19.

167 21 0
                                    

Dion tidak tau apa yang terjadi dengan Alena, Dion sekarang hanya melihat Alena sedang berbaring di atas kasur dengan mata tertutup.

Satu jam yang lalu Dion menenangkan Alena dengan pelukan hangatnya di atas sofa sampai Alena tertidur.

Dion ingin bertanya dengan Alena, kenapa keadaannya sampai seberantakan tadi, tetapi penepatan waktunya ga mendukung untuk ia bertanya.

Dion takut Alena seperti dulu, Alena nekat berlari tanpa menggunakan alas kaki hanya untuk melihatnya baik-baik saja di rumah sakit, dan takut Alena sakit seperti dulu.

Ketika melihat kearah kaki Alena ada sedikit luka di atas mata kakinya, kelihatannya sedikit parah karna lukanya yang panjang.

Dion gelegepan karna getaran handponenya yang berada di saku kantung celana bahannya. Ia melihat nama yang tertera disana 'sekertaris' itu lah nama yang tertera di layar handpone Dion, segera Dion mengangkatnya padahal ada rasa malas untuk menerimanya.

"Iya ada apa?" Ucap Dion to the poin.
"Batalkan semua jadwal saya hari ini dan besok" ucap Dion lagi yang sedikit dapat tentangan dari sekertarisnya itu.
"Ikutin saja apa yang saya ucapkan." Ucap Dion lagi, lalu menutup sambungan telponnya. Karna melihat Alena sudah membuka matanya.

"Sayang apa kamu tidak apa-apa?" Ucap Dion dengan nada kekhawatiran yang sangat besar, Alena mendudukan tubuhnya dikepala Ranjang.

Alena hanya diam dengan pandangan kosong, ia masih shock dengan orang yang tadi ia temui.

"Apa kamu memerlukan sesuatu?" Ucap Dion lagi, Alena melihat Dion dan langsung memeluknya dengan erat Agar semua kegelisahannya terhanyutkan sedikit.

"Kamu nangis?" Tanya Dion yang merasa punggung Alena bergetar pelan, perlahan Dion melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Alena

"Kamu kenapa sayang? Berbicara lah tidak akan ada yang bisa menyakitmu" ucap Dion dengan lembut, Alena menatap dalam Dion.

"Tidak ada apa-apa aku hanya ingin bertemu mamah dan papah saja ada kerinduan yang dalam" ucap Alena beralasan

Alena belum siap untuk menceritakan yang terjadi dimasalalu yang sangat menyakitkan dan sekarang Alena takut itu terlulang lagi.

"Aku lapar" ucap Alena dengan nada sedikit manja agar Dion sedikit teralihkan, Dion hanya mengangguk lalu mengeluarkan handponenya untuk memesan makanan.

Karna Alena tidak masak tadi jadi Dion harus memesan makanan dari luar dan mungkin menggunakan aplikasi.

"Aku mau kamu yang membelikannya" ucap Alena lagi dengan nada yang sangat manja, Alena sendiri tidak yakin bahwa ini dia.

"Sayang apa yang merasuki mu?" Ucap Dion dengan wajah sedikit binggung, masalahnya Alena jarang berprilaku seperti ini.

Tidak Dion Tidak merasa risih tapi Dia malahan senang karna Alena bersikap Manja padanya, dari dulu Dion sangat suka ketika wanita yang ia sayang manja padanya.

"Aku hanya ingin makan yang kamu beli sendiri dan berjalan kaki atau perlu manaiki sepedah" uvap Alena dengan semangat, Dion tidak mengerti mengapa Alena menjadi seperti ini.

"Kan ada Mobil sayang untuk apa Aku menaiki sepeda jika mobil aku masih berfungsi" ucap Dion yang membuat wajah Alena murung dengan sangat cepat.

"Intinya aku ingin kamu membeli makanan untukku dengan menaiki sepeda" ucap Alena lagi dengan wajah ia cemberutin agar Dion ingin menurutinya, Alena tidak tau mengapa dirinya menjadi manja dan sangat sensitif seperti ini.

"Baik lah sayang, tetapi dirumah ini tidak ada sepedah yang layak dipakai" ucap Dion yang mengingat Tidak ada sepedah yang bisa dipakai.

"Ada sayang, ayo ikut Aku" ucap Alena dengan semangat menarik tangan Dion agar bisa melihat sepedah yang akan Dion pakai untuk mencari makanan untuknya.

Sudah sampai di bagasi yang disana ada gudang kecil, ya didalamnya Ada sepeda tua yang masih bisa dipakai untuk satu orang mungkin.

"Apa kamu tidak salah? Aku naik motor saja ya" ucap Dion yang melihat sepedah sudah sedikit tidak berfungsi.

"Seterah kalo kamu pengen liat aku makan ya beli lah makanan itu dengan menggunakan sepedq ini!" Ucap Alena lagi dengan nadq meraju.

"Baik lah Aku akan mengeluarkannya dulu lalu akan aku bawa, kamu ingin makan apa?" Ucap Dion bertanya dengan Alena. (Yailah lah nanya Alena masa iya Nanya Pohon)

"Sepertinya aku ingin pizza dan rujak" ucap Alena ia berfikir keras untuk memilih makanan yang lebih gampang untuk didapat dan tidak repot untuk dibawq menggunakan sepedah.

Sebenarnya Alena masih banyak yang ia inginkan tetapi karna ia ingin Dion menggukan sepedah untuk memebelikan makanannya jadi dua makanan dulu.

"Yang berhubungan dengan nasi?"ucap Dion, Alena hanya menggeleng lalu meninggalkan Dion.

Dion yang diperlakukan seperti itu dengan Alena hanya menggelengkan kepala, lalu mengeluarkan sepedah itu dari gudang kecil dan bagasi lalu mengenjotnya untuk mencari makanan yang diingkan istrinya itu.

-

"Sayang!!" Ucap Dion sembari mengetuk pintu cukup keras, agar Alena membukakan pintu untuknya.

'Ceklek'  (anggap aja suara pintu kebuka hihi).

Alena melihat Dion, Dion masih menggukan kemeja yang tadi dengan keringat dimana-mana, rambut yang basah karna terkena keringat sampai menetes

Lengan yang dugulung sampai atas, dan baju yang sedikit basah karna keringat tetapi tetap saja wangi dan tampan menurut Alena.

Tanpa diduga-duga Alena mendekat kearah Dion lalu memeluk Dion sembari mengendus tubhh Dion yang penuh dengan keringat.

"Sayang aku sedang berkeringat nanti kamu kebauan" ucap Dion yang tidak dijawab oleh Alena, bahkan Alena semakin mengeratkan pelukannya dan semakin membenam wajah kearah dada Dion agar semakin bisa mencium wangi Dion.

.

Dion sedang duduk sembari melihat kearah wanita yang sedang memakan rujak dengan rakus.

"Sayang Aku ingin mandi, Aku tidak betah jika berkeringat seperti ini" ucap Dion, sesudahnya mengatakan itu ia mendapatkan tatapan mematikan dari wanita didepannya.

"Jika Kamu mandi atau mengganti pakaianmu, Aku tidak akan tidur dikamar!" Ucao Alena mengancam, agar Dion tidak mandi atau sekedar mengganti pakaiannya.

"Tapi ini sangat lengket dan gerah sayang"ucap Dion dengan wajah memelas berharap Alena berubah pikiran.

"Tidak sayang. Jika kamu membuka mulutmu lagi Aku tidak akan makan" ucap Alena yang ancaman kali ini langsung membuat Dion diam seribu bahasa.

-

Setengah jam lamanya Dion menunggu Alena makan, memang terbilang lama karna Alena selalu berjalan kearahnya untuk sekedar mencium ketiaknya saja lalu melanjutkan makannya.

Dion sebenarnya ingin marah karna Alena acara makan nya selalu tertunda karna untuk sekedar mencium ketiak Dion saja.

Dion tidak mengerti Alena mengapa seperti ini, sedikit sensifit dan selalu apa yang ia mau dituruti. Jangankan Dion, Alena saja tidak tau mengapa dirinya berubah seperti ini.

.
.
.
.
.

Sallsa come back author yang sangat ngaret hihi
TBC
VOTE AND KOMEN❤️


my destinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang