(fear?) [Jeon Wonwoo]

1.7K 220 23
                                    

Hei, Sooyoung.

Ada sesuatu yang lupa aku katakan padamu kala itu.

~ ~ ~

Menghadiri acara pernikahan—sekaligus berperan sebagai groomsman sama sekali bukan gaya seorang Jeon Wonwoo. Kalau tidak ingat yang menikah hari ini adalah kakak kandungnya sendiri —Seulgi yang mengancamnya jika ia tidak mau, jelas mana mau dia. Si bungsu pemalas itu lebih baik menghabiskan weekendnya dengan rebahan sepanjang hari.

Namun bahkan setelah tugasnya selesai —yang mana sebenarnya ia bisa saja pulang untuk rebahan, lelaki itu masih setia berada disini.

Duduk menyendiri di sebuah meja sudut gedung dengan segelas champagne di tangannya. Dengan mata yang sibuk memperhatikan sosok perempuan yang menjadi pusat perhatiannya sejak acara pemberkatan dimulai.

Perempuan itu duduk beberapa meja berbeda darinya. Bercengkrama dengan beberapa temannya. Sambil sesekali tertawa yang membuatnya makin bersinar.

Oh ya Tuhan.

Bahkan bagi Wonwoo, hanya dengan gaun seragam bridesmaid sederhana yamg dikenakannya, hanya dengan riasan tipis di wajahnya, bisa membuat perempuan itu jauh lebih cantik dari siapapun di dalam gedung ini.

Rasa-rasanya, Wonwoo tidak berlebihan jika mengatakan perempuan yang sudah empat tahun tidak dilihatnya itu terlihat indah sekali.

"Serius ya, Woo. Kau malah terlihat mengerikan menatapnya seperti itu." Doyoung yang tiba-tiba duduk di depannya membuatnya terperangah. "Disapa apa susahnya, sih."

Saran Doyoung hanya ditanggapi tatapan datar oleh Wonwoo. Ia meletakkan gelas champagne di tangannya ke atas meja.

"Kalau semudah itu," gumamnya pelan. Ia memperhatikan Doyoung yang terlihat penasaran dengan jedanya yang tidak jadi dilanjutkannya itu.

Wonwoo masih diam. Bahkan setelah Ten yang entah datangnya darimana berceloteh ria dan berdebat dengan Doyoung ia masih diam. Jangan lupakan matanya yang sesekali mencuri pandang hanya untuk melihat perempuan itu.

"Kau masih saja jadi pecundang rupanya." ejek Ten tiba-tiba.

Wonwoo terkekeh sambil menunduk. Ejekan Ten sama sekali tidak membuatnya tersinggung. Malah lebih tepatnya membuat dirinya "tertampar".

Ah, benar sekali.

Selain pemalas, si bungsu ini juga pecundang.

Bahkan setelah empat tahun berlalu, dirinya masih sama.

Masih Wonwoo yang tiba-tiba jadi pengecut jika di hadapan perempuan itu.

Masih Wonwoo yang membodohi perasaannya.

Bahkan setelah ejekan —atau saran dari Ten dan Doyoung yang mengatakan jika ia harusnya berani menyapa perempuan itu duluan, berani menanyakan kabarnya, atau berani berkata rindu, ia masih saja duduk terdiam di tempatnya.

Masih menjadi pecundang.

Wonwoo menghembuskan napasnya kasar sebelum menyesap gelas champagne keduanya. Ia kembali sendiri di tempatnya setelah kedua temannya itu menghilang entah kemana.

Seharusnya tadi ia ikut menghilang bersama mereka.

Namun sebesar otaknya menginginkannya pergi dari sini, lebih besar pula hati merindunya menginginkannya untuk tetap diam.

JOY TO THE WORLD!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang