DONT WATCH ME CRY

67 9 4
                                    

          Kinara berlari secepat yang ia bisa, sejauh yang ia bisa menembus malam itu, menghabiskan napasnya yang sesak, untuk menghilangkan jejak amarah dan frustasinya malam itu. Kakinya menjejak dan melangkah tak tentu arah, menembus batas lelahnya, menekan detak jantungnya yang memberontak dan menggebu seolah menghianati hatinya. Perih yang tak terkendali, amarah yang membuncah, dan ingatan yang membuatnya tak berdaya bahkan pada dirinya sendiri. Terlalu letih untuknya menahan semua rasa yang ia simpan, terlalu lelah ia bertahan menyimpan emosi yang rapuh selama ini, dan tangisnya pun pecah...menyeruak menembus batas, bergulir seolah meleleh bersama panasnya rasa yang sudah tak tertahankan.

          Sedang tanganya yang bergetar menggenggam ponselnya dengan erat, saat berulang kali Messi meneleponya tiada henti, tapi ia tak ingin siapapun tau dirinya tengah menangis, tangis yang selama ini tertahan oleh daya tahanya yang kuat dan keteguhan hatinya yang selalu sekuat baja, tapi tidak untuk malam ini. Hanya malam ini, semua rasanya meleleh dan melebur bersama asa yang selama ini ia selipkan dalam mimpinya. Dan ia menyerah...ya untuk pertama kalinya ia angkat tangan untuk segala yang selama ini ia simpan dengan baik di lubuk hatinya.

           Lantas dengan segera ia membuka layar ponselnya, menatap wallpapernya yang berwarna biru, balutan kaus tim sepak bola yang dikenakan seorang pria, yang sosoknya tengah berdiri dilapangan hijau berumput, lelaki bernomor punggung 9, yang fotonya memenuhi galeri ponselnya, yang sosoknya memenuhi hatinya selama ini, selama 2 tahun penuh. Tak pernah berhenti dan tak pernah absen dari ingatanya. Dan ia mematikan ponselnya kemudian tenggelam dalam dirinya sendiri.

          Ya sudah 2 tahun berlalu saat pertama kali ia melihat sosok itu. Pertama kalinya saat memasuki SMA. Ia pernah kesiangan disuatu hari, berusaha berlari ngejar waktu, saat tiba-tiba dari belakang sekumpulan pria berlari mendahuluinya, tetapi seseorang dengan menarik lenganya, membantunya untuk berlari lebih kencang hingga memasuki gerbang sekolah, dan lolos dari Guru piket. Hanya sekejap tapi ia tak akan pernah lupa akan sosok itu, sosok tak dikenal dengan ransel merahnya.

          Tak butuh waktu lama, sampai ia tahu lelaki itu adalah seorang atlet sepak bola, yang pada suatu hari yang terik pernah menyelamatkanya dari bola disisi lapangan dengan tubuhnya yang tinggi, bola yang pernah ditendang Messi secara tak sengaja. Atau sosok yang sama saat dikantin ia menyelamatkanya dari semangkok baso panas yang ditumpahkan Ahong, dan hampir mengenai kakinya. Dan saat suatu hari ia naik bus penuh dipagi hari, dengan badanya yang tinggi itu ia pernah melindunginya dari himpitan  orang-orang yang hampir melumat tubuhnya yang kecil di dalam bus. Ya sesepele itu, Gaos tanpa sadar dengan kebaikanya, yang bahkan ia lakukan juga terhadap orang lain mampu diingat oleh Kinara kecil yang saat itu bukan siapa-siapa.

          Dan Kinara semakin terpesona saat suatu hari ia melihat lelaki itu bermain dilapangan. Cepat, lincah, akurat dan tanpa ampun. Mengingatkanya pada sosok kakaknya yang telah tiada. Demi Tuhan semua permainanya membuatnya merindukan sang kakak yang tak lama telah pergi. Wajahnya yang keras dilapangan, senyum renyahnya saat selebrasi, atau saat semangatnya yang ikut membakar seluruh hatinya tanpa sadar. Yang bahkan terpesona pada keringatnya yang bercucuran, yang membuktikan bahwa lelaki itu bersungguh-sungguh mengejar cita-citanya, ya ia jatuh cinta pada keteguhan hatinya yang tak kenal menyerah.  

          Hingga ia bertemu dan sekelas dengan Messi, yang membuatnya gugup dan senang. Ia bisa banyak bertanya tentang bola, dan secara tak langsung banyak mengetahui perihal Gaos. Yang semakin hari fotonya semakin banyak di ponselnya. Hingga suatu hari tanpa sadar Messi mengetahui semuanya saat tak sengaja ia menjatuhkan ponsel Kinara hingga rusak, ia tau Kinara menyukai Gaos untuk waktu yang lama. Hingga akhirnya ia harus mengganti ponsel baru.
 
          Kemudian hal yang tak disangka pun terjadi, saat suatu hari dirinya tengah asik memperhatikan Gaos disisi lapang, dan tragedi bola itupun terjadi. Ia begitu malu saat terbangun, dan terkejut....ketika ia membuka matanya Gaos yang pertama kali ia lihat. Gugup dan panik, saat ingat ponselnya hilang. Dan takut salah satu diantara mereka Gaos ataupun Ahong melihat wallpaper dan isi galerinya. Kemudian kejadian tubrukan di uks itu, sungguh membuatnya gugup, sekuat tenaga ia pura-pura pusing, dan saat lelaki itu pergi. Ia menekan dadanya tempat dimana jantungya meloncat-loncat kegirangan, meletup-letup tak terkendali. Kemudian mukanya memanas karena malu...untuk pertama kalinya ia jatuh cinta.

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang