''
'
Aku menggerutu sepanjang jalan sejak keluar dari minimarket dengan dua kantong plastik besar di kedua tangan. Percayalah, dua kantong plastik yang berat ini mungkin akan membuat kedua lenganku berotot. Dan ingatkan aku untuk mengomeli Kak Sungjin nanti ketika sudah sampai di backstage. Dia dan band-nya -Day6 -yang menyebalkan luar biasa itu tadi meminta tolong atau lebih tepatnya menyuruhku membeli selusin air mineral botol, tissue, dan banyak camilan yang menurutku tidak penting. Maksudku, jika air mineral memang penting untuk mereka seusai manggung, tetapi camilan yang banyak ini untuk apa? Memangnya ini acara piknik?
Jika tidak ingat aku yang seminggu lalu tidak sengaja merusak senar gitar mahal milik Kak Sungjin, mana mau aku dijadikan asisten band-nya seperti sekarang. Daripada aku yang masih SMA ini disuruh mengganti senar gitar -yang kuyakini harganya setara bekalku dua minggu, lebih baik aku menyetujui tawaran Kak Sungjin.
Masih berjalan dengan wajah malasku, aku lalu menyebrang ke arah venue yang untungnya tidak terlalu jauh dari minimarket tadi. Lapangan luas tempat diadakannya festival band kampus ini sudah ramai diisi oleh penonton walau acaranya akan mulai satu jam lagi.
"Ah, aku tidak sabar melihat Day6!"
"Benar! Aku suka sekali suara Sungjin!"
"Aku lebih suka Jae yang lucu!"
"Brian Kang lebih keren. Tapi akhir-akhir ini Dowoon si drummer terlihat imut sekali."
"Intinya Day6 itu menawan!"
Aku berhenti berjalan hanya untuk memutar bola mataku ketika tidak sengaja mendengar gadis-gadis yang membicaran band kakakku. Ingin tertawa keras dan memperagakan gerakan muntah tetapi aku malah lanjut jalan setelahnya.
Apa-apaan Day6 yang menawan? Ke-empat personil band yang sudah ku kenal sejak tiga tahun lalu itu sama sekali tidak ada pesonanya di mataku. Aku tidak ingin repot-repot menuliskan bagaimana karakter mereka masing-masing. Intinya mereka terlihat seperti mahasiswa malas tingkat akhir yang jarang mandi dan tidak pernah mengganti celana jeansnya selama satu bulan. Jangan lupakan sifat mereka yang jahil dan menyebalkan luar biasa jika bertemu denganku.
Dan kenapa backstage-nya jauh sekali sih? Aku yang sudah berjalan daritadi dengan beban berat di kedua tanganku ini berhenti lagi. Meletakkan kantong plastik di tangan kananku untuk menyeka keringat yang muncul di dahiku.
Mendesah pelan dan berpikir dari sekian banyak orang yang ada di lapangan luas ini memang tidak ada ya lelaki gentle yang mungkin kasihan melihatku membawa kantong plastik besar dan berat seperti ini.
Tiba-tiba dari arah kiri, seseorang tidak sengaja menabrak lenganku. Kantong plastik yang berisi banyak camilan itu terlepas begitu saja. Membuat isinya berserakan keluar di atas tanah.
Aku mendecak kesal dan tidak berniat membantu ketika melihat lelaki yang menabrakku itu berjongkok merapikan kembali isi yang berserakan itu ke dalam kantong plastik. Sudah siap ingin memakinya mungkin setelah ia memberikan kantong plastik itu padaku nanti, namun tidak jadi karena-
"Maaf, aku tidak sengaja. Maaf sekali."
Lelaki itu membungkuk lalu tersenyum sopan, sedikit menyesal. Ia kemudian meringis melihatku yang masih terdiam melihatnya.
"Tidak apa-apa." jawabku pelan membuat wajahnya lega. Ia tersenyum, menampilkan deretan giginya yang rapi, mata yang juga ikut tersenyum.
Cerah sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY TO THE WORLD!
FanfictionKumpulan oneshoot Joy x Cogan! Warning : random couple and cringe story.