.
.
."Seriously, TY. I really think i will never deserve you."
Lagi.
Kalimat yang hampir tiap hari ku dengar itu lagi-lagi diucapkan wanita di hadapanku. Aku bersumpah aku bahkan sudah mulai benci mendengarnya.
"You promise me you won't say that again, honey."
Wanita itu menunduk, mendekat perlahan lalu mendekapku.
"I love you, Joy. Aku tidak peduli orang mau berkata apa. Aku mencintaimu, sungguh."
Wanita itu semakin erat mendekapku. Menenggelamkan kepalanya makin dalam di bahuku. Membuatku merasakan basah air matanya.
'Oh, tidak. Dia menangis lagi.'
"I love you too. Terimakasih, sayang."
~~~
Setengah jam sudah aku mengamati wanita yang sedang tertidur pulas di sampingku ini. Matanya terlihat bengkak sehabis menangis tadi.
Rasa bersalah kemudian menguar dari dalam diriku. Harusnya, dia diam di rumah kami saja tadi. Harusnya, aku tidak mengajaknya makan malam dengan sepupu-sepupuku yang luar biasa menyebalkan itu tadi. Dan harusnya, dia tidak menangis lagi tadi.
Aku mengusap wajahku kasar. Sumpah, sebenarnya rasa kesalku terhadap sepupu-sepupuku tadi masih tersisa sampai sekarang.
Aku bahkan tidak bisa membayangkan bagaimana besar rasa kesal di hati Joy.Jadi, beberapa jam yang lalu kami menghabiskan waktu makan malam kami dengan beberapa sepupuku. Mereka khusus mengundang kami yang baru menikah tiga minggu yang lalu ini ke sebuah pesta keluarga yang hanya dihadiri kaum-kaum muda. Katanya sih, ingin merayakan pernikahan kami sekaligus berkenalan lebih dekat dengan istriku.
Ya, memang begitu awalnya. Lalu entah darimana datangnya si Yerim, sepupuku yang bermulut besar itu, tiba-tiba mulai bercerita tentang mantan-mantan pacarku. Lalu beberapa sepupuku jadi ikut menimpalinya.
'Oh, aku ingat Kak Taeyong pernah berpacaran dengan Sowon si primadona sekolah dulu.'
'Aku sih masih ingat dengan jelas bagaimana serasinya Taeyong dengan Seulgi.'
'Kalian pasti tidak pernah melupakan mantan Taeyong yang cantiknya seperti bidadari itu, Bae Irene!'
'Mantannya yang terakhir sebelum menikah, Jennie Kim. Aku bahkan berpikir mereka akan berakhir bersama.'
'bla, bla, bla.'
Aku risih sebenarnya. Tapi melihat wajah Joy yang antusias mendengarkan cerita sepupu-sepupuku itu membuatku diam saja. Sesekali merotasikan kedua bola mataku jika mendengar cerita yang dilebih-lebihkan. Aku tidak tahu istriku itu benar-benar antusias atau bagaimana. Tapi melihat sekelebat rasa insecure di bayangan matanya membuatku yakin jika wanita itu hanya pura-pura antusias.
Lagipula wanita mana, sih, yang akan senang jika diceritakan tentang mantan-pacar suaminya? Namun sungguh aku tidak berbohong ketika berkata wajah antusias Joy terlihat sangat tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY TO THE WORLD!
FanficKumpulan oneshoot Joy x Cogan! Warning : random couple and cringe story.