-Sooyoung mengerang kesal di balik selimutnya. Bel apartmentnya yang dipencet berkali-kali sejak beberapa menit lalu tidak henti-hentinya berbunyi. Sedangkan dirinya yang lembur semalaman masih butuh tidur lebih lama. Juga terlalu malas untuk sekedar bangkit dan membuka pintu.
Lagipula siapa sih yang datang di pagi buta seperti ini? Sooyoung —yang matanya masih seperti ditempel dengan erat, yakin sekali bahwa matahari pun belum terbit.Bel itu akhirnya berhenti berbunyi. Sooyoung bernapas lega. Berniat melanjutkan tidurnya kembali.
Tapi gagal setelah dua menit selanjutnya, belnya kali ini malah dipencet dengan bar-bar. Berkali-kali sampai bunyinya sungguh menyebalkan di telinga. Maka sebelum dirinya pusing karena menahan kesal, atau sebelum tetangga apartmentnya mengutuk suara belnya, Sooyoung dengan tidak rela bangun dari kasurnya.
Ia berjalan dengan mata yang masih setengah terbuka. Tanpa berniat melihat siapa yang berada di luar melalui kamera pintu intercom, lalu dengan cepat membuka pintunya. Hanya untuk mendapat sebuah cengiran khas seorang lelaki yang baru saja menurunkan jarinya dari tombol bel.
Sooyoung menipiskan bibirnya merasa kesal. Lelaki itu beruntung tidak mendapat semprotan kasar penuh kekesalannya di pagi buta ini. Sooyoung terlalu malas mengeluarkan suaranya.
"Lama sekali dibukanya."
"Di luar dingin, tahu."
"Kamu tega banget biarin aku nunggu belasan menit."
Sooyoung tidak membalas rengekan manja itu. Malah berjalan masuk menuju kamarnya. Mengabaikan gerutuan lelaki itu dan kembali menggulung diri dengan selimut tebalnya.
"Lah, kok malah tidur lagi? Aku rela-relain dari bandara langsung kesini, lho."
Harusnya kamu pulang aja ke rumahmu langsung.
Pikir Sooyoung yang hampir saja terlelap —lalu gagal ketika merasa setengah selimutnya disingkap.
Ia membuka matanya malas. Mendapati lelaki yang berdiri di samping kasurnya cemberut tidak jelas.
"Tae, aku ngantuk banget." desahnya pelan.
"Ups, sorry." sesal lelaki yang dipanggil Tae oleh Sooyoung itu. Tae —atau Taehyung yang auto merasa tidak tega langsung menyelimuti kembali Sooyoung dengan selimutnya. Lalu bergabung ke atas kasur untuk setengah berbaring di samping Sooyoung.
"Makanya, kamu harusnya kasitahu aku password apartmentmu. Kalau kamu ngantuk berat kayak gini, kan, aku gak perlu ganggu tidurmu." katanya mulai merayu Sooyoung agar perempuan itu setuju. Ia melakukannya sambil mengelus pelan rambut Sooyoung.
Sooyoung yang hasrat tidurnya sudah menguap mencibir. "Yakin kamu gak bakal ganggu? Kalau aku malah yakinnya intensitas kamu kesini dan gangguin aku bakal jauh lebih besar kalau aku ngasi passwordnya."
Taehyung tertawa. "Ih. Kok tahu?" Ia mencubit pelan pipi Sooyoung yang masih bengkak. "Tapi kamu jahat banget bilang aku 'ganggu'. Memang apa salahnya mampir di apartment pacar sendiri?"
"Kamu bukan mampir, Tae." jawab Sooyoung malas. "Kamu hampir tinggal disini kalau aku gak usir."
Taehyung tertawa lagi. Sementara Sooyoung jadi ingat bagaimana Taehyung yang pernah menginap dua minggu lamanya disini. Jika tidak diusirnya, Sooyoung yakin pacarnya itu mungkin tidak akan pulang ke apartment atau rumahnya sendiri.
"Padahal apartment kamu jauh lebih luas dan bagus dari punyaku." sindir Sooyoung tentang apartment Taehyung yang lima kali lipat besarnya dari apartment sederhananya.
"Percuma kalau disana gak ada kamunya."
Sooyoung mendecih. "Cringe, yang."
Taehyung tersenyum lebar. Tidak peduli dengan ejekan Sooyoung. Ia lebih peduli dengan kata 'yang' yang diucap pacarnya. Setelah berhari-hari tidak bertemu, akhirnya bisa mendengarnya secara langsung.
Rindu sekali, pikirnya.
"Eh-eh. Mau dengar ceritaku gak?" tawar Taehyung.
Sooyoung yang mulai terjaga mengangguk —walau tidak terlalu terarik. Kemudian merasa dirinya ditarik mendekat hingga sisi badannya menempel dengan Taehyung.
"Tadi malam setelah kerjaanku selesai, aku langsung nyari penerbangan dari Jeju yang ada malam itu juga. Sayang banget gak ada sama sekali. Ya, walau pun dapatnya yang jam 4 pagi." cerita Taehyung dengan ekspresi kecewa yang menurut Sooyoung lucu sekali.
"Kenapa harus buru-buru, sih? Kamu bisa pulang nanti pagi atau nanti siang, kan. Ini weekend." heran Sooyoung. Padahal ini hari sabtu dan Sooyoung yakin Taehyung pasti dapat jatah libur. Bukannya lebih baik juga menikmati akhir pekan di Jeju yang indah?
"Buru-buru pulang karena pengen ketemu kamu, lah! Kamu gak tahu rinduku ke kamu sebesar apa?" omelnya tiba-tiba.
Idih, cringe.
Sooyoung mendengus geli. Padahal mereka tidak bertemu hanya untuk tiga hari saja dan Taehyung berkata —serta berkespresi layaknya mereka tidak pernah bertemu berbulan-bulan lamanya. Pacarnya ini kadang memang suka berlebihan. Maka Sooyoung memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Taehyung, dengan alasan tidak tahu harus memberikan reaksi seperti apa.
"Dan justru karena weekend, sayang." lanjutnya. "Justru karena weekend aku jadi punya waktu dan alasan buat lama-lama disini sama kamu." kali ini Taehyung tersenyum dengan manisnya.
Tawa Sooyoung akhirnya tidak bisa ditahan. Ia mengacak poni Taehyung gemas. Entah gemas karena geli mendengar kata-kata itu atau gemas karena ia diam-diam menyukainya.
"Sayang~ Kangen banget." rengek Taehyung yang sudah memeluk Sooyoung erat. "Pokoknya aku mau peluk kamu 10 jam, ya! Titik!"
Sooyoung tersenyum pasrah. Omongan Taehyung kadang bisa jadi kenyataan. Sudah dibilang kan kalau pacar Sooyoung ini terkadang memang suka berlebihan.
Salah satunya yaitu berlebihan mencintai Sooyoung.
/cie/
(He's not even my bias, but he got my heart like: TДT)
spesial buat yang udah request vjoy daridulu( ̄3 ̄)
maap yaa kalo jelek hehe😬
KAMU SEDANG MEMBACA
JOY TO THE WORLD!
FanfictionKumpulan oneshoot Joy x Cogan! Warning : random couple and cringe story.