Waiting for You [Kim Hanbin]

1.1K 196 29
                                    

°

°

°


Hanbin buru-buru keluar dari mobil kemudian berlari menuju kamar apartmentnya. Tadi Joy, sahabatnya yang keparat itu menelponnya sambil menangis kencang.

Entah apa yang terjadi dengan perempuan itu, tetapi sukses membuat Hanbin kesal  —karena tadi ia sedang di studio untuk proses rekaman lagu barunya bersama June jadi terganggu karena Joy menelponnya terus menerus dan mengancam akan membakar kamarnya jika ia tidak segera datang.

Hanbin yang tahu jika apa yang Joy katakan biasanya benar-benar akan dilakukannya, segera ngebut dari studio ke apartmentnya yang untungnya tidak terlalu jauh.
Setelah memasukkan kode, pemuda itu segera membanting kasar pintu dan menuju kamar dimana Joy berada.

“Heh, macan!”

Hanbin yang sudah murka langsung berteriak ketika melihat kamarnya sudah seperti kapal pecah karena puluhan lembar tissue bekas yang berserakan tersebar di kasurnya.

Joy yang ternyata sudah selesai menangis itu, ketika melihat Hanbin malah langsung menghampiri pemuda itu kemudian memeluknya erat.

“Hanbinkuuu! Hueeee.”

Hanbin yang dipeluk erat oleh Joy hanya bisa pasrah dan memutar bola matanya jengah ketika mendengar tangis Joy itu pecah lagi.

“Kenapa sih lo kayak anak SMA aja nangis-nangis segala. Udah tua. Udah 24 tahun juga.”

Joy kemudian mendongakkan wajahnya menatap Hanbin yang masih ia peluk erat.

“Bisa diam bentar gak sih? Sahabat lo baru diselingkuhin, nih.”

“Diselingkuhin gimana? Jadian aja belum. Makanya jangan sok-sok cinta-cintaan. Heh, ingus lo kemana-mana tuh. Udah ah lepas dulu”

Pelukan mereka akhirnya terlepas karena dorongan Hanbin. Membuat Joy otomatis berhenti menangis kemudian menatap Hanbin kesal.

“Jahat ya lo!”

Hanbin yang sekarang sudah duduk di atas kursi meja kerjanya hanya menatap datar Joy.

“Bukan gitu. Ya kalau lo peluk gue terlalu erat kayak gitu nanti gue takut khilaf.”

Wajah datar Hanbin berubah menjadi senyuman mesumnya yang kemudian dihadiahi tumpukan bantal oleh Joy.

“Brengsek!”

Pemuda itu kemudian memperhatikan Joy yang sekarang tengah mengupulkan tissue yang berserakan di kamarnya. Mata, hidung, bahkan wajahnya masih memerah setelah menangis tadi, membuat Hanbin berpikir betapa gemasnya sahabat dari jaman oroknya ini.

“Udah gue bilang, kan. Si Taeyong itu emang suka main cewek. Lo sih gak percaya sama gue."

“Ya mana gue tau, Bin. Dia kan jago banget gombalnya. Lo tau kan gue suka luluh kalo digombalin dikit. Apalagi cowoknya gantengnya gak manusiawi kayak Taeyong.”

“Eh, permisi ya. Gue ganteng dan jago gombal juga. Tapi kok lo gak pernah luluh sama gue?”

Joy yang mendengar pernyataan Hanbin hanya memutar bola matanya malas.

“Udah deh gak usah ngarep lagi. Gue udah gak bisa luluh lagi sama lo. Sorry-sorry aja ya, Bin”

“Iya deh yang dulu mah dulu aja. Gue sih masih nyimpen kumpulan puisi gombal yang tiap pagi lo selipin di loker gue pas masih SMA dulu. Gue masih inget satu kok. Judulnya-hmmppp. Woy, ini tissue kan bekas ingus lu!”

JOY TO THE WORLD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang