BROKEN

82 9 4
                                    

          Malam itu terjadi baku hantam dan keributan yang berasal dari ruang ganti pria, tepat dibawah tribun penonton. Yang mana keributan itu pertama diketahui oleh Rhaga yang baru saja kembali untuk membeli nasi goreng bersama Bram. Mereka yang sedikit curiga karena adanya suara gedebrak gedebruk dan lampu depan ruang ganti yang mati, padahal biasanya selalu menyala dimalam hari. Lalu dengan sedikit takut dan penasaran mereka lantas menyalakan lampu dan membuka pintu yang ternyata terkunci dari luar, terlebih sayup-sayup mereka mendengar orang bertengkar dari dalam ruangan. Dan dengan kaget mereka melihat Gaos dan Ahong tengah saling tatap murka, sambil mengacungkan tinju mereka masing-masing. Bahkan diantara keduanya tak ada yang menyadari bahwa mereka terkuci disana, selain tinju mereka yang meleset karena tadi mati lampu.
          Baik Rhaga dan Bram keduanya terheran-heran dan bingung, sepersekian menit mereka tercengang di ambang pintu menatap suasana tegang di dalam sana.

          '' Lu cuma pembohong besar...jangan-jangan tempo hari lu juga yang ngerusak pintu loker gue, karena tau gue suka Kinara'' ucap Ahong marah. Sebuah tanda lebam kebiruan menghiasi pipinya. Begitupun dengan Gaos yang dipelipisnya lagi-lagi berhiaskan tanda lebam kebiruan hasil buah tangan Ahong.
          '' Terserah kamu mau bilang apa, aku sudah membelamu dan melakukan yang kau suruh!'' ucap Gaos sama marahnya, ia lelah, disadarinya ia tau maksud Ahong, tapi ia tak mengerti jika Ahong tak mau dia melakukanya, kenapa ia lantas menyuruhnya melakukan hal itu pada Kinara.
          '' Dasar cowok bego!...percuma gue jelasin, karena lu gakan pernah ngerti'' ucap Ahong.
          '' Terus kenapa tidak kau menjelaskanya? Sejak tadi aku menunggu penjelasanmu....bukan malah marah dan meraung gak jelas'' timpal Gaos sama marahnya. Ahong tertawa terkekeh.
          '' Lu gak tau klo gue cuma pengen ngetes perasaan lu....dan lo bener-bener bego. Dan gue muak liat muka lu'' ucap Ahong dengan keras meninju perut Gaos dengan keras. Tak ayal Gaos yang tengah berfikir telak menerima tinju itu dan tersungkur, kemudian bangkit dan kesal lalu meninju Ahong.

          Sebenarnya Ia tidak ingin mengacungkan tinjunya pada siapapun, tetapi berkali-kali Ahong dengan luapan emosinya memukul dan meninjunya, dan itu membuatnya tak punya pilihan lain selain bertahan dan melawan. Disisi lain Bram dan Rhaga ngeri melihat mereka berdua yang kali ini, bertengkar betulan tanpa titik koma.
          '' Ga...panggil Messi dan yang lainya...'' ucap Bram panik. Rhaga pun berlari mencari ke arah Mess, sedang Bram dengan kesal berusaha melerai mereka.
          '' Gaos!!!...stop!! lu kan yang paling sabar dibanding Ahong....stop woy!!! Ahong!!!STOP!'' ucapnya berkali-kali dan sekuat tenaganya memisahkan keduanya, tetapi malah terkena tinju Ahong, dan seketika ia pun ikut murka. Lalu dengan kesal, ia mengambil ember dan air dari wc terdekat, dan seketika ia menyiram mereka berdua  degan air hingga basah kuyup, tepat saat yang lainya berlarian berhamburan datang ke tempat itu.
           Keduanya mundur, kemudian dengan napas yang terengah-engah keduanya terduduk di lantai ruang ganti itu. Messi tak terkejut melihat mereka dan hanya memperhatikan dengan delikan kesalnya seraya memegangi gitar kesayanganya.

          '' Gue kesal liat kalian berdua, kenapa akhir-akhir ini tingkah kalian aneh, dan semakin menggila...kita selesaiakn sekarang atau gue panggil pelatih sekarang juga!'' ucap Bram marah sambil memegangi pipinya yang memerah tertonjok Ahong.
          '' Bukan hanya itu, tingkah kalian juga ikut mempengaruhi jalanya pertandingan tau'' ucap Rhaga, pemain sepak bola paling pintar diantara mereka, dia yang paling jago mengatur taktik dan strategi pertandingan. Semua temanya diam, termasuk Messi.
          '' Menurutku pilihan mereka cuma dua, lanjut bermain dengan baik di dalam tim, atau keluar dari tim dan urusi masalah kalian tanpa mengganggu keselarasan tim kita'' messi menambahkan dengan kesal dan sadis. Yang mana ucapanya itu membuat Gaos dan Ahong berpaling.

        Kemudian dua orang tersebut hanya saling tatap, dan Gaos berdiri terlihat lelah dengan tingkah dan obrolan mereka yang lebih banyak aksi daripada percakapan. Ia melangkah keluar ruangan meninggalkan ruangan dan teman-temanya disana. Ia terlalu lelah untuk mengerti dirinya sendiri dan mengerti situasi saat itu. Ia hanya berlalu lelah menuju kamarnya. Dan Ahong pun hanya termenung.

          Dalam kesendirianyalah, akhirnya Gaos menyadari satu hal, dan ia telah menyimpulkan kata-kata marah Ahong terhadap dirinya, bahwa dengan melakukan hal itu terhadap Kinara, ia telah kehilangan kesempatan untuk terus menyukai gadis itu, kehilangan kesempatan untuk menyatakan cintanya yang entah kapan, bahkan setelah dengan telat ia menyadari bahwa ternyata Kinara adalah gadis yang ia inginkan untuk berada disisinya, pacar pertama setelah masa-masa jomblonya yang tak berakhir. Walau begitu, satu hal yang ia tak mengerti, lantas kenapa Ahong begitu marah padanya? Karena sebenarnya ia sendiri yang dirugikan, dan Kinara yang tersinggung karena seolah dirinya menyuruhnya pacaran dengan Ahong. Itu yang mengganggu pikiranya. Dilema Gaos sang striker, penguasa lapangan yang bodoh akan cinta.

          Keesokan harinya, mereka menghadapi pertandingan GSI babak ke-2 melawan tim daerah lain. Segala pernangkat pertandingan hari itu tergelar sudah di lapangan dan tribun penonton yang penuh sesak, dan selalu menjadi tujuan favorit anak-anak yang melarikan diri dari pelajaran dikelas yang membosankan.
          Lagi-lagi permainan Gaos dan Ahong berubah menjadi egois hari itu, hingga teman-temanya dibuat kesal, karena seluruh arahan dan kordinasi pelatih terpental mentah-mentah oleh mereka berdua. Terlebih Gaos menolak untuk mengoper bola, dan Ahong dengan egois maju terlalu jauh dari gawang. Semua permainan konyol itu membuat babak pertama hari itu 0-0, tak ada kemajuan. Dan membuat Bram sang kapten marah.

          '' Brengsek!! ini yang  gue takutkan terjadi...jangan bawa masalah kalian di lapangan dong!'' ujar Bram kesal, aat istirahat.
          '' Hey...ada apa dengan tim kalian, klo gue perhatiin sebenarnya kita lebih unggul....'' Gema keheranan melihat mereka. 
          '' Gema bener...kyaknya ada yang aneh sama kalian'' tanya Ronaldo.
          Dan mereka terdiam disana, membuat Bram mulai kalap.
          '' Dengar gue gak peduli kalian berdua berantem dan apa masalahnya, tapi jangan sampai kelakuan gila kalian mencelakakan hidup tim kita'' ucapnya benar-benar kesal diantara napasnya yang memburu.
          '' Kalian gak bisa ngehargain pertandingan, maka lebih baik keluar dari lapangan hijau'' ucap Gerry menambahkan ikut kesal. Ahong dan Gaos terdiam. Tak lama peluit tanda perandingan babak 2 pun dimulai.

          Pertandingan babak ke-2 pun dimulai. Mereka tengah berdiri dalam posisi mereka masing-masing. Kemudian perkataan Gerry menyadarkan Gaos dan Ahong, dan berikutnya permainan pun berjalan dengan sangat baik. Ahong menjaga gawangnya dengan baik, dan Gaos dengan lihai menerima operan Messi dengan lentur dan berhasil membobol gawang lawan.
          Dalam pertandingan, Gaos dan Messi adalah dua sejoli yang kelak keberadaanya ditakuti lawan. Bagai sepasang kekasih, hubungan mereka dilapangan lebih erat dari apapun, dan lebih saling membutuhkan, tatkala Messi mencari bola untuk Gaos dan dengan penuh kepercayaan menyerahkan bola itu, yang kemudian diterima oleh Gaos seolah menyambut kekasih yang akan ia giring ke gawang lawan. Sedang Ahong, penjaga gawang dengan tendangan dan tatapan matanya yang akurat, mampu menghalau serangan apapun. Dan hari itu mereka dikenal sebagai segitiga bermuda yang paling ditakuti tim lawan. Dan pertandingan pun dimenangkan oleh tim mereka 2-0.

          Setelah pertandingan selesai dan setelah ego dan cara bermain mereka yang  kembali menjadi profesional, saat itulah ia melihat Kinara berdiri disisi lapangan dengan tatapanya yang tajam. Seolah bergerak dengan respon yang spontan pula, Gaos berlari mendekat, yang dengan cepat pula Kinara mengmhindar dan berlari menjauh. Tetapi selalu langkah Gaos bisa mengejar kemanapun ia pergi. Dan lelaki itu berhasil meraih tangan gadis itu.
          '' Kinara...!'' panggilnya berusaha agar gadis itu tak kabur darinya. Yang kemudian dengan sigap gadis itu menghempaskan genggaman atas tangan Gaos, dan berhasil meghindari Gaos, setidaknya berhasil menghindari Gaos, hingga akhirnya dengan sedikit paksaan, Gaos kembali meraih lengan gadis itu, dan dengan kekuatan Gaos yang jauh melebihi Kinara, ia menarik dan membuat gadis itu berputar hingga akhirnya berhasil menghadapkan gadis itu, dan menatap wajah gadis itu.
          Semburat kemerahan mewarnai wajah Kinara, merah dan padam saat akhirnya ia bertatap dengan Gaos hari itu untuk peramakalinya setelah tragedi pengakuan cinta Ahong tempo hari. Napasnya yang memburu, dan degup jantungnya yang berdenyut di tangan Gaos dalam urat nadinya yang bersentuhan dengan kulit lelaki itu, membuatnya tak terkendali, sontak akhirnya Gaos pun menyadari hal itu dan dengan terkejut dan merasakan denyut dan ekspresi yang sama tanpa dia sadari, dia melepaskan gadis itu, yang sekarang kabur melarikan diri dan menghilang diantara para suporter bola disisi lapangan.
          Demi Tuhan mengapa aku sangat tak terkendali

         Ucap Gaos untuk pertama kalinya merasa aneh, dan tanganya yang tadi menggenggam tangan Kinara, panas dan bergetar.




Uuuuuuuch.....jatuh cinta emang bikin gakfokus n diluar kendali ya gais....gereget deh liat mereka😆

Yume to Ai Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang