi halis, dipakaikan kucir memakai karet gelang nasi kuning.
          AHONG BAD DAY!!!
Hari itu Ahong banyak menggerutu sendiri, karena bertubi-tubi ia mengalami kesialan yang bahkan sebagian darinya tak ia lakukan seperti biasaanya.

          Satu-saaatunya yang membuatnya bersemangat adalah sebuah kartu yaang terselip disaku bajunya diantara lipatan uang bekalnya. Maka siang itu, setelah istirahat, ia kerajinan mengikuti kemanapun Bagus pergi, karena dia satu-satunya teman satu tim yang sekelas dengan Kinara, dan ia berharap temanya itu memperkenalkan Kinara padanya. Dan itu tentu saja membuat Bagus kesal, bagaimana tidak, Ahong berjalan di sepanjang sekolah dengan sendal jepit dan rambut dikuncir karet gelang, dan tak henti-hentinya meminta Bagus mengenalkanya pada Kinara.

          '' Kalau aku jadi kamu...aku malu pedekate sama cewek dengan tampang kamu hari ini'' ucap Bagus santai, walau sebenarnya ia risih dan kesal, karena tak henti-hentinya Ahong mengikutinya.
          '' Kenapa??? Tampan itu tak bisa dipungkiri...tampan itu berasal dari inner hansome'' ucapnya, membuat Bagus menyerah dan angkat tangan pusing. Akhirnya ia memanggil Kinara, sang KM dikelasnya.
     
          '' Kinar...please iyahin aja deh, aku pusing dan malas berdebat'' ucap Bagus pasrah. Gadis itu terheran-heran tak mengerti.
          '' Apaan?'' tanyanya.
          '' Aku mau kenalin temen satu timku, Adrian alias Ahong...kamu mungkin udah tau, dia kiper kami'' ucap Bagus menambahkan, dengan letih.
Kinara menoleh pada Ahong dan langsung tertawa terbahak-bahak melihat tampang Ahong hari itu. Lantas dengan semangat Ahong maju dan meraih tangan Kinara, bersalaman.
          '' Hai....sory kalo gue telat minta maaf dan udah bikin lu kesel tempo hari''. Ucap Ahong mantap. Kinara hanya terkekeh geli.
          '' Baiklah....tapi jangan lupa....lu masih punya hutang!'' ucapnya kemudian, lalu berpaling dengan ketus.

          Ahong yang bingung akan perubahan sikap Kinara yang kentara, hanya bengong tapi ia senang akhirnya ia legal menjadi teman Kinara. Lantas ia meninggalkan Bagus, yang merasa lega lalu kembali ke kelasnya saat bel masuk berbunyi. Ia terduduk disamping Gaos yang tengah melamun dan gelisah. Tapi Ahong terlalu malas untuk bertanya, karena akhirnya ada sesuatu yang menyenangkan hari itu. Walau sebenarnya ia sedikit penasaran. Saat Ahong terduduk dan menatap Gaos yang terlihat masam barulah ia sadar dan berseru kegirangan tak percaya.

          '' Hey!!!....itu Kinara!!!'' ucapnya menunjuk jendela dari sebrang kelas mereka, dimana gadis itu sedang duduk dikursinya dengan asik.
Gaos yang merasa tak aneh hanya bergumam tak jelas.
          ''Memang...'' jawabnya singkat.
          '' Lu tau....kenapa gak bilang?'' tanya Ahong tak percaya.
          '' Laah kamu kan gak nanya'' jawabnya singkat, sambil berpaling. Dan gadis itu pun tengah berpaling karena merasa mendegar namanya disebut. Lantas mereka bertiga saling pandang.
3 sorot mata yang berbeda dengan makna yang berbeda. Lalu tiba-tiba saja Maura sang ketua osis muncul disamping Kinara, dan dengan kesal menutup tirai jendela kelas mereka dengan keras, membuat Ahong kecewa dan Gaos....entah apa yang dirasakanya, dalam raut wajahnya yang asing akan bahasa.

          '' Hey...kenapa cewek ketua itu...?!'' ucap Ahong mengeluh.

Aiiiih....sudah mulai keliatan ya bentuknya....segilima atau segi empat ya....😆.
          

   
  

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang