Sembilan

2.2K 116 7
                                    

Happy Reading Readers 🤗

Kevin Pov

Setelah pertemuan ku dengan Wilona dua Minggu yang lalu, aku belum sempat bertemu lagi dengan Wilona dan Naara, Meski demikian hubungan ku dengan Wilona semakin membaik. Walau tiap hari aku dengan Wilona selalu bertukar kabar lewat via WhatsApp tapi tetap saja Aku merindukan mereka. Ini semua berkat Hito, Felly yang waktu itu sengaja membiarkan aku dengan Wilona jalan berdua dengan alasan ini itu yang aku sama Wilona percaya saja padahal semua memang rencana mereka, astaga kenapa aku bisa percaya saja sama mereka. Dan pastinya semua ini juga berkat campur tangan Tuhan.

Aku benar benar-benar memanfaatkan waktuku dengan baik untuk lebih dekat kan mengenal Wilona lebih jauh lagi itu mungkin menjadi salah satu tujuan ku berada di Indonesia. Dan aku bahkan berharap lebih jauh dari hanya saling mengenal, aku ingin menjadi sebagian dari hidupnya dan nyawanya.

Enam bulan kemudian..

Weekend kali aku ditemani wanita kesayanganku dan Naara bahkan yang sudah aku anggap anak sendiri ntah mengapa aku sangat menyayangi nya. Selama 6 bulan ini aku menanggap Wilona sebagai wanita kesayanganku dan aku tidak mau tau akhir dari harapanku yang aku saat ini Wilona memang wanita kesayanganku.

Aku dan Wilona duduk di bangku taman sambil memangku Naara di pangkuan ku. Yah kita seperti keluarga yang sangat bahagia, mungkin semua orang yang melihat kita berpikiran begitu.

"Gak terasa yah Naara udah 1 tahun bentar lagi," ucap Wilona sambil tersenyum, Naara hanya menatapnya sesekali tertawa.

"Bentar lagi Naara ulang tahun nih, mau minta kado apa ke uncle?" Ucapku bercanda sambil mengarahkan tubuhnya padaku.

Naara menatapku lama "cu-cu" jawabnya cadel dan terbata-bata, maklum lah Naara baru belajar bicara tapi hanya kata-kata yang terlihat gampang saja. Dia juga sudah bisa berjalan.

Aku dan Wilona saling menatap dan tertawa mendengar penuturan Naara. "Anak Mommy makin pinter yah" ucapnya sambil mengusap pelan puncak kepala Naara.

Naara meronta-ronta dari pangkuanku seperti nya memintaku untuk menurunkan nya ke rumput taman. Naara sudah bisa berjalan meskipun gak terlalu fasih, setidaknya dia sudah berkembang. Ku biarkan dia berjalan di atas rumput taman, aku dan Wilona hanya mengawasi dari bangku taman aku tak berhenti menatapnya dan tertawa bersama. Seakan kedua wanita yang lagi bersamaku adalah hidupku.

Bugg!!

Naara jatuh tersungkur menyium rumput, tangisnya seketika pecah refleks aku dan Wilona berlari menghampirinya, dengan sigap Wilona langsung membawa tubuhnya dalam dekapan nya sambil menenangkan, tapi tetap saja tangisnya belum juga meredah, aku mencoba menawari diri mengambil alih Naara.

"Coba sini, biar aku yang nenangin" pintaku.

Wilona langsung mengindahkan permintaan ku. Ku raih tubuhnya, Naara sempat menatapku sayu dan langsung memeluk leherku dengan erat sambil menenggelamkan wajahnya di antara leher dan bahuku. Ku berikan ketenangan dan pelukan hangat. Lama lama tangisnya tidak ke dengar lagi, Wilona menatapku mengernyitkan dahi.

"Kenapa akhir-akhir ini Naara sering manja ke kamu sih" herannya.

"Iya, mana aku tau,. Mungkin dia nyaman dengan ku" jawabku "gak ada yang salah kan?" Tanyaku.

"Iya nggak ada yang salah sih, tapi kamu jangan terlalu manjain Naara,. Nanti kalau Naara terus mau denganmu gimana?" Ucap Wilona.

"Iya gpp, aku malah senang dong" kataku tersenyum penuh kemenangan.

"Iisssh, apaan deh Naara itu anakku bukan anakmu" Wilona mengerucut kan bibirnya.

"Iya aku tau, gimana kalau aku jadi Daddy nya?" Tanyaku. Aku bahkan tidak bercanda mengucapkan itu, pertanyaan itu memang ingin aku utarakan sejak lama.

Wilona Pov

"Iya aku tau, gimana kalau aku yang jadi Daddy nya?" Tanyanya.

Deg!!

Sekita jantungku ingin melompat dari tempatnya sekarang juga, pertanyaan macam apa ini. Aku harus tenang ini tidak mungkin dia pasti bercanda.

"Ish, apaan sih?" Jawabku, sedikit salah tingkah.

"Aku serius Wil?" Ucapnya lagi, kali ini seperti nya benar benar serius.

"Udah ah, yuk pulang sepertinya Naara sudah tidur tuh" ajakku sambil meninggalkan nya, mengambil semua barang yang ku tinggalkan di bangku dan mendorong stroller nya mendekati Kevin.

"Gak ada yang tertinggal lagi kan?" Tanyanya.

"Sudah aku bereskan semua" jawabku.

"Iya udah ayok" jawabnya singkat jelas dan padat.

Dia melangkah cepat meninggalkan ku, segera ku percepat langkah ku mensejajarkan dengannya.

Tidak butuh lama untuk tiba di rumahku, aku dan Kevin langsung masuk ke dalam ku lihat mami sudah duduk manis melihatku.

"Tumben mami jam segini sudah pulang? Katanya pulang malam?" Tanyaku pada mami.

"Iya nih, gak jadi ke puncak Tante Dessy sakit" jelas mamiku.

"Oh iya iya" jawabku singkat "oh, iya vin bisa tolong bawakan Naara ke kamarnya ? Aku tak ingin mengganggu tidurnya" pintaku memohon.

"Baiklah" jawablah dengan anggukan.

Kevin menaiki tangga menuju kamar Naara, dia sudah terbiasa melakukan ini semenjak Naara manja dengan nya.

"Sayang, sini duduk" pinta mamiku, aku berjalan mendekati nya dan duduk di sampingnya.

"Seperti nya Kevin sangat menyayangi Naara, bahkan disaat seperti ini tidak pernah keberatan" ucapnya terjeda "tidak bisakah kamu membuka hati untuknya?" Lanjutnya, berhasil membuatku mematung.

"Wilona gak tau mam, belum kepikiran kesana" kataku.

"Mami percaya Kevin itu sosok yang selama ini kamu cari, yang pasti dia itu sayang sama kamu, Naara dan mami" meyakinku "sejauh ini, itu yang mami lihat darinya" lanjutnya lagi.

Aku tetap dia tak menjawab, "tidak ada salahnya mencoba sayang, mami tidak memaksa tapi mami berharap kamu memikirkan itu" katanya lagi.

"Wilona hanya belum siap mam" ucapku.

"Ikuti kata hatimu" ucapnya terakhir dan langsung meninggalkan ku sendirian di ruang tengah.

Aku menatap ke depan dengan tatapan kosong, ucapan mami tani menghantui pikiran ku.. haruskah? Atau tidak sama sekali.

"Aarggh!!" Geramku.

Tiba-tiba saja seseorang memegang bahuku, aku menoleh terkejut dan langsung menoleh. Kali ini aku benar-benar terkejut dan tak mampu lagi menahan air mataku meluncur mulus di pipiku.

"Ka-kamu" tanyaku terbata-bata "hei, aku merindukan mu" aku berdiri dan langsung memeluknya.

Kevin Pov

Ku rebahkan tubuh mungilnya di tempat keagungan nya dengan perlahan, ku kecup kedua pipi chubby nya, bibir mungilnya dan puncak kepalanya.. rasanya aku belum tega ninggalin dia.

Aku keluar kamar dan mulai menuruni tangga, langkah ku terhenti ketika arah mata mengunci wanita yang aku sayangi saat ini sedang memeluk erat laki-laki. Seketika seribu jarum menusuk hati ku rasanya sesak sekali dadaku..

Aku tidak bisa melihat wajah laki-laki itu dengan jelas karena saat ini dia sedang membelakangi ku. Ku coba untuk melanjutkan langkahku supaya bisa cepat-cepat ninggalin rumah ini. Aku berusaha memendam amarahku, ingin sekali ku mengahabisi laki-laki yang saat ini sedang memeluk tubuh wanitayang aku cintai itu. Aku tidak terima itu, Aku langsung melangkah lagi.

Tiba-tiba...

Prangggg!!

Bersambung..

Maaf baru sempat up sekarang 😁

Semoga suka yah❤️
Ada typo tinggal tandai yah 🤗

Jangan lupa VOTE dan comment nya 🤗🤗

Dear MOMMY !! (Kevin & Wilona)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang