18.

168 26 3
                                    

Pagi yang sangat cerah, ditambah lagi ia bisa melihat wajah wanita yang sangat ia cintai sedang tertidur, sangat damai melihatnya.

Dion selalu menampilkan senyumnya, ia sangat bahagia hari ini. Dion bangun dari tempat tidur lalu berjalan kearah kamar mandi. Dion tidak memperdulikan kesembuhannya intinya hari ini ia harus pergi kekantor.

Dion sudah rapih dengan pakaian formalnya dan melihat kearah kasur yang diatasnya masih ada wanita yang sedang tidur dengan tenang. Dion berjalan kearah wanita itu dan memcium dalam kening sang wanita.

Dion tersenyum geli pasti pagi ini Alena tidak bisa berdiri, dan pasti akan berjalan dengan sangat kaku. Biar lah toh semalem dia yang menantangnya.

Dion berjalan keluar meninggalkan Alena yang masih terlelap, dan masih berkelana dalam mimpinya.

-

Alena membuka mata karna terganggu dengan pantulan cahaya, ketika ia melihat kearah jam yang berada diatas naskah 9;22 astaga Alena kesiangan, ketika Alena melihat kesekeliling kamarnya ia tidak melihat keberadaan Dion.

Alena langsung bangun dan turun dari kasur tetapi ketika ia ingin berjalan ia menjerit sangat keras karna di area kewanitaanya yang sangat perih dan nyeri.

Alena tetap memaksakan berjalan dengan menahan rasa sakit itu, Alena menahannya sampai keluar air mata.

Ketika ia sudah sampai, Alena langsung memegang pinggiran buth up, dan menyalahkan keran, dingin dan panas. Biar airnya hangat.

"Gara-gara aku menantang pria bodoh itu jadi aku susah untuk berjalan" ucap Alena kesel kenapa juga ia harus menantang Dion pria bodoh yang sangat ia cintai.

Alena berendam didalan buth up yang sudah ia isi dengan air hangat dan sabun cair wangi bunga lavender.

Alena berfikir sejenak, kamana pria bodoh itu kenapa masih pagi seperti ini ia sudah tidak ada dikamar, padahal ia belum sembuh total.

Alena berendam dengan mata tertutup sembari merileks kan tubuh dan fikirannya.

-

Alena sudah rapih dengan pakaian santainya rambutnya sengaja ia urai karna masih basah sih, Alena malas untuk mengeringkan rambutnya, jadi ia biarkan nanti juga kering sendiri.

Alena turun kebawah untuk mencari Dion, itu juga ia berjalan sangat pelan agar tidak begitu terasa sakitnya, Alena lupa kamar ia kan berada di lantai 2 dan jika ingin ke lantai satau atau ke dapur harus menurunkan tangga terlebih dahulu.

Alena mengerutuk dalam hati, kenapa harus ada tangga, dan kenapa kamarnya harus berada di lantai 2. Ingin rasanya Alena meluncurkan tubuhnya dari atas kebawah, tapi sayangnya tidak bisa.

"Dasar rumah bodoh, kenapa kamu harus ada tangga sejauh ini untuk sampai bawah." Ucap Alena dengan sembari menurunkan satu persatu anak tangga.

"Tenang Alena tiga anak tangga lagi kita sampai dilantai bawah" ucap Alena Menyemangati dirinya, agar cepat-cepat sampai bawah. Dan mengambil cemilan kesukaannya.

Ketika sudah sampai Alena mengatur nafasnya yang sangat tidak teratur.

"Ya ampun turun tangga aja kaya abis lari maraton gua" ucap Alena seorang diri. Alena langsung berjalan kearah dapur kali aja ada Dion disana.

"DION!!!" ucap Alena dengan suara melengkingnya, untung dirumah itu tidak ada siapa-siapa kalo ada mungkin gendang telinganya bakal pecah gara-gara suara mas Alena.

"Kemana sih Dion etdeh, masaiya dirumahnya sendiri dia kesasar sih" ucap Alena, lalu menggelengkan kepalanya membuang fikiran bodohnya.

Alena mangmbil beberapa cemilan beserta minum dan yogurtnya lalu berjalan kearah ruang tamu, kali aja gitu nanti Dion keluar dari persembunyiannya.

my destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang